Haiti Makin Mencekam, AS Desak Seluruh Warganya Pergi

Ancaman geng kriminal di Haiti makin gawat

Jakarta, IDN Times - Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat (AS) menyuruh semua warganya untuk segera meninggalkan Haiti. Hal itu disampaikan AS pada Rabu (30/8/2023), mengingat situasi keamanan dan stabilitas Haiti yang semakin menurun akibat ancaman geng kriminal. 

Sebulan lalu, AS sudah menyuruh seluruh pejabat dan pegawai pemerintahan untuk pergi dari di negara Karibia itu di tengah maraknya kasus kerusuhan dan penculikan. Bahkan, AS telah mengeluarkan peringatan larangan kepada warganya yang akan melakukan perjalanan ke Haiti. 

Baca Juga: Haiti Makin Gawat, AS Perintahkan Warga dan Pejabatnya Cabut

1. AS melihat situasi keamanan di Haiti semakin parah

Kemlu AS memerintahkan seluruh warga negara AS meninggalkan Haiti menggunakan transportasi yang masih tersedia. Pihaknya pun sudah menambahkan peringatan bahaya kepada warganya yang masih berada di Haiti. 

"Melihat situasi terkini dan tantangan infrastruktur yang akan dihadapi oleh warga negara AS di Haiti. Maka kami menyuruh seluruh warga AS untuk meninggalkan Haiti sesegera mungkin menggunakan transportasi komersial maupun pribadi," terangnya, dikutip The Hill

Kemlu AS menyoroti kondisi di Haiti, terutama area ibu kota Port-au-Prince semakin memburuk dalam beberapa bulan terakhir. Bahkan, Kantor Kedutaan Besar AS di Haiti sempat ditutup akibat ancaman kekerasan dan penembakan di kota tersebut. 

Maskapai yang melayani penerbangan AS-Haiti pun mengurangi jumlah layanan penerbangannya dalam beberapa bulan terakhir. Bahkan, penumpang diharuskan membayar mahal sampai 2 ribu dolar AS (Rp30,4 juta) dalam sekali terbang. 

Baca Juga: Human Rights Watch Desak Internasional Atasi Kekerasan di Haiti

2. Situasi di sekitar Kedubes AS seperti di zona perang

Pada Senin (28/8/2023), sejumlah warga di Tabarre yang tak jauh dari Kantor Kedubes AS mengatakan terdapat suara tembakan. Mereka menyebut situasi di area tempat tinggalnya seperti zona perang. 

Pada hari yang sama, Kepala Polisi Nasional Haiti, Frantz Elbe mengumumkan penerjunan unit khusus untuk mengusir geng kriminal di area tersebut. Ia pun mengumumkan kesuksesan polisi dalam mengusir bandir di Carrefour Feuilles yang tak jauh dari pusat kota Port-au-Prince, dilaporkan Miami Herald.

Namun, keesokan harinya, polisi mengalami kekalahan dan bahkan geng kriminal sukses membakar kantor polisi di Savane Pistache, Carrefour Feuilles. 

Di sisi lain, pemerintah AS terus melanjutkan proses deportasi warga Haiti kembali ke negaranya di tengah krisis keamanan. Pada Kamis ini, Badan Imigrasi dan Bea Cukai AS akan menerbangkan 66 warga Haiti kembali ke Port-au-Prince. 

3. Sebanyak tujuh orang tewas dalam penembakan di Haiti

Pada Sabtu (26/8/2023), organisasi penegak hak asasi manusia (HAM), CARDH mengatakan bahwa terdapat tujuh orang tewas dalam aksi penembakan di Canaan, area pinggiran Port-au-Prince. 

Dilansir Reuters, insiden mengerikan itu terjadi ketika geng kriminal menembak demonstran yang diorganisir oleh pemimpin Gereja Kristen. Dalam video yang beredar di Twitter, ratusan orang menggelar long-march dengan mengenakan kaos kuning untuk melawan aksi kekerasan geng kriminal. 

Kepala CARDH, Gedeon Jean mengemukakan bahwa jumlah korban tewas dalam peristiwa tersebut kemungkinan akan lebih tinggi. Pasalnya, terdapat beberapa orang yang terluka dan sejumlah pengikut gereja itu diculik oleh geng kriminal. 

"Terdapat beberapa orang yang terluka dan lainnya hilang entah ke mana. Nasib Pastor Marco masih belum diketahui sampai saat ini," tutur Jean. 

Baca Juga: PBB Tak Sanggup Lagi Beri Makan 100 Ribu Warga Haiti yang Kelaparan

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya