11 Orang Tewas Akibat Serangan Drone di Kamp Pengungsi Sudan

Jakarta, IDN Times - Sedikitnya 11 orang tewas akibat serangan drone yang dilancarkan oleh pasukan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) terhadap kamp pengungsi di negara bagian Sungai Nil, Sudan, pada Jumat (25/4/2025). Serangan itu juga merusak pembangkit listrik terdekat untuk keempat kalinya sejak konflik meletus 2 tahun lalu.
Pesawat tanpa awak tersebut menghantam kamp darurat yang terletak sekitar 3 km dari pembangkit listrik Atbara di luar kota al-Damer. Kamp ini menampung sekitar 180 keluarga yang melarikan diri dari pertempuran di ibu kota, Khartoum.
“Serangan drone pertama datang dan mendarat tepat di belakang kami. Lima belas menit kemudian, serangan lain terjadi, total ada empat serangan. Saya memutuskan untuk pergi karena situasinya sangat mengerikan; ada mayat-mayat, orang-orang yang tubuhnya hancur, dan banyak yang dilarikan ke rumah sakit," kata Mawaheb Mohamed, salah satu korban selamat, dilansir dari Al Jazeera.
1. Korban tewas termasuk perempuan, anak-anak, dan lansia
Seorang pejabat medis menyatakan bahwa 23 orang lainnya juga terluka dalam serangan itu. Laporan menyebut bahwa sembilan di antaranya adalah anak-anak.
Dalam pernyataan pada Jumat, Gubernur Mohammed Al-Badawi Abdel-Majid mengecam serangan itu. Ia mengatakan bahwa sebagian besar korban tewas adalah perempuan, anak-anak, dan lansia.
Abdel-Majid mendesak komunitas internasional dan organisasi hak asasi manusia untuk mendokumentasikan pelanggaran itu dan memastikan pihak-pihak yang terlibat dimintai pertanggungjawaban. Gubernur juga memerintahkan pemindahan kamp ke lokasi lain yang lebih aman untuk melindungi para pengungsi.
2. Picu pemadaman listrik di beberapa negara bagian
Dilansir dari Xinhua, Dewan Koordinasi Media Perusahaan Listrik Sudan menyatakan bahwa serangan yang menimpa gardu induk Atbara menyebabkan pemadaman listrik di negara bagian Sungai Nil dan Laut Merah.
Tim pertahanan sipil sedang disebut tengah berupaya memadamkan kebakaran akibat serangan tersebut, sebelum menilai kerusakan dan melakukan tindak lanjut.
Belakangan ini, RSF telah meningkatkan serangan terhadap fasilitas sipil dan militer di negara bagian Utara dan Sungai Nil. Tindakan tersebut menyebabkan kerusakan signifikan pada Bendungan Merowe di Sudan utara dan memicu pemadaman listrik di beberapa negara bagian.
3. Lebih dari 12,4 juta orang mengungsi akibat konflik Sudan
Sudan terjerumus ke dalam kekerasan pada April 2023, ketika ketegangan antara militer Sudan, yang dipimpin oleh Abdel Fattah al-Burhan, dan RSF meletus menjadi pertempuran terbuka. Sejak itu, puluhan ribu orang telah tewas.
Militer Sudan baru-baru ini telah meraih kemajuan, temasuk di Khartoum. Meski demikian, pertempuran masih terkonsentrasi di wilayah Darfur, di mana RSF sedang berupaya menyingkirkan posisi-posisi militer yang tersisa, mengakibatkan ratusan ribu orang mengungsi.
Konflik di Sudan telah memicu salah satu krisis pengungsian terbesar di dunia. Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), lebih dari 12,4 juta orang mengungsi dari rumah mereka, dengan 3,3 juta di antaranya melarikan diri ke negara-negara tetangga.