Pertemuan Donald Trump (kiri) dan Vladimir Putin (kanan) di Helsinki pada 16 Juli 2018. (Kremlin.ru, CC BY 4.0, via Wikimedia Commons)
Meski kuat, penggunaan Tomahawk bukan tanpa hambatan. Rudal ini umumnya diluncurkan dari kapal perang atau kapal selam, armada yang tidak dimiliki Ukraina. Karena itu, Kyiv membutuhkan varian darat seperti Typhon, meski stok peluncurnya terbatas. AS sendiri hanya memiliki dua unit aktif, sementara varian X-Mav yang lebih mobile baru sebatas demonstrasi.
Pakar Defense Express, Oleh Katkov, mengatakan produksi tahunan yang rendah membuat Ukraina mungkin hanya mendapat 20-50 rudal. Efektivitas Tomahawk pun bergantung pada peluncuran dalam jumlah besar, yang sulit dilakukan dengan stok terbatas.
Selain itu, pengoperasian rudal ini sangat bergantung pada intelijen, logistik, dan pelatihan dari AS. Hal tersebut bisa memperlambat penerapannya, apalagi jika didanai melalui mekanisme NATO PURL yang memerlukan dukungan finansial dari Eropa dan Kanada.
Namun, peluang Ukraina untuk memperoleh rudal Tomahawk tampaknya mulai menipis setelah Putin melakukan panggilan telepon mendadak kepada Trump pada Kamis (16/10/2025) malam. Panggilan itu muncul menjelang kunjungan Zelenskyy ke Washington untuk menghadiri jamuan makan siang di Gedung Putih guna membahas isu tersebut.
Dalam beberapa pekan terakhir, Trump sempat menyuarakan kekesalannya terhadap Putin dan memberi sinyal kesiapan memasok rudal yang selama ini diinginkan Kyiv untuk memperluas kemampuan serangan jarak jauhnya. Namun, setelah percakapan dengan Putin, Trump terlihat menarik kembali pernyataannya.
“Kami juga membutuhkan Tomahawk untuk Amerika Serikat. Kami memang memiliki banyak, tetapi kami membutuhkannya. Maksud saya, kami tidak bisa menguras stok untuk negara kami. Saya tidak tahu apa yang bisa kami lakukan soal itu,” kata Trump kepada wartawan di Oval Office, dikutip dari The Guardian.
Dengan perubahan sikap tersebut, apakah Ukraina masih memiliki peluang mendapatkan rudal Tomahawk yang selama ini diidamkan?