Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Gedung Putih di Amerika Serikat (Unsplash.com/Louis Velazquez)

Intinya sih...

  • Hamas menolak gencatan senjata dengan alasan tidak adanya peta jalan yang jelas
  • Amerika Serikat menyalahkan Hamas atas mandeknya proses perundingan gencatan senjata
  • Israel melakukan serangan terhadap Hizbullah di Lebanon, memperburuk konflik di kawasan tersebut

Jakarta, IDN Times – Gencatan senjata antara Israel dan Hamas hingga kini belum menemukan titik terang. Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Matthew Miller, pada Rabu (2/10/2024) mengatakan bahwa Hamas yang harus disalahkan atas mandeknya proses perundingan.

”Memang benar bahwa kami belum mampu memajukan perundingan gencatan senjata ini, tetapi itu bukan karena kurangnya upaya AS atau mitra kami di kawasan tersebut. Itu karena organisasi teroris yang telah disponsori Iran selama bertahun-tahun menolak untuk datang ke meja perundingan," katanya, dilansir Jerussalem Post.

Miller menambahkan bahwa tim mediator yang terdiri dari Mesir dan Qatar telah menguraikan beberapa poin-poin untuk gencatan senjata. Namun Hamas tetap menolak.

1. Tak ada kaitannya dengan konflik Hizbullah

Bendera Hizbullah Lebanon (twitter.com/Jewish Community)

Hamas disebutnya enggan untuk melanjutkan negosiasi dalam beberapa pekan terakhir. Keengganan itu disebut Miller tak ada kaitannya dengan intensnya serangan Israel terhadap Hizbullah di Lebanon.

"Bukan karena konflik antara Israel dan Hizbullah yang telah mengambil alih. Hamas, sekali lagi, menolak untuk terlibat," tambah Miller.

Hal tersebut dikatakan Miller murni karena memang Hamas enggan untuk berunding. Sementara Israel disebutnya sedang membuat keputusan sulit atas perundingan tersebut.

2. Hamas inginkan peta jalan yang jelas

Ilustrasi pasukan Hamas (mfa.gov.il/Israel Ministry of Foreign Affairs)

Pada pertengahan Agustus lalu, Hamas mengaku enggan untuk ikut terlibat dalam proses perundingan itu sebab tidak adanya peta jalan yang jelas untuk proses gencatan senjata permanen. Selain itu, hasil usulan AS juga disebutnya hanya menguntungkan Israel.

“Hamas tidak akan terlibat dalam negosiasi demi negosiasi untuk memberikan perlindungan bagi Israel agar dapat melanjutkan perangnya,” kata seorang petinggi Hamas secara anonim kepada BBC.

Ia menegaskan kembali bahwa peta jalan tersebut harus didasarkan pada kesepakatan yang diusulkan oleh Presiden AS Joe Biden pada akhir Mei dan menuduh Israel menambahkan syarat-syarat baru.

Usulan yang dimaksud adalah upaya gencatan senjata yang dilakukan secara tiga tahap dalam 42 hari. Selama periode itu, diharapkan gencatan senjata menyeluruh di Gaza serta pertukaran tawanan dengan Israel bisa disepakati.

3. Konflik yang masih terus berlanjut

Pasukan militer Israel dalam sebuah aksi penyelematan nyawa yang dilakukan oleh Unit 669 (Unit Penyelamatan Khusus Taktis) selama perang di Gaza. (instagram.com/@israeliairforce)

Konflik yang terjadi di Gaza kini menewaskan 41.689 orang dan 96.625 orang terluka akibat serangan Israel. Konflik kini tak hanya terjadi di Gaza, tetapi telah meluas di kawasan saat ini.

Dilansir Al Jazeera, pada Jumat (27/09/2024), Israel melakukan serangan terhadap kota Beirut di Lebanon. Serangan itu menewaskan pimpinan Hizbullah, Hassan Nasrallah.

Tewasnya Nasrallah membuat Iran melancarkan serangan balik pada Selasa (1/10/2024) malam. Serangan ini menargetkan wilayah Tel Aviv, Israel. Pada Rabu malam, Israel kembali melancarkan serangan kedua ke Beirut. Serangan itu menewaskan enam orang dan melukai 7 orang lainnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team