PM Bulgaria, Kiril Petkov Lengser karena Mosi Tidak Percaya Parlemen

Bulgaria terancam gelar pemilu ke-4 dalam setahun

Jakarta, IDN Times - Perdana Menteri Bulgaria, Kiril Petkov, resmi dilengserkan dari jabatannya. Kepala pemerintahan berusia 42 tahun itu gagal mengamankan suaranya dalam sidang mosi tidak percaya di parlemen. 

Sebelumnya, koalisi pemerintahan Bulgaria terancam bubar setelah Partai There Is Such a People (ITN) memutuskan pergi dari koalisi. Tindakan ini disebabkan adanya masalah internal partai yang tidak setuju soal pencabutan veto Makedonia Utara. 

1. Mayoritas parlemen menyetujui lengsernya Petkov

Berdasarkan hasil sidang, ada sekitar 123 anggota parlemen Bulgaria yang menginginkan Petkov lengser. Sedangkan 116 anggota lainnya setuju agar Petkov melanjutkan kepemimpinannya. 

Anggota parlemen yang menyetujui pelengseran berasal dari partai oposisi, ditambah anggota Partai ITN yang merupakan mantan koalisi pemerintahan. Dengan demikian, Petkov hanya menjabat sebagai perdana menteri selama enam bulan saja.

Dilansir Balkan Insight, Petkov sempat mengucapkan terima kasih karena sempat dipercaya menjadi perdana menteri.

"Ini adalah sebuah penghargaan bagi saya untuk memimpin pemerintahan yang dilengserkan oleh Peevski, Trifonov, Borissov, dan Mitrofanova. Ini adalah langkah kecil dari perjalanan panjang. Kami akan melanjutkan perjuangan ini," ungkap Petkov. 

Baca Juga: Pencalonan Masuk Uni Eropa Gagal Dibahas, PM Albania Salahkan Bulgaria

2. Mosi tidak percaya disebabkan partai pemerintahan bukan mayoritas di parlemen

Sidang mosi tidak percaya digelar karena partai koalisi kehilangan kursi mayoritas di parlemen. Akarnya adalah masalah internal koalisi terkait penolakan penggelontoran dana pemerintah dan pencabutan pemblokiran aksesi Makedonia Utara di Uni Eropa. 

Sementara, mosi tidak percaya ini diajukan oleh Partai GERB yang menjadi partai dari mantan PM Boyko Borissov. Sedangkan pemimpin ITN, Slavi Trifonov, sudah merencanakan pengajuan mosi tidak percaya dua minggu lalu ketika ia resmi meninggalkan koalisi pemerintahan, dilaporkan RFE/RL

Koalisi pemerintahan Bulgaria mengalami guncangan setelah invasi Rusia ke Ukraina. Petkov yang memiliki pandangan pro-Eropa dan NATO memecat Menteri Pertahanan, lantaran menolak menyebut invasi di Ukraina sebagai perang. 

Pemimpin partai pro-Rusia, Revival, juga mengatakan bahwa koalisi ini hanya membuat malu dan mencederai demokrasi di Bulgaria. Semakin cepatnya koalisi ini dihapuskan, maka lebih baik bagi Bulgaria. Sedangkan Wakil Ketua Partai GERB, Daniel Mitov, menyebut Petkov berusaha menyalahkan Rusia sebagai alasan kekalahannya. 

3. Terancam adakan pemilu parlementer untuk keempat kalinya

Kabar lengsernya Petkov membuat Presiden Ruman Radev harus membentuk koalisi pemerintahan untuk ketiga kalinya. Apabila presiden gagal dalam membentuk koalisi baru, maka ia harus membubarkan parlemen dan mengusulkan pemilu baru untuk keempat kalinya dalam satu tahun, dilaporkan RT

Sayangnya, kebuntuan ini akan membuat usaha Bulgaria mengamankan pasokan gas alamnya terganggu. Pasalnya, negara Eropa timur itu mengalami pengurangan pasokan gas dari Rusia terkait penolakan membayar dengan rubel. 

Tidak hanya itu, Bulgaria juga sedang menghadapi inflasi yang terus naik dan diketahui menjadi yang tertinggi dalam 24 tahun terakhir. Angka inflasi di negara Eropa Timur itu mencapai 15,6 persen dalam beberapa bulan terakhir. 

Hasil pemungutan suara mosi tidak percaya ini diperkirakan akan menguntungkan Partai GERB yang dipimpin Borisov. Termasuk partai-partai pro-Rusia yang mendapatkan simpati di tengah buruknya perekonomian dan perpecahan di masyarakat akibat perang di Ukraina. 

Baca Juga: Gagal Bayar Utang, Sri Lanka Bangkrut!

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya