Presiden Ekuador Tolak Bantuan Militer dari Venezuela

Setuju perkuat hubungan militer dengan AS

Jakarta, IDN Times - Presiden Ekuador Daniel Noboa Azin, pada Rabu (24/1/2024), menolak bantuan yang ditawarkan Presiden Venezuela Nicolas Maduro dalam meringkus geng kriminal. Penawaran itu agar Ekuador menolak bantuan militer dari Amerika Serikat (AS) yang dianggap sebagai bentuk intervensi. 

Selain Venezuela, Brasil juga menawarkan bantuan dengan mengirim polisinya ke Ekuador untuk berkolaborasi dalam investigasi, intelijen dan operasi. Bahkan, Brasil juga mengusulkan pembukaan Atase Kepolisian Brasil di Quito sebagai langkah peningkatan kerja sama keamanan. 

Di sisi lain, sejak Senin, Komandan Southern Command AS, Jenderal Laura Richardson sudah berkunjung ke Ekuador. Ia bertemu dengan Presiden Noboa untuk mendiskusikan kerja sama militer melawan teror geng narkoba dan mengembalikan kedamaian di Ekuador. 

1. Noboa tidak mau punya masalah dengan Maduro

Presiden Ekuador Tolak Bantuan Militer dari VenezuelaPresiden Ekuador, Daniel Noboa Azin. (twitter.com/DanielNoboaOk)

Presiden Noboa mengatakan, ia tidak memiliki masalah apapun dengan Nicolas Maduro. Ia menyebut sudah mendapat banyak masalah di negaranya dalam upaya meringkus geng kriminal. 

"Saya tidak punya masalah dan tidak ingin bertikai dengan Nicolas Maduro. Saya sudah cukup bertempur di negara ini dan kami berniat memenangkan perang selanjutnya," ungkapnya, dikutip Europa Press.

Ketika ditanya terkait persamaan ketika dipimpin Guillermo Lasso soal penanganan krisis, ia pun menyebut semua orang bisa melihat perbedaannya. 

"Ini adalah lelucon yang bagus. Saya pikir hampir semua penduduk Ekuador bisa melihat perbedaan yang besar soal itu," tambahnya.  

Baca Juga: Mulai Kondusif, Ekuador Longgarkan Aturan Jam Malam

2. Ekuador setuju tukar senjata Rusia dengan peralatan tempur baru dari AS

Menteri Luar Negeri Ekuador Gabriela Sommerfeld mengatakan, penukaran senjata buatan Rusia ke AS diperbolehkan. Ia menyebut bahwa senjata yang dibeli dari Rusia itu tidak digunakan saat ini dan termasuk sampah. 

"Senjata-senjata buatan Rusia itu tidak digunakan saat ini, maka Ekuador tidak lagi membutuhkannya, sehingga sah saja untuk menjualnya, memberikannya, atau menukarkannya," terang Sommerfeld, dikutip Primicias.

"Ekuador punya kesepakatan dengan AS untuk mengirimkan senjata yang tidak digunakan dan menerima peralatan yang sudah dipetakan dan ditentukan oleh Kementerian Pertahanan dan akan membantu kami dalam mengamankan negara," sambungnya. 

Sommerfeld menambahkan, senjata tersebut sudah digunakan di beberapa negara di dunia dan penukaran ini bukanlah pelanggaran regulasi dan ini legal. 

3. Komunitas pribumi tolak kerja sama keamanan Ekuador-AS

Presiden Konfederasi Nasional Pribumi Ekuador (CONAIE), Leonidas Iza Salazar, menuding Noboa telah menjual kedaulatan Ekuador kepada AS di balik alasan konflik internal melawan penyelundupan narkoba internasional. 

Dilaporkan Telesur, ia mendesak Noboa agar mengungkap semua perjanjian dengan Washington dalam mencegah kesalahan seperti Plan Colombia. Ia menyebut, Plan Colombia hanyalah justifikasi AS dengan alasan melawan penyelundupan narkoba di teritori Kolombia. 

"Plan Colombia adalah pengalaman yang tidak boleh diulangi kembali. Kebijakan itu telah membiarkan strategi gagal AS yang berujung pada pelanggaran hak asasi manusia (HAM), pembunuhan disengaja, pembunuhan massal petani, eksploitasi SDA ilegal, dan pembentukan kelompok paramiliter," ujarnya. 

"Ekuador butuh kejujuran, keadilan, dan peghormatan yang tidak terbatas soal kedaulatan nasional negaranya. Kami menginginkan perlindungan terhadap kepentingan Ekuador dari potensi tekanan AS," tambahnya. 

Baca Juga: Ekuador Terima Bantuan Militer AS untuk Lawan Geng Kriminal

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya