Ada Bom 7 Kg di Dekat Rumah, Wapres Kolombia Lolos dari Pembunuhan

Francia Marquez upayakan perdamaian di Kolombia

Jakarta, IDN Times - Wakil Presiden Kolombia, Francia Marquez, mengaku berhasil lolos dari percobaan pembunuhan pada Selasa (10/1/2023). Pengakuan ini dilontarkan setelah sejumlah tim keamanan menemukan alat peledak yang terpasang tak jauh dari kediamannya.  

Sepanjang 2022, Kolombia terus dirundung kasus kekerasan dari pemberontak ELN (Ejército de Liberación Nacional), pembelot FARC, dan kartel narkoba Clan del Golfo. Namun, sejak Gustavo Petro terpilih sebagai presiden pada Agustus 2022, kasus kekerasan sedikit mereda. 

Pada akhir 2022, pemerintah Kolombia dan ELN bersedia melanjutkan negosiasi perdamaian di Caracas. Bahkan, Presiden Petro menyerukan gencatan senjata dengan lima pemberontak dan bersiap mewujudkan perdamaian total di Kolombia. 

1. Ditemukan bahan peledak seberat 7 kilogram

Berdasarkan pernyataan Marquez, dugaan percobaan pembunuhan diklaim setelah ditemukan bahan peledak seberat 7 kilogram di jalanan dekat rumahnya. Bahan peledak itu ditemukan tim keamanan di Desa Yolombo, Suarez, Cauca. 

"Intelijen dan personel keamanan menyimpulkan bahwa ini adalah sebuah serangan kepada wakil presiden. Mengingat karakteristik dan lokasi penemuannya, terdapat bukti bahwa ini adalah percobaan serangan baru yang bertujuan membunuh saya," tutur Marquez, dikutip Telesur.

"Kami tidak akan berhenti, hari demi hari sampai kami mencapai perdamaian total dan itulah mimpi dan kebutuhan kita. Kami tidak akan berhenti sampai di setiap teritori, sangat mungkin bagi kita hidup dalam harmoni," tambah dia. 

Sama seperti Petro, Marquez punya tujuan untuk mengubah tatanan sosial dan mengakhiri konflik berkepanjangan di Kolombia yang mendekati 6 dekade. 

Baca Juga: Presiden Chile dan Kolombia Kecam Kerusuhan di Brasil

2. Kasus percobaan pembunuhan kedua kepada Marquez

Sebelum menjadi wakil presiden, Marquez dikenal sebagai aktivis lingkungan di kampung halamannya, Suarez, Cauca. Percobaan pembunuhan ini bukan yang pertama ia alami. Pada 2019, ia pernah hampir terbunuh setelah orang bersenjata hendak menembaknya. 

Dilansir Mongabay, peristiwa memilukan itu terjadi di tengah pertemuan antaraktivis penegak hak asasi manusia (HAM) yang digelar di Santander de Quilichao pada 4 Mei 2019. Saat itu, sejumlah pria bersenjata berusaha menerobos masuk ke dalam gedung. 

Upaya pembunuhan berhasil digagalkan oleh aparat yang ditunjuk pemerintah. Alhasil, dua penjaga dilaporkan terluka setelah terlibat bentrokan dengan pria tak dikenal tersebut. Kabar baiknya, tidak ada satu pun orang yang tewas dalam peristiwa itu. 

Serangan itu menimbulkan protes kepada pemerintah Kolombia untuk menyediakan jaminan keamanan bagi pemimpin etnis minoritas dan komunitas yang berada di daerah rawan terdampak kekerasan. 

3. Francia Marquez akan berpidato di Dewan Keamanan PBB

Pada Rabu, Francia Marquez dijadwalkan berbicara di Dewan Keamanan PBB. Ia akan melaporkan misi verifikasi PBB di Kolombia. Wapres dari etnis kulit hitam pertama di Kolombia itu juga akan bertemu dengan Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres. 

Dilansir El Pais, Kolombia telah terdampak kekerasan yang berbuntut pada rentetan kasus pembunuhan pada pemimpin aktivis lingkungan dan sosial. Kampung halaman Marquez jadi salah satu yang terdampak besar. 

Kolombia mencatat bahwa sebanyak 20 persen dari 235 ribu warga Cauca disebut telah menjadi korban kasus kekerasan. Area tersebut menjadi lokasi strategis penyelundupan narkoba menuju pesisir Pasifik. 

Terpilihnya Gustavo Petro dan Francia Marquez menjadi tonggak sejarah baru di Kolombia karena menjadi pemimpin sayap kiri pertama. Mereka pun berniat mewujudkan perdamaian total di negara Amerika Selatan itu. 

Baca Juga: Sempat Musuhan, Venezuela-Kolombia Sepakat Tingkatkan Kerja Sama

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya