Twitter Dikecam Karena Tak Hapus Twit 'Anti Semitisme' Pemimpin Iran

Ini bukan yang pertama kalinya terjadi

Tehran, IDN Times - Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei kembali mengecam keputusan yang diambil oleh UEA untuk menormalisasikan hubungannya dengan Israel. Kali ini, ia melampiaskan kekesalannya melalui sosial media Twitter dengan unggahan berunsur retorika ekstrim sambil memasukkan tagar #UAEStabsMuslims didalamnya.

Unggahan yang dituliskan pada Selasa lalu (01/09/2020) itu pun menjadi ramai di sosial media dan menuai kontroversi khususnya dari sejumlah tokoh politik dan figur ternama. Banyak diantaranya yang mempertanyakan mengapa Twitter memilih untuk tidak menghapus cuitan tersebut meskipun telah secara gamblang berisikan ujaran kebencian dari sosok pemimpin negara.

1. Isi cuitan Permimpin tertinggi Iran berisi makian dan mengandung unsur anti semitisme 

“Bangsa Palestina berada di bawah berbagai tekanan yang parah. Kemudian, UEA melakukan kesepakatan dengan Israel & wakil Zionis AS yang kotor — seperti anggota Yahudi dari keluarga Trump — dengan sangat kejam bekerjasama melawan kepentingan Dunia Islam.  #UEAMenikamMuslim,” begitulah isi dari twit Khamenei yang diunggahnya pada hari yang sama ketika AS dan Israel melakukan pertemuan dengan UEA di Abu Dhabi.

 ‘Wakil zionis AS yang kotor’ dalam cuitan itu disinyalir kuat tertuju kepada sosok penasehat utama Gedung Putih, Jared Kushner yang diketahui merupakan perwakilan AS dalam mengawal proyek perdamaian UEA-Israel. Kushner juga adalah menantu dari Presiden AS Donald Trump dan seorang Yahudi, yang mengartikan kalimat selanjutnya yang tertera di unggahan Khamenei.

Penggunaan kata “kotor” yang dilanjutkan dengan menyebut anggota “Yahudi” dan memasukkan kata “kejam” setelahnya, disinyalir merupakan bagian dari tradisi lama di Barat yang pernah muncul secara mencolok sepanjang abad pertengahan dan digunakan sebagai istilah oleh Nazi. Keputusan Khamenei dalam menggunakan kata-kata tersebut pada cuitannya pun menimbulkan dugaan bahwa pemimpin Iran itu telah dengan sengaja memilih kata-kata yang ‘tepat’ guna menimbulkan pemahaman anti semitisme -suatu sikap permusuhan terhadap kaum Yahudi, dikutip dari The Jerussalem Post.

2. Sikap Twitter yang memilih untuk tidak menghapus twit Al Khamenei dipertanyakan 

Tweet yang menghasut tersebut hingga kini masih bertengger di akun sosial media Khamenei  dan belum di sensor dengan cara apa pun. Hal itu lantas memicu kemarahan dari banyak pengguna sosial media termasuk para figur ternama  bercentang biru yang mempertanyakan alasan mengapa Twitter tidak menghapus postingan meski telah melanggar aturan sesuai dengan pedomannya. Salah satu bentuk kekesalan dituliskan oleh Senator AS Ted Cruz sembari mengajukan pertanyaan kepada pendiri Twitter Jack Dorsey dengan cuitan, “mengapa Twitter menyensor kebebasan berbicara Amerika, sementara disaat yang bersamaan membiarkan corong kebohongan Ayatollah yang anti-Amerika dan anti-Semit?”

Sementara mantan duta besar AS untuk PBB, Nikki Haley, menyoroti unggahan tersebut dengan kritikan tajam bertuliskan itu adalah “bukti lebih lanjut bahwa rezim Iran yang tidak sah dipimpin oleh psikotik, anti-semit, ekstremis. Perdamaian sedang pecah di wilayah tersebut, dan diktator Iran tidak tahan.”

Banyak pula diantaranya yang kembali menyinggung situasi pada bulan Juli lalu ketika unggahan Khamenei berisikan kalimat ekstrim tentang genosida diloloskan oleh Twitter, tetapi cuitan Trump tentang protes Minneapolis disembunyikan meski keduanya dinilai sama-sama memiliki unsur pelanggaran. Salah satu bentuk protes itu dilayangkan oleh putra Presiden Trump sendiri, Donald Trump Jr. yang menulis, “Presiden Amerika Serikat disensor sepanjang waktu oleh para master media sosial, tetapi @Twitter malah memberikan kata-kata kasar yang menjijikkan dan anti-Semit ini ijin akses secara total. Sungguh menjijikkan.”

Melansir dari Al Arabiya, Selama sidang parlemen Israel pada 29 Juli, pengacara hak asasi manusia internasional Arsen Ostrovsky bertanya kepada perwakilan Twitter, mengapa perusahaan hanya ‘menandai’ twit Trump tetapi bukan Khamenei yang secara harfiah menyerukan genosida Israel terhadap orang-orang Yahudi" di  platform media sosialnya. Jawaban Twitter pun diwakilkan oleh Ylwa Pettersson, kepala kebijakan Twitter untuk negara-negara Nordik dan Israel melalui konferensi video yang mengatakan, "Kebijakan luar negeri yang mengacaukan masalah ekonomi politik umumnya tidak melanggar aturan Twitter kami.”

 “Menyerukan genosida di Twitter tidak masalah - tetapi mengomentari situasi politik di negara tertentu tidak diperbolehkan?”  tanya anggota parlemen Israel Michal Cotler-Wunsh.

Pettersson kemudian menjawab bahwa situasi cuitan Presiden AS pada waktu itu dinilai lebih ekstrim karena mengandung unsur pemujaan kekerasan dan terdapat risiko bahwa hal itu mungkin dapat menimbulkan bahaya.

 "Jika pemimpin dunia melanggar aturan kami, tetapi jelas berkepentingan untuk mempertahankannya di layanan, kami dapat menempatkannya di belakang pemberitahuan yang memberikan lebih banyak konteks tentang pelanggaran tersebut dan memungkinkan orang untuk mengklik jika mereka ingin melihat konten serupa, " tambahnya.

3. Khamenei mengatakan UEA akan ‘dipermalukan selamanya’ karena bekerjasama dengan Israel   

Twitter Dikecam Karena Tak Hapus Twit 'Anti Semitisme' Pemimpin IranPotret Ayatollah Ali Khamenei ketika tengah melakukan siaran konferensi video pada Selasa lalu (01/09/2020). Twitter.com/khamenei_ir

Tidak hanya persoalan Twitter, Khamenei juga ikut disorot terkait pidatonya yang dirilis pada Selasa lalu (01/09/2020), di hari yang sama saat ia menuliskan unggahannya, melansir dari Reuters. Dalam pernyatannya, pemimpin tertinggi Iran itu menyebutkan bahwa keputusan Uni Emirat Arab untuk menormalkan hubungan dengan Israel tidak hanya mengkhianati Palestina, tetapi juga dunia Islam.

 “Tentu saja pengkhianatan UEA tidak akan berlangsung lama, tapi stigma ini akan selalu diingat.  Mereka membiarkan rezim Zionis memasuki wilayah tersebut dan melupakan Palestina, ”kata Khamenei. ”Emirat akan dipermalukan selamanya karena pengkhianatan terhadap dunia Islam, negara-negara Arab dan Palestina….Saya berharap Emirat bangun dan mendapat kompensasi atas apa yang telah mereka lakukan."

Sementera itu, ketika ditanya tentang pernyataan Khamenei mengenai kesepakatan UEA-Israel, pejabat Kementerian Luar Negeri UEA Jamal Al-Musharakh pun membalas dengan kritikan balik sambil mengatakan kepada wartawan di Abu Dhabi: "Jalan menuju perdamaian dan kemakmuran (seharusnya) tidak diawali dengan hasutan dan ujaran kebencian."

Calledasia Lakawa Photo Verified Writer Calledasia Lakawa

Broken crayons still color

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya