AS Bantah Dalangi Rencana Aksi Terorisme di Kuba

Dituduh menggerakkan aksi kekerasan di Kuba

Jakarta, IDN Times - Amerika Serikat (AS) membantah keterlibatan dalam rencana terorisme di Kuba pekan lalu. Washington dituduh berniat memecah belah publik Kuba dan menggerakkan keributan sebelum akhir 2023. 

Hubungan AS-Kuba memanas setelah Washington memasukkan negara Karibia itu dalam daftar negara pendukung terorisme. Keputusan tersebut membuat AS melanjutkan sanksinya terhadap Kuba yang sudah berlangsung lebih dari 60 tahun. 

Di sisi lain, Majelis Umum PBB pada November mendesak AS untuk ke-31 kalinya agar menghentikan embargo dan blokade ke Kuba. Pasalnya, blokade telah berdampak besar terhadap krisis ekonomi dan kelangkaan makanan, bahan bakar, serta obat-obatan. 

1. AS sebut Kuba tidak memberikan bukti konkret

AS Bantah Dalangi Rencana Aksi Terorisme di Kubailustrasi bendera Amerika Serikat (unsplash.com/benjaminlehman)

Kementerian Luar Negeri AS menolak keras tudingan dari Kuba yang menganggap Washington ada di balik plot terorisme di Kuba. Pihaknya menyebut Kuba tidak dapat memberikan bukti konkret dalam pernyataannya.

"Tudingan bahwa AS menggerakkan aksi kekerasan kepada pemerintah Kuba adalah pernyataan yang konyol. Havana bahkan tidak dapat memberikan segala macam bukti konkret terhadap klaimnya," terangnya pada Selasa (12/12/2023), dikutip Reuters.

AS menambahkan, orang yang dimasukkan dalam daftar teroris di Kuba justru sebagai bentuk hinaan kepada warganya sendiri yang tinggal di luar negeri. 

"Tudingan ini adalah pengulangan baru pemerintah Kuba dalam meremehkan emigran Kuba yang mencari kebebasan berbicara, termasuk mengkritisi tindak buruk rezim Kuba soal tingginya pelanggaran hak asasi manusia," tambahnya.  

Baca Juga: Kuba-Iran Bentuk Aliansi Negara Pendukung Palestina

2. Kuba klaim sukses gagalkan aksi terorisme dari AS

AS Bantah Dalangi Rencana Aksi Terorisme di KubaBenderan Kuba di Monumen Calixto García, Havana, Kuba. instagram.com/joeyph94/

Pekan lalu, Kuba mengklaim berhasil menggagalkan aksi teroris yang diduga dilakukan oleh AS. Havana menyebut ada pria yang diduga berasal dari Florida mendarat dengan jetski di negaranya. 

Salah satu terduga pelaku berhasil ditangkap oleh aparat keamanan setempat. Pria yang tidak disebutkan identitasnya itu dilaporkan bersenjata lengkap dan membawa pistol, senapan mesin, disertai dengan amunisi. 

Pria tersebut diduga merupakan warga Kuba yang tinggal di Florida dan masuk ke Kuba secara ilegal. Setelah sampai, pria tersebut meninggalkan jetski-nya di dekat hutan bakau dan melarikan diri ke area Cienfuegos. 

Kuba menyebut bahwa pria itu berniat merekrut warga Kuba untuk membantunya dalam melakukan teror, termasuk sejumlah aksi kekerasan, pembakaran, dan vandalisme. 

3. Kuba publikasikan nama individu yang masuk daftar teroris

Kementerian Dalam Negeri Kuba juga mempublikasikan 61 individu yang masuk dalam daftar teroris di negaranya. Mereka bahkan masuk dalam daftar buronan dan mayoritas adalah warga negara AS. 

Dilaporkan Miami Herald, dari 61 orang, terdapat nama Ninoska Perez Castellon yang merupakan penyiar radio di Miami. Kemudian, ada nama kepala kelompok oposisi Asamblea de la Resistencia dan sejumlah influencer yang kerap mengkritik Kuba. Bahkan kandidat Wali Kota Miami, Alexander Otaola, ikut masuk dalam daftar itu.  

Kuba diketahui tidak memberikan bukti yang jelas soal kasus kriminal yang dilakukan oleh puluhan orang tersebut. Namun, Havana menyebut investigasi terhadap teroris sudah dibuka. 

Mendengar kabar ini, Perez Castellon mengatakan bahwa ini adalah respons klasik dari Kuba. Ia menyebut Havana sudah pernah melakukan tindakan seperti ini pada 1998 ketika mendesak Washington membebaskan mata-mata Kuba. 

Baca Juga: Diduga Jadi Agen Rahasia Kuba, Eks Dubes AS untuk Bolivia Ditangkap

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya