ECOWAS Cabut Sanksi kepada Guinea, Niger dan Mali

Ubah pendekatan untuk mengembalikan demokrasi

Jakarta, IDN Times - ECOWAS (Economic Community of West African States) mencabut sanksi kepada Guinea, Mali, dan Niger pada Minggu (25/2/2024). Keputusan ini untuk menghindari negara-negara pimpinan junta militer hengkang dari keanggotaan blok negara Afrika Barat tersebut. 

ECOWAS sudah meminta Niger, Burkina Faso, dan Mali untuk berpikir ulang ketika mengajukan pengunduran diri. Ketiga negara itu dianggap terlalu terburu-buru dan tidak memtuhi aturan yang disetujui dalam meninggalkan blok tersebut. 

1. ECOWAS ingin ubah pendekatan dalam menghadapi rezim militer

Presiden Nigeria Ahmed Tinubu, yang saat ini menjadi kepala ECOWAS, mengungkapkan keinginan blok untuk mengubah pendekatannya kepada negara-negara yang dipimpin junta militer. 

"Kami harus berpikir dan mengkaji ulang pendekatan dalam mengembalikan peraturan konstitusional di empat negara anggota ECOWAS yang saat ini dipimpin oleh rezim militer. Kami berharap mereka tidak menganggap ECOWAS sebagai musuh," terangnya. 

Dilansir France24, ECOWAS memutuskan mengangkat sanksi ekonomi dan politik yang dijatuhkan kepada Guinea. Sedangkan, Mali hanya mendapatkan pencabutan sanksi perwakilan profesional dari Mali dalam blok ECOWAS. 

Sebelumnya, blok tersebut melarang seluruh anggotanya untuk bertransaksi dan berhubungan dengan Presiden militer Kolonel Mamady Doumbouya yang menyingkirkan eks Presiden Alpha Conde pada 2021. 

Baca Juga: Diserang Teroris, 2 Tentara Afrika Selatan Tewas di RD Kongo

2. Tetap melanjutkan sanksi individu dan politik di Niger

Pada Sabtu (24/2/2024), ECOWAS sudah mengangkat sanksi ekonomi, komersial, dan perjalanan kepada Niger setelah dilanda kudeta militer pada Juli 2023. Langkah ini dalam menanggapi masalah kemanusiaan di Niger menjelang bulan Ramadan. 

Komisi ECOWAS Omar Alieu Touray mengatakan, keputusan dalam rapat di Abuja ini berfungsi mencegah ancaman kudeta militer di Afrika Barat. Ia menjelaskan sanksi kepada individu yang terlibat dalam kudeta di Niger masih diberlakukan. 

"Pengangkatan sanksi kepada Niger ini dilandasi oleh masalah kemanusiaan untuk mencegah terdampaknya masyarakat sipil terbebani imbas dari sanksi. Namun, sanksi kepada individu tertentu dan sanksi politik tetap dilanjutkan," terang Touray. 

Selain itu, pencabutan sanksi kepada Niger, Guinea, dan Mali ini bertujuan agar tidak terjadi perpecahan dalam blok ECOWAS.

3. ECOWAS kesulitan memaksa rezim militer menyerahkan kekuasaannya

ECOWAS Cabut Sanksi kepada Guinea, Niger dan MaliPemimpin militer Mali, Assimi Goita saat menandatangani Piagam Liptako-Gourma di Bamako, Sabtu (16/9/2023). (twitter.com/GoitaAssimi)

ECOWAS mengalami kesulitan dalam mengatasi masalah di kawasan Afrika Barat, terutama ancaman dari kelompok ekstremis yang berbuntut pada kudeta militer di empat negara secara bergiliran sejak 2020. 

Dilaporkan Africa News, seorang pakar Timur Tengah dan Afrika, Karim Manuel mengatakan sanksi kepada Niger, Burkina Faso, dan Mali memang akan mengakibatkan mundurnya ketiga negara dari keanggotaan ECOWAS. 

"Kawasan Afrika Barat akan semakin terfragmentasi dan terpecah ketika terbentuk aliansi baru antara Mali, Burkina Faso, dan Niger. Ini merefleksikan sebuah poros oposisi yang mengusung struktur tradisional populer di kawasan ini," terang Manuel. 

Baca Juga: ECOWAS Minta Mali, Burkina Faso dan Niger Pikir Ulang sebelum Keluar

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya