Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Seorang pria membawa bendera China dari sebuah rumah di seberang Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Chengdu, Provinsi Sichuan, China, Minggu (26/7/2020). (ANTARA FOTO/REUTERS/Thomas Peter)
Seorang pria membawa bendera China dari sebuah rumah di seberang Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Chengdu, Provinsi Sichuan, China, Minggu (26/7/2020). (ANTARA FOTO/REUTERS/Thomas Peter)

Jakarta, IDN Times - Filipina telah meminta penjelasan dari China terkait laporan seorang komandan militer yang mengatakan bahwa penjaga pantai Beijing secara paksa menyita puing-puing roket.

Padahal, puing-puing itu milik angkatan laut Filipina di Laut China Selatan yang disengketakan, kata pejabat Kementerian Luar Negeri Filipina pada Kamis (24/11/2022). 

Insiden tersebut terjadi di Pulau Thitu yang diduduki Filipina pada Minggu (20/11/2022). Pulau Thitu merupakan pulau yang disengkatan banyak pihak sejak lama yang melibatkan China, Filipina, Vietnam, Malaysia, Brunei, dan Taiwan.

1. China menyangkal tuduhan Filipina

bendera China (pixabay.com/SW1994)

Juru bicara Departemen Luar Negeri Filipina, Maria Theresa Daza, mengatakan bahwa sebuah nota diplomatik telah disampaikan ke China.

Secara informal, China membantah bahwa penjaga pantainya telah secara paksa menyita puing-puing dari para petugas Filipina di Pulau Thitu. 

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, mengatakan bahwa objek itu merupakan puing-puing dari muatan roket yang diluncurkan negaranya. Mao juga mengatakan bahwa tidak ada paksaan dalam penyerahan puing-puing tersebut. 

“Orang-orang dari pihak Filipina menyelamatkan dan menarik benda terapung terlebih dahulu. Setelah kedua belah pihak bernegosiasi dengan ramah di tempat kejadian, Filipina menyerahkan benda terapung itu kepada kami,” kata Mao, dilansir South China Morning Post.

“Itu bukan situasi di mana kami mencegat dan mengambil benda itu,” tambah Mao.

2. Kronologi insiden pengambilan puing-puing versi petugas Filipina

Pejabat militer Filipina, Laksamana Alberto Carlos, mengatakan para pelaut yang menggunakan kamera jarak jauh melihat puing-puing hanyut dalam gelombang kuat di dekat gundukan pasir sekitar 540 meter lepas pantai. Mereka berangkat dengan perahu dan mengambil benda terapung itu dan mulai menariknya kembali ke Pulau Thitu.

Saat melakukan perjalanan kembali, mereka melihat kapal penjaga pantai China dengan nomor haluan 5203 mendekati lokasi mereka kemudian memblokir jalur yang telah direncanakan sebelumnya sebanyak dua kali, menurut keterangan Carlos, dilansir Associated Press

Kapal penjaga pantai China dikabarkan mengerahkan perahu karet dengan personel, untuk secara paksa mengambil benda terapung tersebut dengan memotong tali penarik. Setelah itu, para pelaut memutuskan untuk kembali ke Pulau Thitu. 

3. Sudah ada 189 protes diplomatik yang dilayangkan Filipina terhadap China

potret bendera Filipina (ipophil.gov.ph)

Presiden Filipina, Ferdinand Marcos Jr., mengatakan bakal meminta klarifikasi Presiden China Xi Jinping ketika dia mengunjungi Beijing pada Januari 2023. Hubungan antara Filipina dan China dikabarkan akan tetap memanas hingga pertemuan tersebut berlangsung. 

Walau begitu, Marcos dikabarkan memiliki niat untuk meredamkan tensi antara kedua negara. Insiden pengambilan puing-puing secara paksa bertepatan dengan kunjungan Wakil Presiden Amerika Serikat Kamala Harris ke Filipina, yang selama perjalanannya melakukan perjalanan ke Palawan. 

Pada 2022, Filipina telah mengajukan 189 protes diplomatik terhadap China karena perpecahan teritorial, menurut laporan Departemen Luar Negeri Filipina. Jumlah ini diyakini berpotensi masih terus bertambah hingga akhir 2022.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team