AS dan UE Desak Georgia Tidak Sahkan RUU Anti-Agen Asing

Khawatir Parlemen Georgia sahkan RUU anti-agen asing

Jakarta, IDN Times - Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE), pada Kamis (2/5/2024), mendesak Georgia menolak pengesahan Rancangan Undang-Undang (RUU) anti-agen asing. Keduanya juga sudah mengecam aksi kekerasan aparat kepolisian untuk membubarkan demonstran di Tbilisi. 

Pada Rabu, mayoritas anggota dewan setuju melanjutkan proses pengesahan RUU anti-agen asing dalam pembahasan kedua. Warga yang marah langsung mengepung gedung parlemen sehingga kericuhan antara massa dengan aparat kepolisian tidak dapat dibendung. 

1. UE peringatkan kandidasi Georgia akan tersendat

AS dan UE Desak Georgia Tidak Sahkan RUU Anti-Agen AsingSeorang demonstran yang mengibarkan bendera Georgia di Tbilisi, Minggu (3/7/2022). (twitter.com/Shamemovement)

Direktur Jenderal Perluasan Uni Eropa (UE) di Komisi Eropa, Gert Jan Koopman, mengungkapkan bahwa pengesahan RUU ini akan memicu risiko besar gagalnya proses kandidasi Georgia menjadi anggota UE. 

"Terdapat kekhawatiran perkembangan terkini soal RUU anti-agen asing. RUU tersebut seperti yang diketahui tidak dapat diterima oleh sebagian besar rakyat Georgia dan akan menciptakan halangan besar untuk bergabung ke dalam UE," terangnya, dikutip Reuters

"Sampai saat ini, pemerintah Georgia masih belum menunjukkan tanda-tanda untuk tidak melanjutkan proses pengesahan RUU anti-agen asing tersebut yang sudah dibatalkan pada tahun lalu," tambahnya. 

Selain UE, beberapa negara Eropa, seperti Inggris, Italia, dan Jerman sudah menyatakan kecamannya serta mendesak agar RUU tersebut tidak jadi disahkan. 

Baca Juga: Rusia Sebut Negosiasi Perdamaian Ukraina di Swiss Tidak Kredibel

2. AS tekankan Georgia untuk berkomitmen pada aspirasi Euro-Atlantik

Duta Besar AS di Tbilisi Robin Dunnigan mendesak agar Georgia tidak melanjutkan proses pembahasan RUU anti-agen asing yang sudah memasuki tahap ketiga. Ia meminta agar Georgia berkomitmen pada masa depan Euro-Atlantik. 

"Saya mengkhawatirkan keputusan dari pemerintah Georgia dalam beberapa pekan terakhir yang berpaling dari masa depan Euro-Atlantik. Padahal, ini adalah yang diinginkan mayoritas rakyat Georgia," ungkapnya, dikutip Jam News.

"Sayangnya, partai penguasa (Partai Georgian Dream) memutuskan untuk menyetujui RUU tersebut ke tahap selanjutnya dan seperti yang sudah disampaikan oleh UE bahwa ini tidak sesuai dengan aspirasi Georgia untuk bergabung dengan UE," sambungnya. 

Dannigan juga mengkritisi keputusan perwakilan partai penguasa yang memilih untuk menyerang demonstran yang menginginkan Georgia mendekat ke Barat. 

3. Georgia tolak undangan kunjungan ke AS

Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Georgia menolak undangan kunjungan ke AS untuk mendiskusikan kerja sama dan bantuan. Pasalnya, Washington meminta kunjungan dilakukan dengan syarat Georgia menunda proses pengesahan RUU anti-agen asing. 

"Melakukan sebuah kunjungan pada basis kondisional bukanlah hal yang menunjukkan sebuah pertemanan yang baik. Sebagai rekan seharusnya kedua belah pihak menunjukkan penghormatan dan kepercayaan yang setara," ungkapnya, dilansir Civil.

Dunnigan mengungkapkan penyesalan terkait dengan keputusan Georgia yang menolak undangan dari AS. Ia pun menyebut AS tetap berkomitmen menjaga hubungan baik dengan Georgia dan mengharapkan stabilitas, keamanan, dan kesejahteraan di negara Kaukasus Selatan itu. 

Baca Juga: PM Georgia Sebut Presiden sebagai Seorang Pengkhianat

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya