Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Rudal jelajah Tomahawk Block IV saat uji coba penerbangan
Rudal jelajah Tomahawk Block IV saat uji coba penerbangan (U.S. Navy derivative work: The High Fin Sperm Whale, Public domain, via Wikimedia Commons)

Intinya sih...

  • Rudal Tomahawk merupakan rudal jelajah jarak jauh berpemandu yang akurat dan mematikan, mampu merusak target militer Rusia secara signifikan.

  • Pengembangan dimulai sejak 1970-an oleh AS, telah digunakan dalam berbagai konflik, memiliki berbagai versi dengan harga bervariasi.

  • Ukraina menginginkan Tomahawk untuk memperluas jangkauan serangannya, salah satu keunggulannya adalah kemampuan terbang rendah hingga sulit terdeteksi radar.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, membahas kemungkinan pasokan rudal Tomahawk ke Ukraina bersama Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy dalam pertemuan di Gedung Putih pada Jumat (17/10/2025). Pertemuan itu menjadi tatap muka keempat sejak Trump kembali menjabat pada Januari, di tengah desakan Kyiv agar mendapat senjata jarak jauh guna menekan Rusia bernegosiasi mengakhiri perang.

Kremlin menyebut potensi pengiriman Tomahawk sebagai tahap eskalasi baru yang dapat menyeret AS lebih jauh ke konflik. Para analis menilai rudal ini memang mampu merusak target militer Rusia secara signifikan, meskipun tidak otomatis menjadi senjata ajaib yang mengubah jalannya perang.

1. Rudal jelajah akurat dan mematikan

ilustrasi rudal (pexels.com/Aseem Borkar)

Tomahawk merupakan rudal jelajah jarak jauh berpemandu yang dirancang untuk menyerang sasaran di darat dalam operasi ofensif mendalam. Rudal ini bisa diluncurkan dari kapal perang atau kapal selam dan terbang rendah mengikuti kontur permukaan tanah agar sulit dideteksi radar.

Fungsi utamanya adalah memberikan pukulan presisi ke sasaran strategis, seperti pangkalan militer atau pusat komando. Sistem navigasi canggihnya memungkinkan rudal ini mengikuti medan dengan akurat, membuat waktu reaksi musuh menjadi sangat terbatas begitu terdeteksi.

2. Pengembangan dimulai sejak 1970-an

USS Missouri menembakkan BGM-109 Tomahawk pada tahun 1991. (PH3 Brad Dillon uploaded to en.wikipedia by TomStar81, Public domain, via Wikimedia Commons)

Pengembangan Tomahawk dimulai pada dekade 1970-an oleh AS, awalnya dengan varian nuklir yang dirancang untuk meluncurkan hulu ledak dari udara, darat, maupun laut. Rudal ini pertama kali digunakan pada 1991 dalam Operasi Desert Storm di Irak, menandai debutnya sebagai senjata konvensional modern.

Sejak itu, Tomahawk telah digunakan di berbagai konflik seperti Libya, Suriah, dan Yaman, termasuk dalam serangan gabungan AS-Inggris terhadap kelompok Houthi tahun lalu. Pada 2017 dan 2018, rudal ini berhasil menghancurkan target pertahanan udara Rusia di Suriah.

Lebih dari 2.300 rudal Tomahawk telah ditembakkan sejak 1991. Angka ini menunjukkan keandalan dan perannya dalam operasi militer besar di berbagai belahan dunia.

3. Seperti apa spesifikasinya?

Dilansir dari DW, Tomahawk memiliki berbagai versi, salah satunya Block II dengan kemampuan membawa hulu ledak nuklir hingga jarak 2.500 kilometer. Varian modern yang bersifat konvensional kini dibatasi pada jangkauan sekitar 1.600 kilometer. Selain itu, ada versi darat seperti Typhon dan X-Mav yang lebih mobile dan dapat diluncurkan dari daratan.

Rudal ini memiliki panjang sekitar 6,1 meter, rentang sayap 2,5 meter, dan berat sekitar 1.510 kilogram. Kecepatannya mencapai lebih dari 500 mil per jam, sementara biaya per unit diperkirakan sekitar 1,3 juta dolar AS (setara Rp21,5 miliar). Namun, harga bisa berbeda tergantung pembeli, Jepang membayar sekitar 4,25 juta dolar AS (setara Rp70,4 miliar) per unit dan Belanda hingga 12,5 juta dolar AS (setara Rp207 miliar).

Varian Tomahawk bisa membawa hulu ledak nuklir maupun konvensional dengan teknologi pencocokan kontur medan untuk penerbangan rendah. Produksi tahunannya sekitar 50 unit, menjadikannya senjata bernilai tinggi dengan stok terbatas.

4. Kenapa Ukraina menginginkanya?

ilustrasi logo Ukraina dan NATO (unsplash.com/Marek Studzinski)

Ukraina berambisi memiliki Tomahawk untuk memperluas jangkauan serangannya, termasuk ke wilayah Rusia. Dengan rudal ini, Kyiv dapat menargetkan pangkalan militer, pusat logistik, lapangan udara, hingga pusat komando yang sebelumnya tak terjangkau.

Institute for the Study of War memperkirakan ada sekitar 1.600 hingga 2 ribu target militer Rusia yang berada dalam jangkauan rudal ini. Zelenskyy menyebut Tomahawk dapat membuat Moskow mempertimbangkan panggilan Trump untuk negosiasi damai, karena kemampuannya menghantam fasilitas penting seperti pabrik drone di Yelabuga dan pangkalan udara Engels-2.

Menteri Luar Negeri Polandia, Radosław Sikorski, menilai ukuran Rusia membuat pertahanan udaranya sulit mencakup seluruh wilayah, sehingga rudal seperti Tomahawk bisa sangat efektif. Ukraina pun menegaskan hanya akan menggunakan rudal tersebut untuk menyerang target militer, bukan sipil.

5. Keunggulan di atas pertahanan Rusia

ilustrasi bendera Rusia (unsplash.com/Egor Filin)

Salah satu keunggulan utama Tomahawk adalah kemampuannya terbang rendah mengikuti kontur medan, membuatnya hampir mustahil terdeteksi radar hingga saat-saat terakhir. Hal ini memberikan waktu reaksi minimal bagi pertahanan udara lawan.

Pakar militer Ukraina, Kostiantyn Kryvolap, menyebut fitur penerbangan rendah ini sebagai yang terbaik di antara rudal jelajah non-nuklir milik Barat. Dalam uji tempur di Suriah pada 2017 dan 2018, Tomahawk mampu menembus sistem pertahanan Rusia seperti S-400 dan Pantsir.

Andriy Kovalenko dari Pusat Penanggulangan Disinformasi Ukraina menilai efektivitasnya meningkat jika diluncurkan secara salvo, karena membebani sistem pertahanan musuh. Analis Emil Kastehelmi dari Black Bird Group menambahkan bahwa kemampuan ini berpotensi mempersulit Rusia melindungi aset penting seperti pangkalan di Novorossiysk atau Olenya.

6. Apa risiko eskalasi yang ditimbulkan?

ilustrasi perang (pexels.com/Pixabay)

Kemungkinan pengiriman Tomahawk berpotensi meningkatkan ketegangan antara AS dan Rusia. Kremlin menilai keterlibatan Washington dalam pelatihan dan intelijen untuk Ukraina dapat menyeret AS lebih jauh ke dalam konflik. Presiden Rusia, Vladimir Putin bahkan menyebut langkah ini sebagai tahap eskalasi baru yang secara kualitatif berbeda, menurut juru bicara Dmitry Peskov.

Eks Duta Besar AS untuk Ukraina, John E. Herbst, dari Atlantic Council’s Eurasia Center, menilai histeria Kremlin justru menunjukkan pengaruh nyata ancaman ini terhadap kebijakan Putin.

Analis dari Center for Strategic and International Studies, Mark Cancian, berpendapat risiko eskalasi sebenarnya dibesar-besarkan, sebab Putin masih berusaha menghindari konfrontasi langsung dengan NATO.

Dilansir dari The Hill, Eks Presiden Rusia Dmitry Medvedev mengatakan bahwa pengiriman rudal Tomahawk tersebut berpotensi berakhir buruk bagi semua pihak, termasuk bagi Trump sendiri.

7. Tantangan yang dihadapi Ukraina

Pertemuan Donald Trump (kiri) dan Vladimir Putin (kanan) di Helsinki pada 16 Juli 2018. (Kremlin.ru, CC BY 4.0, via Wikimedia Commons)

Meski kuat, penggunaan Tomahawk bukan tanpa hambatan. Rudal ini umumnya diluncurkan dari kapal perang atau kapal selam, armada yang tidak dimiliki Ukraina. Karena itu, Kyiv membutuhkan varian darat seperti Typhon, meski stok peluncurnya terbatas. AS sendiri hanya memiliki dua unit aktif, sementara varian X-Mav yang lebih mobile baru sebatas demonstrasi.

Pakar Defense Express, Oleh Katkov, mengatakan produksi tahunan yang rendah membuat Ukraina mungkin hanya mendapat 20-50 rudal. Efektivitas Tomahawk pun bergantung pada peluncuran dalam jumlah besar, yang sulit dilakukan dengan stok terbatas.

Selain itu, pengoperasian rudal ini sangat bergantung pada intelijen, logistik, dan pelatihan dari AS. Hal tersebut bisa memperlambat penerapannya, apalagi jika didanai melalui mekanisme NATO PURL yang memerlukan dukungan finansial dari Eropa dan Kanada.

Namun, peluang Ukraina untuk memperoleh rudal Tomahawk tampaknya mulai menipis setelah Putin melakukan panggilan telepon mendadak kepada Trump pada Kamis (16/10/2025) malam. Panggilan itu muncul menjelang kunjungan Zelenskyy ke Washington untuk menghadiri jamuan makan siang di Gedung Putih guna membahas isu tersebut.

Dalam beberapa pekan terakhir, Trump sempat menyuarakan kekesalannya terhadap Putin dan memberi sinyal kesiapan memasok rudal yang selama ini diinginkan Kyiv untuk memperluas kemampuan serangan jarak jauhnya. Namun, setelah percakapan dengan Putin, Trump terlihat menarik kembali pernyataannya.

“Kami juga membutuhkan Tomahawk untuk Amerika Serikat. Kami memang memiliki banyak, tetapi kami membutuhkannya. Maksud saya, kami tidak bisa menguras stok untuk negara kami. Saya tidak tahu apa yang bisa kami lakukan soal itu,” kata Trump kepada wartawan di Oval Office, dikutip dari The Guardian.

Dengan perubahan sikap tersebut, apakah Ukraina masih memiliki peluang mendapatkan rudal Tomahawk yang selama ini diidamkan?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team