Takut Bencana Nuklir, Rumania Sumbang Pil Antiradioaktif ke Moldova

Rumania takut Rusia serang PLTN Zaporizhzhia

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Rumania menyumbangkan pil antiradioaktif, potassium iodide, ke Moldova pada Kamis (11/8/2022). Rumania khawatir dengan kemungkinan bencana radioaktif di negara tetangganya imbas invasi Rusia ke Ukraina. 

Pekan lalu, Rusia dan Ukraina saling tuding setelah terjadinya serangan yang mengenai Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Zaporizhzhia. Pasalnya, tembakan di fasilitas nuklir itu bisa menyulut bencana nuklir yang lebih hebat dibandingkan peristiwa Chernobyl pada 1980-an. 

1. Mencegah merebaknya zat radioaktif dari Ukraina

Kabar seputar bantuan pil potassium iodide diumumkan oleh Kementerian Kesehatan Rumania untuk membantu Moldova melawan dampak radiasi nuklir. Bahkan, pihaknya menegaskan pendistribusian obat ini menjadi salah satu misi utama saat ini. 

Belakangan ini, semua pihak takut akan kemungkinan merebaknya radiasi nuklir dari Ukraina ke seluruh kawasan Eropa. Pasalnya, penyebaran radioaktif nuklir dapat menyebar hingga ribuan atau puluhan ribu kilometer dari lokasi utama insiden, dilaporkan Romania Insider.

Kebijakan ini dicetuskan setelah kabar pertempuran antara Rusia dan Ukraina di area PLTN Zaporizhzhia yang bisa berbuntut pada bencana nuklir. Sementara itu, PLTN Zaporizhzhia diketahui hanya berjarak 700 kilometer dari perbatasan Moldova-Ukraina.

Baca Juga: Presiden Ukraina: Rusia Ancam Dunia dengan Menyerang PLTN Zaporizhzhia

2. Moldova sudah mendistribusikan pil potassium iodide ke seluruh negeri

Kementerian Kesehatan Moldova sudah mendistribusikan tablet tersebut ke seluruh negeri bersama dengan Komisi Darurat Moldova. Meski begitu, pemerintah Moldova mengajak masyarakat agar tetap tenang. 

"Saat ini, tidak ada bahaya radiologi di Moldova. Kami menganjurkan kepada seluruh penduduk agar tetap tenang dalam menanggapi situasi terkini," tutur Kemenkes, dilansir dari Balkan Insight.

Direktorat Kesehatan dan Bantuan Sosial di Chisinau sudah memberikan beberapa anjuran kepada masyarakat terkait obat tersebut. Pihaknya menyarankan agar obat tersebut diminum oleh warga yang berusia di bawah 40 tahun apabila terjadi bencana nuklir dalam waktu 24 jam. 

"Pil ini direkomendasikan hanya jika terjadi kecelakaan nuklir besar. Pil ini tidak memiliki efek yang perlu dicegah," tambah Kemenkes Moldova. 

3. Permintaan potassium iodide meningkat di Eropa

Setelah perang berkecamuk di Ukraina, permintaan obat potassium iodide terus meningkat. Hal ini karena penduduk di Eropa khawatir dengan kemungkinan penggunaan bom nuklir dalam perang tersebut, yang bisa menyebarkan zat radioaktif meluas lewat udara, air, dan tanah. 

Meskipun potassium iodide tidak berbahaya dan mengandung senyawa penting yang dibutuhkan tubuh manusia. Namun, iodida dapat membayakan tiroid yang berfungsi untuk memproduksi hormon yang menstabilkan tubuh, karena dapat menyebabkan kanker tiroid apabila diminum terlalu banyak, dikutip dari CNN.

Setelah paparan radiasi terjadi, tiroid tidak dapat membedakan antara iodin biasa dan radioiodin. Maka dari itu, kelenjar tiroid akan menyerap keduanya. Apabila menggunakan potassium iodide, maka akan memampatkan kelenjar tiroid dan mencegahnya untuk menyerap iodin radioaktif. 

Baca Juga: Menlu Iran: Senjata Nuklir Tidak Diperbolehkan dalam Agama Kami

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya