Jakarta, IDN Times - Amerika Serikat (AS) membantah keterlibatan dalam rencana terorisme di Kuba pekan lalu. Washington dituduh berniat memecah belah publik Kuba dan menggerakkan keributan sebelum akhir 2023.
Hubungan AS-Kuba memanas setelah Washington memasukkan negara Karibia itu dalam daftar negara pendukung terorisme. Keputusan tersebut membuat AS melanjutkan sanksinya terhadap Kuba yang sudah berlangsung lebih dari 60 tahun.
Di sisi lain, Majelis Umum PBB pada November mendesak AS untuk ke-31 kalinya agar menghentikan embargo dan blokade ke Kuba. Pasalnya, blokade telah berdampak besar terhadap krisis ekonomi dan kelangkaan makanan, bahan bakar, serta obat-obatan.