Ekuador Deklarasikan Keadaan Darurat imbas Krisis Energi

Akan ada pemadaman bergilir selama 8 jam

Jakarta, IDN Times - Presiden Ekuador Daniel Noboa, pada Jumat (19/4/2024), mendeklarasikan keadaan darurat imbas krisis energi yang melanda negaranya dalam beberapa hari terakhir. Krisis energi di Ekuador disebabkan oleh kekeringan dampak dari fenomena El Nino. 

Sejak akhir 2023, Ekuador sudah terdampak krisis energi dan memutuskan mengimpor listrik dari Kolombia. Namun, Bogota memutuskan untuk menghentikan ekspor listrik ke Ekuador karena juga dilanda kekeringan yang berakibat pada turunnya produktivitas PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air). 

1. Keadaan darurat berlangsung selama 60 hari

Ekuador Deklarasikan Keadaan Darurat imbas Krisis EnergiPersonel militer Ekuador yang melakukan penjagaan di jalan. (twitter.com/FFAAECUADOR)

Preside Noboa mengatakan, pemberlakuan keadaan darurat nasional soal energi ini akan berlangsung selama 60 hari ke depan. Ia menyebut akan ada pemadaman hingga 8 jam karena tidak tercukupinya kebutuhan listrik nasional. 

"Melalui dekrit ini, mobilisasi dan intervensi dari Polisi Nasional dan Angkatan Bersenjata akan dilakukan di seluruh negeri dan dikoordinasikan untuk menjamin keamanan infrastruktur energi dari aksi sabotase dan serangan teroris, maupun ancaman lainnya," terangnya, dikutip EFE

Pada awal pekan ini, Noboa memerintahkan Menteri Energi dan Pertambangan Andrea Arrobo mundur dari jabatannya dan memberikan mandat ini kepada Menteri Transportasi Roberto Luque. 

Tak hanya itu, ia pun menduga geng kriminal bersenjata yang melakukan sabotase infrastruktur energi di Ekuador sehingga berdampak pada krisis energi. 

Baca Juga: Ekuador Tuduh Ada Sabotase yang Sebabkan Krisis Energi

2. Pemerintah klaim ada pihak yang mengurangi debit air di Waduk Mazar

Sejak pekan lalu, Ekuador terus dilanda pemadaman listrik bergilir di beberapa area yang berlangsung hingga 8 jam. Situasi ini karena kurangnya pasokan air di waduk Mazar imbas kekeringan. Padahal, PLTA tersebut selama ini memenuhi satu per tiga kebutuhan listrik nasional. 

Namun, terdapat kontroversi di balik pernyataan pemerintah dan Perusahaan Listrik Ekuador (CELEC) soal waduk tersebut. Pemerintah menyebut waduk itu sengaja dikosongkan oleh pihak tertentu, tapi CELEC mengklaim kekeringan yang menyebabkan debit air berkurang secara berkala. 

Pemadaman bergilir ini telah berdampak pada pengurangan jam kerja di kantor dan sekolah. Sementara, sejumlah bisnis swasta masih berjalan seperti biasanya meskipun terdampak pemadaman bergilir. 

3. Noboa ingin rakyat menyetujui referendum soal keamanan

Ekuador Deklarasikan Keadaan Darurat imbas Krisis EnergiPresiden Ekuador, Daniel Noboa Azin. (twitter.com/Presidencia_Ec)

Di tengah krisis energi, Ekuador akan menyelenggarakan referendum keamanan pada Minggu (21/4/2024). Dengan referendum ini, rakyat akan memilih setuju atau tidak soal perubahan aturan keamanan dalam melawan krisis keamanan dan kekerasan. 

Dilansir Reuters, pertanyaan dalam referendum mengenai apakah warga setuju patroli polisi dan militer, ekstradisi terduga pelaku kriminal, dan penambahan hukuman kepada pelaku kriminal, termasuk aksi terorisme dan pembunuhan. 

Menurut peneliti dari Cedatos and Comunicaliza, Francis Romero, warga berpotensi menyetujui perubahan aturan keamanan di Ekuador. Namun, krisis energi yang berujung pada pemadaman bergilir telah mencoreng citra Noboa dan berpotensi berdampak pada hasil referendum. 

Selain dilanda krisis energi, krisis keamanan juga masih menghantui Ekuador. Pada Rabu (17/4/2024) malam, Wali Kota Camilo Ponce Enríquez José Sánchez dibunuh orang tak dikenal. Insiden ini berlangsung selang 3 minggu setelah pembunuhan kepada Wali Kota San Vicente Brigitte García.

Baca Juga: Dukung Meksiko, Venezuela Ikutan Tutup Kedutaannya di Ekuador

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya