Pemimpin Oposisi Rusia Alexei Navalny Kritis, Diduga Diracun

Kremlin bantah terlibat dalam kasus ini

Omsk, IDN Times - Alexei Navalny, pemimpin oposisi Rusia jatuh sakit dalam perjalanan dari Siberia ke Moskow untuk menemui para aktivis menggunakan pesawat pada Kamis (20/08) kemarin. Juru bicara Navalny, Kira Yarmysh mengatakna bahwa Navalny mengalami keracunan dan pesawat segera melakukan pendaratan darurat di Kota Omsk. Dugaan ini muncul sebab Navalny hanya meminum segelas teh di bandara sejak pagi hari. "Dokter mengatakan bahwa racun lebih mudah diserap oleh cairan panas", jelas Yarmysh melalui Twitter.

Anatoly Kalinichenko, dokter di rumah sakit tempat Navalny dirawat mengatakan kepada media bahwa saat ini, Navalny sedang berada dalam kondisi stabil walaupun masih tidak sadar dan mengenakan ventilator. Dari pengakuan Kalinichenko, Bloomberg melaporkan bahwa belum ada kepastian apakah Navalny mengalami keracunan seperti dugaan juru bicaranya. Kremlin yang diduga kuat sebagai dalang dibalik peristiwa ini menyampaikan keprihatinannya dengan menyampaikan harapan Navalny dapat pulih dengan cepat.

1. Navalny menjadi musuh pemerintah sejak tahun 2011

Pemimpin Oposisi Rusia Alexei Navalny Kritis, Diduga DiracunVladimir Putin, Presiden Rusia yang diduga menjadi dalang dari perisitawa diracunnya Navalny. Twitter.com/KremlinRussia_E.

Navalny telah menjadi oposisi pemerintah sejak tahun 2011 ketika ia memimpin aksi unjuk rasa terkait kecurangan yang dilakukan oleh Partai Rusia Satu Putin dalam pemilihan parlemen. Akibat aksinya ini, ia dipenjara selama 15 hari.

Masih di tahun yang sama, ia juga mendirikan Anti-Corruption Fund (FBK) dan membeberkan kasus korupsi pejabat Rusia melalui akun YouTubenya. Organisasi anti korupsi yang didirikannya kemudian dianggap sebagai 'agen asing' oleh pemerintah dan Navalny dijatuhi hukuman atas dugaan korupsi pada tahun 2013. Banyak pihak yang berspekulasi bahwa ada motif politik dibalik hukuman yang dijatuhkan kepada Navalny.

Karena aktivitasnya yang dianggap mengganggu, ia juga sempat mengalami luka bakar di mata kanannya akibat tersiram bahan kimia keras pada tahun 2017. Satu tahun setelah kejadian tersebut, Navalny mencalonkan diri dalam pilpres, namun dilarang akibat adanya tuduhan korupsi pada tahun 2013 lalu.

Di tahun 2019, ia kembali dipenjara selama 30 hari akibat memimpin aksi unjuk rasa. Ketika berada dalam penjara, ia sempat jatuh sakit dan didiagnosa mengalami dermatitis kontak, ruam kulit yang dipicu oleh aksi alergi karena zat tertentu. Navalny mengaku tidak pernah memiliki alergi dengan zat apapun sehingga dokter mengatakan bahwa tidak menutup kemungkinan Navalny terpapar beberapa zat beracun.

Canberra Times memberitakan bahwa Navalny mengkampanyekan gerakan pemilu cerdas baru-baru ini. Gerakan tersebut berfokus melawan kandidat pro-Kremlin yang mencalonkan diri pada pemilihan mendatang. Navalny membeberkan sejumlah nama kandidat yang masuk ke dalam kategori tersebut. "Apakah anda mau kita seperti Belarusia? Ini adalah daftar kandidat pro-Kremlin", tulis Navalny, mengacu pada Presiden Alexander Lukashenko yang telah menjadi Presiden Belarusia selama 26 tahun lamanya.

2. Istri dan juru bicara dilarang menjenguk Navalny

Pemimpin Oposisi Rusia Alexei Navalny Kritis, Diduga DiracunSuasana rumah sakit tempat Navalny dirawat yang dipenuhi oleh polisi. Twitter.com/Kira_Yarmysh.

Dalam cuitan terakhirnya di Twitter, Yarmysh menceritakan bahwa ruangan tempat Navalny dirawat dijaga oleh banyak anggota kepolisian setempat. Polisi melarang Yarmysh, Yulia Navalnaya selaku istri Navalny, beserta dokter Anastasia Vasilyeva untuk melihat kondisi Navalny. Polisi meminta Navalnaya untuk membawa surat nikah sebagai bukti resmi dan mengatakan bahwa Navalnaya tidak mendapatkan izin masuk dari pasien. Tidak hanya itu, barang-barang milik Navalny selanjutnya akan disita oleh pihak berwenang.

Yarmysh juga melaporkan bahwa dokter sudah siap memberikan informasi mengenai kondisi Navalny ketika tiba-tiba berubah pikiran dengan mengatakan bahwa hasil tes mengalami penundaan. Dokter memberitahu bahwa hasil akan keluar pada Kamis (20/08) sore.

3. FBK ajukan investigasi

Pemimpin Oposisi Rusia Alexei Navalny Kritis, Diduga DiracunAlexei Navalny (kiri) bersama dengan istrinya, Yulia Navalnaya (kanan). Instagram.com/yulia_navalnaya.

Dugaan kuat mengenai motif politik dibalik sakitnya Navalny membuat FBK mengajukan investigasi kriminal ke Komite Investigasi Rusia. "Tidak ada keraguan bahwa Navalny diracun akibat posisi politik dan aktivitasnya", ungkap Vyacheslav Gimadi selaku pengacara FBK melalui Twitter.

Menanggapi hal ini, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov mengatakan bahwa Kremlin mengetahui pemberitaan media mengenai kondisi Navalny. "Kami tahu ia sedang dalam keadaan kritis. Saat ini dokter sedang melakukan apa yang harus dilakukan dan di Omsk sendiri, dokter terbaik dilibatkan untuk menangani kasus ini", ucapnya pada sebuah konferensi dengan jurnalis. Kremlin, melalui Peskov, menyatakan bersedia untuk membantu tim Navalny jika mereka meminta pengobatan di luar negeri.

Dalam konferensi tersebut, jurnalis sempat menanyakan apakah Kremlin mengetahui bahwa Navalny diracun menggunakan halusinogen. Dikutip dari CNN, Peskov menjawab dengan menyatakan bahwa hal tersebut hanya dapat dikonfirmasi melalui hasil tes yang dikeluarkan rumah sakit. "Sepanjang yang kami tahu, hasil tes belum keluar, sehingga hanya ada asumsi apakah benar diracun atau tidak", ucapnya kepada media.

4. Menjadi aktivis terakhir yang mengalami keracunan

Pemimpin Oposisi Rusia Alexei Navalny Kritis, Diduga DiracunInsiden ini menjadikan Navalny sebagai aktivis terakhir yang diracun akibat aktivias politiknya. Instagram.com/Navalny.

Sejak dulu, sejumlah aktivis telah mengalami keracunan yang diduga akibat aktivitasnya yang menentang pemerintah. Pada tahun 2004, jurnalis investigasi terkemuka Anna Politkovskaya mengalami penurunan kesadaran dalam perjalanannya dari Rostov ke Beslan setelah meminum teh di pesawat. "Sayangku, mereka mencoba meracunimu", ucap perawat yang menangani Politkovskaya di rumah sakit.

Pada tahun 2006, mantan agen Rusia yang memberontak, Alexander Litvinenko juga mengalami keracunan setelah meminum teh yang dicampur dengan polonium. Setelah 23 hari dirawat, Litvinenko mengehembuskan nafas terakhirya di Inggris. Aktivis Pyotr Verzilov yang memimpin invasi lapangan selama pertandingan final Piala Dunia 2018 di Rusia untuk memprotes pemerintahan Putin juga dirawat karena gejala keracunan pada akhir tahun itu.

Dalam sebuah wawancara dengan CNN di tahun 2018, Navalny sempat mengatakan bahwa berbicara mengenai keadilan di Rusia sangatlah berisiko. "Siapapun yang terlibat dalam aktivitas oposisi di Rusia dapat ditahan atau dibunuh", ungkapnya. Pikiran mengenai risiko yang dapat dihadapi Navalny tidak memberikan kesenangan, namun baginya hanya ada 2 pilihan; berbicara atau diam. Dengan segala risiko yang dimilikinya, Navalny mengaku akan tetap melakukan apa yang sekarang ia kerjakan.

Baca Juga: Norwegia Usir Seorang Diplomat Rusia, Ada Apa?

Aviliani Vini Photo Verified Writer Aviliani Vini

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya