Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[CEK FAKTA] Penemu Vaksin COVID-19 Zhao Zhendong Meninggal Kelelahan

default-image.png
Default Image IDN

Jakarta, IDN Times - Media sosial diramaikan isu meninggalnya penemu vaksin COVID-19, Zhao Zhendong. Pria Tiongkok tersebut dikabarkan meninggal dunia akibat kelelahan bekerja mengembangkan vaksin Sinovac.

Dalam sebuah unggahan disebutkan, Zhao bekerja keras siang malam bersama timnya selama 200 hari demi menemukan vaksin virus corona di tengah lonjakan kasus.

“Mr. Zhao Zhendong, salah satu ilmuwan hebat Tiongkok. Dia yang menemukan vaksin untuk melawan COVID-19. Ia meninggal dunia pada usia 53 tahun. Bukan karena COVID, tapi kelelahan dan asam lambung,” tulis salah satu pengguna Facebook.

Lalu bagaimana kebenaran di balik kabar viral tersebut?

1. Zhao meninggal karena serangan jantung

Screenshot viral isu meninggalnya peneliti vaksin COVID-19

Berdasarkan penelusuran IDN Times, Zhao Zhendong ternyata bukan meninggal karena kelelahan dan asam lambung, seperti yang viral di media sosial. Zhao meninggal akibat serangan jantung.

“Zhao, 53 tahun, yang memimpin tim dukungan teknis untuk penelitian dan pengembangan vaksin COVID-19 di bawah Dewan Negara, Kabinet Tiongkok, meninggal karena serangan jantung pada 17 September di Bandara Internasional Ibu Kota Beijing,” tulis media pemerintah, China Daily.

“Dia telah melakukan kunjungan ke Wuhan, provinsi Hubei, untuk memeriksa pabrik pembuatan vaksin COVID-19, dan kemudian melakukan perjalanan ke Changsha, provinsi Hunan, untuk berpartisipasi dalam konferensi akademik sebelum kembali ke Beijing, kata akademi,” sambung media tersebut.

2. Ahli imunologi yang mengabdikan hidupnya untuk sains

Ilustrasi ilmuwan (diaridigital.urv.cat)

Dalam laporan juga istrinya yang bernama Wang Bin menceritakan tentang kebiasaan Zhao semasa hidupnya. Menurut sang istri kepada media tersebut, ia adalah orang yang giat bekerja semasa hidupnya. Ia biasa duduk di sofa ruang tamu terlibat dalam berbagai tugas, seperti menulis dokumen penawaran, merevisi makalah, dan mengunduh penelitian jurnal di laptopnya.

“Zhendong lahir untuk penelitian ilmiah, dan hasratnya pada penelitian itu sama dengan obsesi,” kata Wang Bin, yang juga pejabat yang bertanggung jawab atas pengendalian dan pencegahan penyakit di Komisi Kesehatan Nasional.

“Dia selalu hidup di dunianya sendiri, yaitu bidang penelitian infeksi dan kekebalan, dan hidupnya hampir tidak menyertakan konten lain,” lanjut dia.

Wang Bin juga mengatakan, ketekunan Zhao dalam sains membuatnya bekerja tanpa lelah, bahkan sebelum pandemik COVID-19 merebak.

Dia sering bangun jam 5 pagi dan langsung mulai mencari, serta membaca berbagai jurnal akademik daring. Perjalanan pulang pergi dari rumah ke tempat kerja yang berlangsung selama empat jam setiap harinya, juga merupakan waktu untuk belajar dan meneliti bagi Zhao.

“Orang lain mungkin terkesan dengan pengetahuannya yang luas di bidang penelitiannya, tapi saya sadar itu adalah hasil akumulasi dari tahun ke tahun,” kata Wang Bin.

3. Ambil bagian dalam penelitian vaksin COVID-19

Petugas kesehatan menyuntikan vaksin kepada relawan saat simulasi uji klinis vaksin COVID-19 di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat, Kamis (6/8/2020). ANTARA FOTO/M Agung Rajasa

Menurut rekan-rekannya di akademinya, Zhao sebelum meninggal memang telah bekerja selama lebih dari setengah tahun di bawah jadwal yang ketat dan beban kerja yang berat dengan peneliti lain, untuk mempercepat penelitian serta pengembangan vaksin COVID-19.

“Dia telah bekerja di garis depan sejak wabah epidemi, …memberikan saran dan dukungan teknis untuk penelitian dan pengembangan vaksin COVID-19, termasuk berpartisipasi dalam penyusunan standar umum biosekuriti untuk produksi vaksin, dan memberikan kontribusi yang besar untuk penelitian dan pengembangan vaksin COVID-19,” kata Wang Yunfeng, wakil ketua Partai CAMS.

“Zhao telah berpegang pada prinsip, kebenaran, dan pengejaran akademis yang ketat. Dia juga seorang yang berintegritas dan memiliki reputasi yang baik di antara kolega, kerabat, dan teman-temannya,” kata Yunfeng.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rehia Sebayang
Rochmanudin Wijaya
Rehia Sebayang
EditorRehia Sebayang
Follow Us