Gedung Parlemen Georgia Dikepung Usai RUU Anti-Agen Asing Diterima

Demonstrasi berakhir ricuh

Jakarta, IDN Times - Puluhan ribu warga Georgia, pada Rabu (1/5/2024), mengepung gedung Parlemen Georgia di Tbilisi setelah diumumkannya persetujuan dari anggota parlemen soal Rancangan Undang-Undang (RUU) anti-agen asing dalam pembahasan kedua. 

Sejak akhir pekan lalu, warga Georgia kembali mengadakan demonstrasi menyusul pembahasan kedua RUU anti-agen asing. Mereka menuntut agar proses pengajuan RUU yang dinilai mengikuti hukum di Rusia itu segera dibatalkan. 

1. Polisi diduga gunakan peluru karet untuk bubarkan demonstran

Pengepungan demonstran di sekitar gedung parlemen berujung pada kericuhan dan dugaan kekerasan yang dilakukan oleh aparat keamanan. Alhasil, seorang demonstran diketahui mengalami luka-luka akibat terkena peluru karet. 

Dilaporkan OC Media, pemimpin partai oposisi UNM (United National Movement) Levan Khabeishvili diketahui mengalami luka-luka setelah mendapat pukulan dari polisi dalam demonstrasi pada Rabu malam. 

Mendengar dugaan ini, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Georgia Aleksandre Darakhvelidze membantah tudingan penggunaan peluru karet oleh aparat kepolisian dalam pengamanan di gedung parlemen. Ia juga menuduh demonstran menggunakan gas air mata dalam aksinya. 

Sementara itu, Darakhvelidze mengungkapkan sudah ada 63 orang yang ditahan sejak Selasa (30/4/2024) malam dan terdapat 6 aparat kepolisian yang terluka dalam kerusuhan tersebut. 

Baca Juga: PM Georgia Sebut Presiden sebagai Seorang Pengkhianat

2. Presiden Georgia minta warga fokus pada pemilu

Presiden Georgia, Salome Zurabishvili, mengajak agar demonstran lebih tenang ketika menyelenggarakan demonstrasi. Ia pun meminta agar para pemuda tidak berusaha masuk dan menduduki gedung parlemen. 

"Seluruh dunia sekarang melihat ke Georgia. Mereka sudah melihat bagaimana sikap, determinasi, dan keinginan dari rakyat Georgia. Ini penting bahwa dalam memenangkan semua ini harus ada perjuangan dan kita akan menunjukkan bahwa Georgia tidak akan pernah menjadi Rusia," ungkapnya, dikutip Civil.

"Perjuangan kita untuk jangka panjang akan bukan ditentukan sekarang dan bukan hanya mengenai RUU anti-agen asing. Namun, perjuangan panjang itu akan ditentukan pada saat pemilu. Menghindari pemerintah saat ini yang berusaha menjauhkan Georgia dari Uni Eropa (UE) adalah tujuan utamanya," sambungnya.  

Ia menekankan agar demonstran mengadakan demonstrasi dengan damai dan mencegah terjadinya aksi kekerasan yang sebenarnya tidak diperlukan. 

3. Uni Eropa minta Georgia dengarkan suara warganya

Presiden Komisi, Eropa Ursula von der Leyen, mengecam kekerasan yang dilakukan aparat keamanan Georgia kepada demonstran di Tbilisi pada Rabu malam. 

"Rakyat Georgia sudah menunjukkan keinginan kuat mereka untuk menjunjung demokrasi dan maka dari itu, pemerintah Georgia seharusnya memperhatikan bahwa itu adalah pesan yang sangat jelas," katanya. 

"Uni Eropa sudah menunjukkan kekhawatirannya terkait dengan pengajuan RUU anti-agen asing. Saat ini, Georgia sedang berada di tengah persimpangan dan ini menjadi penentu apakah mereka akan mengarah ke Eropa atau tidak," sambungnya. 

Baca Juga: Uni Eropa Tidak Dapat Diterima jika Israel Serang Rafah

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya