Teheran, IDN Times - Pada hari Minggu (25/7/2021), waktu setempat, Wakil Perdana Menteri yang juga Menteri Luar Negeri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani bertemu dengan Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran, Mohammad Javad Zarif di Teheran.
Dalam pertemuan tersebut, mereka membahas hubungan kerja sama bilateral kedua negara dan perkembangan di kawasan. Bagaimana kronologinya?
Berdasarkan laporan kantor berita Iran, IRNA, Menlu Qatar Al-Thani melakukan perjalanan kunjungan ke Teheran mendadak pasca beberapa hari setelah mengunjungi Washington.
Dikutip dari laman resmi Kementerian Luar Negeri Qatar, mofa.gov.qa, menyatakan bahwa, Al-Thani juga bertemu dengan presiden terpilih Iran, Ebrahim Raisi.
Dalam pertemuan tersebut, mereka meninjau hubungan kerja sama bilateral antara kedua negara, dan cara-cara untuk mendukung dan mengembangkannya. Tak lupa, Al-Thani mengucapkan selamat kepada Ebrahim Raisi atas kemenangannya dalam pemilihan presiden di Republik Islam Iran, serta berharap Raisi sukses.
"Teheran memberikan penekanan khusus pada hubungan dengan Doha dan memastikan bahwa Iran mendoakan yang terbaik untuk tetangganya," ungkap Raisi, yang mencatat bahwa prioritas pemerintahannya dalam kebijakan luar negeri adalah hubungan dengan tetangga dan dikutip dari Al Jazeera.
Dilansir Al Jazeera, Kementerian Luar Negeri Iran dalam sebuah pernyataan mengungkapkan bahwa, Diplomat senior Qatar sebelumnya bertemu dengan Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif untuk pembicaraan yang berfokus pada perkembangan bilateral terbaru serta isu-isu regional dan internasional yang penting.
Seperti yang diketahui, sebelum berkunjung ke Teheran, Al Thani bertemu dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Antony Blinken di Washington pada hari Kamis (22/7/2021).
Menurut Kementerian Luar Negeri Qatar, selama pertemuan itu, kedua negara meninjau kerja sama bilateral dan perkembangan regional, khususnya di Afghanistan, Iran, Suriah, dan Palestina.
Qatar juga menekankan perlunya dialog yang terbuka dan transparan antara negara-negara GCC (Gulf Cooperation Council) dan Iran, guna mencapai stabilitas kawasan.
Sejak bulan April, Iran telah terlibat dalam pembicaraan dengan kekuatan dunia di Wina soal menghidupkan kembali perjanjian nuklir 2015, di mana AS mengambil bagian secara tidak langsung dalam negosiasi.
Pada pembicaraan itu bertujuan guna mengembalikan AS ke kesepakatan yang ditariknya dari tahun 2018 di bawah pemerintahan presiden Donald Trump dengan mencabut sanksi yang diterapkan kembali kepada Teheran, agar Iran kembali sepenuhnya mematuhi komitmen nuklir yang secara bertahap mundur sebagai pembalasan atas sanksi.
Iran pun telah mengkonfirmasi bahwa pembicaraan tidak akan dilanjutkan sampai Raisi yang ultrakonservatif mulai menjabat pada bulan Agustus.