Georgia Tuding Ukraina Ingin Buka Front Perang di Wilayahnya

Hubungan Georgia-Ukraina makin retak

Jakarta, IDN Times - Kandidat Perdana Menteri Georgia, Irakli Kobakhidze mengatakan bahwa Ukraina berniat membuka front perang kedua melawan Rusia pada Selasa (6/2/2024). Pernyataan itu setelah ditemukan alat peledak asal Odessa, Ukraina yang hendak dikirim ke Rusia. 

Penemuan enam bom di dalam baterai mobil listrik di Georgia tersebut masih menjadi pertanyaan sampai saat ini dan masih dalam investigasi. Otoritas Georgia bahkan menduga salah satu kandidat anggota parlemen Odessa sebagai otak di balik rencana terorisme di Rusia. 

Baca Juga: 28 Orang Tewas dalam Serangan Ukraina di Wilayah Aneksasi Rusia

1. Kobakhidze tuding Kiev ingin Rusia menyerang Georgia

Kobakhidze melontarkan kritik lantaran tidak terima pernyataan dari Kiev dan menuding Ukraina berniat membuat Rusia marah dan menyerang Georgia. 

"Kiev seharusnya tidak membuat pernyataan seperti itu. Ketika seseorang dari luar negeri berusaha membuat Georgia sebagai objek agresi Rusia, maka ini adalah masalah yang amat serius dan ini harus menjadi perhatian," ungkapnya, dikutip Ukrainska Pravda.

"Melalui pernyataan itu, kami dapat mengonfirmasi apa yang sebeneranya diinginkan oleh pejabat tinggi di Ukraina dan mereka masih menginginkan adanya front perang kedua di negara kami," sambungnya. 

Kepala Komite Keamanan Parlemen Georgia Irakli Beraia juga menduga adanya rencana serangan teroris di Rusia. Namun, tujuan utamanya adalah untuk mengalihkan kesalahan itu kepada Georgia dan berbuntut pada agresi militer Rusia ke Tbilisi. 

2. Ukraina masih menyelidiki dugaan bom berasal dari negaranya

Georgia Tuding Ukraina Ingin Buka Front Perang di Wilayahnyailustrasi bendera Ukraina (unsplash.com/sylwiabartyzel)

Pada hari yang sama, Kedutaan Besar Ukraina di Tbilisi mengatakan masih mengidentifikasi lebih lanjut tudingan dari Badan Keamanan Nasional Georgia (SSSG). Pihaknya juga mengajak agar Georgia tidak mempolitisasi insiden ini. 

Dilaporkan Reuters, kasus penemuan bom yang diduga berasal dari Ukraina ini menyebabkan retaknya hubungan Georgia-Ukraina. Bahkan, tidak ada Duta Besar Ukraina yang ditempatkan di Tbilisi setelah dipanggil pada Maret 2023 akibat perbedaan pandangan. 

Sebelumnya, Georgia dan Ukraina memiliki hubungan baik karena keduanya pernah menjadi target dari Rusia. Kedua negara juga berupaya mendekatkan diri ke Barat dan berkeinginan menjadi anggota Uni Eropa (UE).  

Baca Juga: Georgia Sebut Tentara Rusia Tembak Mati Warganya di Ossetia Selatan

3. Presiden Georgia umumkan persatuan kelompok pro-Eropa

Georgia Tuding Ukraina Ingin Buka Front Perang di WilayahnyaPresiden Georgia, Salome Zurabishvili saat bertemu Presiden Moldova, Maia Sandu di Chisinau, Senin (17/10/2022). (twitter.com/sandumaiamd)

Presiden Georgia Salome Zurabishvili mengumumkan persatuan kepada seluruh kelompok pro-Eropa di Georgia menjelang dilangsungkannya pemilu parlementer pada Oktober 2024. 

"Saya mengumumkan akan mendirikan pusat koordinasi lewat Administrasi Kepresidenan untuk menyatukan proposal bagaimana Georgia menyelesaikan masalah dan memprioritaskan sesuai permintaan Komisi Eropa pada tahun lalu," ungkapnya, dikutip OC Media

"Kami punya tujuan bersama, masuk sebagai keluarga Eropa. Maka dari itu, kami membutuhkan kesepakatan sebagai prioritas utama kami. Ini dapat tercapat dengan membangun platform bersama dan menciptakan piagam masa depan," sambungnya. 

Ia menambahkan akan bertemu dengan perwakilan organisasi masyarakat dan tokoh politik dari sejumlah partai dalam beberapa hari ke depan. 

Baca Juga: Georgia Sukses Cegah Pengiriman Bom dari Ukraina ke Rusia

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya