Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi pengungsi etnis Rohingya berada di Pulau Idaman, pesisir Pantai Kuala Simpang Ulim, Aceh Timur, Aceh, Sabtu (5/6/2021). Sebanyak 81 orang pengungsi etnis Rohingya dengan tujuan Malaysia yang terdampar di Aceh pada 4 Juni 2021. (ANTARA FOTO/Irwansyah)

Jakarta, IDN Times - Setidaknya lima pengungsi Rohingya tewas di Bangladesh akibat bentrokan sebelum fajar pada Jumat (7/7/2023). Bentrokan itu pecah beberapa jam setelah jaksa Pengadilan kriminal Internasional (ICC) mengunjunggi permukiman tersebut untuk mengumpulkan kesaksian.

"Kelima orang yang tewas dalam tembak-menembak adalah anggota ARSA, termasuk seorang komandan," kata Juru bicara Bataliyon Polisi Bersenjata yang menjaga kamp pengungsi, Faruq Ahmed, mengatakan pada AFP.

Usai bentrokan itu, menurutnya, keamanan telah ditingkatkan di kamp-kamp tersebut.

1. Kekerasan terjadi setelah salah satu pemimpin komunitas pengungsi terbunuh

Melansir Al Jazeera, Bangladesh adalah rumah bagi sekitar satu juta etnis Rohingya. Sebagian besar dari mereka adalah para korban yang melarikan diri dari penumpasan militer pada 2017 di Myanmar. Kini pembantaian etnis Rohingya menjadi kasus penyelidikan genosida di pengadilan PBB.

Kekerasan yang terjadi pada minggu ini adalah yang terbaru dari serangkain bentrokan mematikan antara Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA) dan Organisasi Solidaritas Rohingya (RS0). Mereka adalah dua kelompok yang bersaing yang beroperasi di kamp-kamp pengungsi tersebut.

Ahmed juga mengatakan kekerasan tersebut terjadi beberapa jam setelah pembunuhan seorang pemimpin komunitas pengungsi, Ebadullah, yang diduga dilakukan oleh ARSA. Kelompok ARSA tidak segera memeberikan komentar atas kasus pembunuhan tersebut, tapi anggotanya dituduh menargetkan pemimpin sipil Rohingya yang menentang otoritasnya.

2. ARSA dituduh berada di balik meningkatnya jumlah kejahatan di kamp pengungsi Bangladesh

Editorial Team

Tonton lebih seru di