AS Sanksi Warga Rusia yang Ingin Jatuhkan Pemerintahan Moldova
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Amerika Serikat (AS) kembali menjatuhkan sanksi kepada sembilan individu dan 12 entitas asal luar negeri pada Rabu (26/10/2022). Mereka yang berasal dari Rusia dan Moldova itu dituding melakukan intervensi dalam sistem politik dan mengintimidasi Moldova.
Pada bulan ini, hubungan kedua negara memanas setelah tiga misil Rusia yang ditembakkan dari Laut Hitam ke Ukraina melintasi wilayah udara Moldova.
1. AS jatuhkan sanksi kepada dua oligarki dan buronan di Moldova
Pemberian sanksi ini ditegaskan oleh Kementerian Keuangan AS dalam menumpas pengaruh buruk dari Rusia dan korupsi sistematik di Moldova. Pasalnya, individu yang merupakan oligarki tersebut diduga punya riwayat skandal korupsi.
"Individu yang dikenakan sanksi adalah gabungan pejabat di Rusia dan Moldova, termasuk sejumlah oligarki yang dikenal luas menjadi terduga pelaku korupsi di insitutis politik dan ekonomi Moldova. Mereka juga menjadi instrumen kampanye pengaruh Rusia di seluruh dunia," tutur Kemenkeu AS, dilansir dari Reuters.
Dua pelaku utama yang masuk dalam sanksi AS kali ini adalah Vladimir Plahotniuc dan Ilan Shor. Plahotniuc disebut memanipulasi aparat penegak hukum dan jajaran penting pemerintahan Moldova, termasuk proses elektoral dan yudisial.
Sedangkan Ilan Shor dikenal sebagai politikus Moldova yang penuh dengan skandal dan dilaporkan sudah tinggal di Israel sejak 2017. Shor disebut sudah mengambil uang sebesar 1 miliar dolar AS (Rp15,5 triliun) dalam skandal korupsi tiga bank di Moldova.
Baca Juga: Terdampak Perang, Moldova Wajibkan Warganya Kurangi Konsumsi Listrik
2. Pebisnis Rusia berkolaborasi sebarkan kampanye di Moldova
Editor’s picks
Kemenkeu AS juga menjatuhkan sanksi kepada pebisnis Rusia, Igor Chayka, yang dituding bekerja sama dengan Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov. Keduanya berkolaborasi untuk merusak citra Presiden Maia Sandu demi mengembalikan Moldova ke dalam pengaruh Rusia.
Selain itu, Chayka disebut sebagai penghubung antara pendukung Ilan Shor dan Partai Sosialis Moldova (PSRM) yang dikepalai oleh eks Presiden Moldova, Igor Dodon. Namun, ia sudah dituntut atas skandal korupsi di bawah kepemimpinan Sandu.
Rusia diketahui menggunakan perusahaan milik Chayka sebagai penyalur uang untuk menandai kolaborasi politik dengan sejumlah partai di Moldova. Tindakan ini untuk mendanai kampanye ilegal yang didesain untuk suap dan kecurangan dalam pilpres.
Dilaporkan RFE/RL, Chayka dikenal sebagai anak Yury Chayka yang merupakan anggota Dewan Keamanan Rusia yang sudah masuk dalam sanksi AS pada April lalu. Sanksi tersebut juga ditujukan kepada Ivan Zavorotny, Yury Gudilin, Olga Grak, dan Leonid Gonin.
3. Rusia ingin kembalikan Moldova ke dalam pengaruhnya
Meskipun upaya Rusia untuk memberikan pengaruh ke Moldova menjelang pilpres tahun 2020 lalu gagal dengan kemenangan Presiden Maia Sandu. Namun, Kremlin disebut terus mengorganisir upaya dalam mengembalikan pemimpin pro-Rusia di negara Eropa Timur tersebut.
Dilaporkan The New York Times, Moldova punya kemiripan dengan Ukraina yang ingin memiliki hubungan baik dengan Barat. Namun, keduanya terus mendapat pengaruh politik dan intimidasi dari Rusia. Bahkan, Moldova disebut akan menjadi target serangan selanjutnya.
Pada Minggu, ribuan demonstran pro-Rusia kembali melangsungkan aksinya di depan gedung pemerintahan di Chisinau. Mereka meminta mundurnya Presiden Maia Sandu akibat naiknya harga kebutuhan pokok dan bahan bakar minyak.
Baca Juga: Moldova akan Hukum Warganya yang Ikut Bela Rusia di Ukraina
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.