sudut kota Aleppo, Suriah. (unsplash.com/Aladdin Hammami)
Pasukan oposisi berhasil merebut Suriah dan menggulingkan Assad pada awal Desember. Peristiwa ini memicu kembali pertempuran di berbagai wilayah yang sebelumnya relatif tenang.
Pejuang yang didukung Turki dan kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS) merebut beberapa wilayah yang sebelumnya dikuasai SDF dalam dua pekan terakhir. Kondisi ini berisiko memicu perang besar antara pasukan pro-Turki dan SDF.
AS kini terlibat langsung dengan otoritas baru di Damaskus meski masih melabeli HTS sebagai kelompok teroris. Washington mengajukan sejumlah tuntutan kepada pemerintahan baru Suriah termasuk menghormati hak minoritas dan mencegah terorisme.
"Suriah tidak boleh digunakan sebagai basis terorisme atau ancaman bagi negara tetangga, semua persediaan senjata kimia atau biologis juga harus diamankan dan dimusnahkan dengan aman," kata Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, dilansir dari Al Jazeera.
Pesawat tempur AS juga melakukan puluhan serangan udara terhadap target ISIS dalam beberapa hari terakhir. AS khawatir ISIS memanfaatkan kekosongan kekuasaan setelah jatuhnya Assad untuk bangkit kembali.
Israel turut memanfaatkan situasi dengan membom aset-aset militer Suriah. Negara Yahudi itu bahkan memperluas okupasinya melampaui Dataran Tinggi Golan walaupun dikecam negara-negara Timur Tengah.