Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
pesawat maskapai Air India. (Dylan Agbagni (CC0) from Bordeaux, France, CC0, via Wikimedia Commons)

Jakarta, IDN Times - Dua asosiasi pilot di India menolak tudingan kesalahan manusia sebagai penyebab jatuhnya pesawat Air India AI171. Bantahan ini menyusul laporan awal investigasi kecelakaan yang menewaskan 260 orang tersebut.

Laporan Biro Investigasi Kecelakaan Pesawat (AAIB) India mengungkap, tuas bahan bakar mesin berada di posisi mati sesaat setelah lepas landas. Temuan ini memicu spekulasi yang menyudutkan peran pilot dalam insiden tersebut.

1. Bantahan atas tuduhan kesalahan pilot

Laporan AAIB memang tidak menyalahkan siapapun, namun membeberkan rekaman suara kokpit yang krusial. Seorang pilot terdengar bertanya mengapa bahan bakar dimatikan, yang langsung disangkal oleh rekannya.

Rekaman singkat itu membuat beberapa pakar penerbangan menduga adanya tindakan pilot di balik pergerakan tuas. Menurut mereka, tuas tersebut tidak mungkin bergeser secara tidak sengaja.

Asosiasi Pilot Komersial India (ICPA) mengecam narasi-narasi yang menyudutkan pilot.

"Menuduh pilot bunuh diri tanpa bukti yang terverifikasi adalah pelanggaran berat etika peliputan dan penghinaan terhadap profesi. Klaim tersebut sama sekali tidak berdasar," bunyi pernyataan ICPA, dikutip dari Al Jazeera pada Senin (14/7/2025).

Senada dengan ICPA, Asosiasi Pilot Maskapai India (ALPA India) menuduh investigasi berjalan tertutup. Mereka merasa penyelidikan sengaja diarahkan untuk menyalahkan pilot.

2. Tuas bahan bakar jadi pusat perdebatan

Desain pengaman tuas bahan bakar Boeing 787 menjadi pusat perdebatan di kalangan pakar. Tuas itu harus ditarik dan diangkat melewati pelindung logam sebelum bisa digeser, sehingga sulit untuk tergeser tanpa sengaja.

Namun, laporan investigasi juga menyinggung buletin keselamatan dari Badan Penerbangan AS (FAA) pada 2018. FAA pernah merekomendasikan pemeriksaan pada fitur pengunci tuas bahan bakar, tetapi saran tersebut tidak dijalankan Air India karena tidak bersifat wajib.

Temuan ini memunculkan teori alternatif, yaitu kemungkinan malfungsi chip yang memutus sinyal ke mesin. Tetapi, pakar lain meragukan teori ini karena kemungkinan malfungsi terjadi serentak di kedua mesin dinilai sangat kecil, dilansir CNA.

Fakta lain yang menambah kerumitan adalah kedua tuas bahan bakar ditemukan dalam posisi "menyala" di lokasi kecelakaan. Hal ini mengindikasikan adanya upaya para pilot untuk menyalakan kembali mesin sebelum pesawat jatuh.

3. Publik diminta untuk tidak buru-buru menyimpulkan

CEO Air India, Campbell Wilson, meminta semua pihak untuk tidak terburu-buru mengambil kesimpulan karena penyelidikan masih berjalan. Ia juga menyatakan laporan awal tidak menemukan masalah mekanis atau perawatan pada pesawat.

"Laporan awal tidak mengidentifikasi penyebab ataupun membuat rekomendasi apa pun, jadi saya mengimbau semua orang untuk menghindari kesimpulan prematur karena investigasi masih belum selesai," kata Wilson dalam memo internalnya.

Wilson juga membela kualifikasi pilotnya, yang memiliki total jam terbang hampir 19 ribu jam dan telah lulus semua tes pra-penerbangan. Menurutnya, tidak ada catatan mengkhawatirkan terkait status medis keduanya, dilansir The Independent.

Sementara itu, pihak keluarga korban merasa skeptis dan menuntut jawaban pasti. Beberapa kerabat bahkan menuduh laporan awal tersebut berupaya melindungi pihak maskapai dan perusahaan pesawat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorRama