Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Artileri Ukraina. (x.com/DefenceU)

Jakarta, IDN Times - Juru bicara Pentagon Sabrina Singh, pada Selasa (16/10/2024), mengatakan bahwa kepentingan pertahanan udara Israel dan Ukraina berbeda. Ia menyebut Ukraina tidak terlalu membutuhkan sistem pertahanan udara canggih, seperti Terminal High Altitude Area Defense (THAAD). 

Pada akhir pekan lalu, Amerika Serikat (AS) sudah mengumumkan rencana pengiriman senjata anti-misil canggih ke Israel untuk mengadang serangan Iran. Langkah ini untuk mencegah pembalasan serangan misil Iran di Israel pada 1 Oktober lalu. 

1. Sebut situasi perang di Ukraina dan Israel berbeda

Tentara Israel. (x.com/IDF)

Singh mengatakan, perang di Ukraina dan Israel tidak sama sehingga AS akan memperlakukan keduanya berbeda. Namun, ia menambahkan bahwa Washington tetap mendukung kedua negara tersebut. 

"Kedua perang ini berbeda dan berada di kawasan yang beda pula, sehingga situasi yang dihadapi juga berbeda. Maka dari itu, komitmen untuk membantu Israel dan Ukraina juga berbeda," terangn Singh, dikutip RBC Ukraine.

Sementara itu, THAAD merupakan sistem pertahanan udara yang berbasis di darat yang didesain untuk mengadang misil balistik jarak menengah di ketinggian. Senjata tersebut menggunakan konsep intersep kinetik yang mengadang misil menggunakan energi kinetik tanpa ledakan. 

Maka dari itu, sistem pertahanan udara THAAD disebut jauh lebih efektif dibandingkan sistem pertahanan rudak balistik lainnya. 

2. Pertahanan udara Ukraina lebih buruk dibanding Israel

Misil jarak jauh Ukraina. (x.com/DefenceU)

Melansir dari Kyiv Post, pertahanan udara Ukraina selama ini jauh lebih buruk dibandingkan Israel. Bahkan, pada serangan misil pada 1 Oktober lalu, Israel dengan bantuan AS mampu menghancurkan 99 persen misil Iran. 

Sementara itu, Rusia mayoritas menyerang Ukraina menggunakan senjatanya sendiri dan hanya sedikit menggunakan senjata impor dari Iran dan Korea Utara. Militer Ukraina sudah melaporkan total 956 misil berbagai tiper diluncurkan Rusia di teritori Ukraina dari April hingga Oktober 2024. 

Sistem pertahanan udara Ukraina hanya mampu menghancurkan 402 misil yang mengarah ke negaranya. Persentase korban tewas dalam 2,5 bulan terakhir menjadi yang terburuk dan mayoritas korban berada di Kiev. 

Sebelumnya, pejabat Ukraina sudah mempertanyakan kenapa lebih sistem pertahanan udara yang dikirimkan Barat belum mampu mengadang misil Rusia. Kiev mengungkapkan kebutuhan Ukraina untuk mengadang misil Rusia. 

3. AS kirim bantuan baru ke Ukraina senilai Rp6,6 triliun

ilustrasi bendera Amerika Serikat (unsplash.com/cristina_glebova)

Pada saat yang sama, Pentagon sudah mengumumkan bantuan militer baru ke Ukraina yang senilai 425 juta dolar AS (Rp6,6 triliun). Bantuan itu termasuk sistem pertahanan udara NASAMS, misil pertahanan udara, senjata anti-tank, dan lainnya. 

"Paket Presidential Drawdown Authority (PDA) yang nilainya mencapai 425 juta dolar AS ini ditujukan untuk meningkatkan kapabilitas militer Ukraina yang sangat membutuhkan dalam mengadang serangan Rusia," ungkapnya, dilansir Ukrinform.

Pekan lalu, Presiden Prancis Emmanuel Macron sudah mendesak komunitas internasional agar tidak menerapkan standar ganda dalam membantu menyelesaikan konflik global di Timur Tengah maupun di Ukraina. 

Macron juga menolak serangan militer Israel ke Lebanon yang akan mengancam warga sipil. Ia menyebut kedaulatan Lebanon terancam imbas konflik antara Israel dan kelompok militan Syiah, Hizbollah. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorBrahm