Jakarta, IDN Times - Serangan udara menghantam Old Fangak, Sudan Selatan, menewaskan tujuh orang dan melukai 20 lainnya pada Sabtu (3/5/2025). Rumah sakit satu-satunya di wilayah itu, yang dikelola Médecins Sans Frontières (MSF), rusak parah dan tak lagi beroperasi. Insiden ini memperburuk kondisi warga yang sudah rentan akibat konflik politik yang terus memanas.
MSF menyebut serangan itu sebagai pelanggaran serius terhadap hukum internasional, karena fasilitas medis menjadi target langsung. Situasi makin tegang menyusul penahanan Wakil Presiden Pertama Riek Machar pada Maret 2025, yang dituduh memicu pemberontakan terhadap pemerintahan Presiden Salva Kiir. Ketegangan antara kedua faksi kian mengancam perdamaian yang rapuh sejak perjanjian damai 2018.
“Warga panik dan berlarian tanpa tujuan saat bom mulai dijatuhkan sebelum fajar,” ujar seorang saksi mata, dilansir Al Jazeera. Akses terhadap layanan kesehatan, air bersih, dan pangan kini makin sulit didapat.