Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Menteri Luar Negeri China, Wang Yi. (x.com/SpoxCHN_MaoNing)
Menteri Luar Negeri China, Wang Yi. (x.com/SpoxCHN_MaoNing)

Intinya sih...

  • China meminta Jerman untuk tidak campur masalah Taiwan

  • Jerman tetap memegang 'Prinsip Satu China' dan ingin menjaga hubungan dengan China

  • China dan Jerman merupakan mitra dagang utama, meskipun hubungan kedua negara telah renggang dalam beberapa tahun terakhir

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri (Menlu) China, Wang Yi, menyerukan agar Jerman menjunjung tinggi komunikasi dan dialog. Serta, meningkatkan saling pengertian, menghilangkan kesalahpahaman, dan memperkuat rasa saling percaya antar dua negara.

"China dan Jerman perlu mengembangkan kerangka kebijakan yang lebih stabil dan berkelanjutan untuk memastikan hubungan bilateral selalu berada di jalur yang benar," kata Wang dalam percakapan telepon dengan Menlu Jerman Johann Wadephul pada Senin (3/11/2025), dikutip dari Global Times.

Menurut pernyataan Kementerian Luar Negeri China, Wang melakukan percakapan telepon dengan Wadephul atas permintaan Menlu Jerman tersebut.

1. China serukan agar Jerman tidak ikut campur masalah Taiwan

Wang juga menegaskan agar Jerman tidak boleh terlibat dalam microphone diplomacy atau membuat tuduhan tak berdasar yang bertentangan dengan fakta.

"Masalah Taiwan adalah urusan internal China, yang berkaitan dengan kepentingan inti China, serta kedaulatan dan integritas teritorialnya. Prinsip Satu China merupakan fondasi politik terpenting dalam hubungan kedua negara," ujarnya.

Wang mengungkapkan bahwa China pernah mendukung reunifikasi Jerman tanpa syarat, dan berharap Jerman, setelah mengalami pahitnya perpecahan, akan sepenuhnya memahami dan mendukung China dalam menjaga kedaulatan nasional dan integritas teritorial. Ia juga menyerukan agar Berlin menentang semua kegiatan kemerdekaan Taiwan.

Beijing menganggap Taiwan sebagai wilayahnya dan tidak mengesampingkan penggunaan kekuatan, guna membawa pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu di bawah kendalinya.

2. Jerman tetap memegang 'Prinsip Satu China'

Menteri Luar Negeri Jerman Johann Wadephul. (x.com/AussenMinDE)

Pernyataan Wang tersebut datang hanya beberapa minggu setelah kunjungan Wadephul ke China ditunda. Lawatan tersebut direncanakan pada 26 Oktober, tetapi ditangguhkan karena Beijing hanya mengonfirmasi satu pertemuan.

Sementara itu, Wadephul menyatakan bahwa Berlin sangat mementingkan hubungannya dengan Beijing. Ia berharap dapat mengunjungi China pada waktu yang tepat bagi pihak China, guna bertukar pikiran secara mendalam mengenai hubungan bilateral dan isu-isu penting lainnya.

"Posisi Jerman dalam menegakkan Prinsip Satu China tetap tidak berubah. Jerman siap untuk menjaga pertukaran dan dialog yang erat dengan China di berbagai bidang, menangani perbedaan dengan tepat, dan mempromosikan kemitraan strategis menyeluruh antara kedua negara," kata Wadephul.

3. China merupakan mitra dagang utama Jerman

Bendera Tiongkok. (Unsplash.com/Macau Photo Agency)

China dan Jerman yang merupakan ekonomi terbesar kedua dan ketiga di dunia, yang mana keduanya memiliki hubungan dekat khususnya di bidang ekonomi. Namun, hubungan kedua negara telah renggang akibat berbagai masalah dalam beberapa tahun terakhir, terkait masalah perdagangan hingga hak asasi manusia.

Jerman, seperti negara-negara Eropa lainnya, telah berupaya mengurangi ketergantungannya pada perdagangan dengan China di tengah ketegangan politik dan kekhawatiran atas apa yang dianggap Berlin sebagai praktik perdagangan yang tidak adil. Akan tetapi, tahun ini, Negeri Tirai Bambu telah kembali menduduki posisinya sebagai mitra dagang utama Jerman. Sebelumnya, posisi tersebut disalip oleh Amerika Serikat (AS) pada 2024.

Eksportir Jerman telah menderita akibat serangan tarif Presiden AS Donald Trump, dan pembatasan ekspor China terhadap bahan-bahan utama seperti tanah jarang dan semikonduktor, dilansir The Straits Times.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team