Intelijen AS Sebut Tiongkok dan Rusia Intervensi Pemilihan Presiden

Kedua negara mendukung kandidat yang berbeda

Washington D.C., IDN Times - Menjelang pemilihan presiden AS pada 3 November mendatang, Direktur National Counterintelligence and Security Center (NCSC), William Evanina pada Jumat kemarin (07/08) melaporkan adanya intervensi asing. "Negara-negara asing mencoba untuk mempengaruhi preferensi pemilih, serta merusak kepercayaan rakyat terhadap proses demokrasi kami", sebutnya seperti yang diberitakan BBC.

Pemilihan presiden tahun ini menggunakan sistem yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Kongres memutuskan untuk menggunakan sistem mail-in vote untuk mencegah penyebaran COVID-19. Sistem ini dilakukan dengan mengirimkan surat suara ke rumah pemlih. Setelah itu, pemilih dipersilahkan mengisinya di rumah masing-masing dan mengirimkannya kembali ke kotak pos yang telah ditentukan sebelumnya. Penggunaan sistem mail-in vote membuat Trump menyuarakan kekhawatirannya akan adanya intervensi asing ataupun kecurangan yang dapat dilakukan Biden, lawannya pada pemilihan tahun ini.

1. Rusia ingin Trump menangkan pemilihan

Intelijen AS Sebut Tiongkok dan Rusia Intervensi Pemilihan PresidenPertemuan Presiden Trump dan Putin di Helsinki, Finlandia, pada 16 Juli 2018. twitter.com/tollett_d

Evanina mengatakan bahwa Rusia melakukan intervensi terhadap pemilihan presiden tahun ini. Rusia diyakini menyebarkan isu-isu negartif terhadap Biden. Hal ini dipicu oleh sikap Biden yang cenderung anti Rusia. "Kecurigaan ini didasarkan pada peran Biden ketika menjalankan kebijakan pemerintahan Obama di Ukraina dan dukungannya untuk anti-Putin di Rusia", jelas Evanina.

Dalam pemberitaan CNN Politics, Evanina memberikan contoh intervensi Rusia berupa peningkatan kampanye Trump melalui sosial media dan saluran TV Rusia. Selain itu, ia juga menuduh Anggota Parlemen Ukraina yang pro-Rusia, Andriy Derkach, menyebarkan isu korupsi terhadap Biden. Adanya isu Rusia yang ikut campur dalam politik dalam negeri AS tentunya menimbulkan keresahan, mengingat pada pemilihan presiden tahun 2017 lalu, Rusia juga melakukan hal yang sama untuk menjatuhkan Hillary Clinton.

Ketika ditanyai mengenai isu ini, Trump terkesan tidak setuju dengan berita Rusia yang berusaha memenangkan dirinya dalam pemilihan. Namun, ia mengakui bahwa dirinya merupakan presiden yang paling tangguh menghadapi Rusia. "Saya pikir orang terakhir yang ingin dilihat Rusia di Gedung Putih adalah saya, karena tidak ada yang lebih tangguh menghadapi Rusia daripada saya", ucapnya pada sebuah konferensi berita.

2. Tiongkok berharap Trump kalah dari pemilihan presiden mendatang

Intelijen AS Sebut Tiongkok dan Rusia Intervensi Pemilihan PresidenPresiden Tiongkok Xi Jinping memberikan suaranya mengenai peraturan keamanan nasional untuk Wilayah Administrasi Khusus Hong Kong pada penutupan sesi Kongres Rakyat Nasional (NPC) di Balai Agung Rakyat di Beijing, Tiongkok, pada 28 Mei 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Carlos Garcia Rawlins

Dalam laporannya, Evanina juga menyebutkan Tiongkok turut melakukan intervensi. Adanya intervensi Tiongkok disebabkan oleh ketegangan hubungan kedua negara akhir-akhir ini yang disebabkan oleh beberapa kejadian seperti:

  • Tuduhan terhadap 2 peretas asal Tiongkok yang mencuri hak kekayaan intelektual AS
  • Penutupan kantor konsulat Tiongkok di Houston oleh AS
  • Penutupan kantor konsulat AS di Chengdu oleh Tiongkok
  • AS yang melakukan pemblokiran aplikasi asal Tiongkok, yaitu WeChat dan Tik Tok

Berbeda dengan Rusia, Tiongkok berharap Trump tidak terpilih kembali menjadi presiden AS. The New York Times melaporkan bahwa Tiongkok tidak berusaha untuk meretas hasil pemungutan suara, melainkan mencoba untuk menekan politisi yang dianggap bertentangan dengan kepentingan Tiongkok dan memengaruhi kebijakan di AS.

3. Kedua kandidat saling tuduh

Intelijen AS Sebut Tiongkok dan Rusia Intervensi Pemilihan PresidenIlustrasi pemilihan umum. unsplash.com/@morningbrew

Berhembusnya isu mengenai intervensi dan dukungan dari negara lain membuat kedua kandidat saling menjelekkan satu sama lain. Dalam sebuah pernyataan, Biden mengatakan bahwa Trump secara terbuka dan berulang kali mengundang, memberanikan diri, bahkan memaksa campur tangan asing dalam pemilihan presiden. Pernyataan Biden sejalan dengan penemuan Badan Intelijen AS mengenai Rusia yang sudah mendukung kampanye Trump sejak pemilihan tahun 2016.

Membela diri, Tim Murtaugh selaku juru bicara kampanye Trump mengatakan bahwa mereka tidak membutuhkan intervensi asing untuk memenangkan pemilihan.  "Presiden Trump akan mengalahkan Joe Biden secara jujur dan adil tanpa bantuan asing", ucapnya seperti yang diberitakan ABC News.

Di lain sisi, Trump mengakui bahwa ia telah meraup puluhan miliar dolar dari Tiongkok, sehingga wajar bila Tiongkok mendukung Biden untuk menjadi presiden AS. “Tiongkok mengalami tahun terburuk dalam 67 tahun terakhir sedangkan kami mengalami tahun terbaik kami. Jika Biden menjadi presiden, Tiongkok akan mengambil alih AS", tambahnya.

Menanggapi kecurigaan adanya intervensi asing, Gedung Putih segera memberikan respons resmi. Dalam sebuah pernyataan, Gedung Putih menegaskan bahwa Amerika Serikat tidak akan menoleransi intervensi asing dalam pemilihan presiden dan akan menanggapi ancaman asing yang menargetkan lembaga-lembaga demokrasi kami"

Baca Juga: Trump Resmi Larang Operasional TikTok dan WeChat di Amerika Serikat

Aviliani Vini Photo Verified Writer Aviliani Vini

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya