Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi bendera China (kiri) dan bendera Korea Selatan (kanan). (pixabay.com/qiipqiipfly)
Ilustrasi bendera China (kiri) dan bendera Korea Selatan (kanan). (pixabay.com/qiipqiipfly)

Jakarta, IDN Times - Kementerian Luar Negeri Korea Selatan (Korsel) mengumumkan bahwa negaranya akan mengadakan 'Dialog Kebijakan Luar Negeri dan Keamanan Korea-China' pada Selasa (18/6/2024) di Seoul. 

"Dialog tersebut akan diadakan menyusul kesepakatan antara Presiden Yoon Suk Yeol dan Perdana Menteri China Li Qiang untuk secara aktif mengoperasikan saluran komunikasi di bidang diplomatik dan keamanan antara kedua negara," kata kementerian tersebut pada Senin.

"Selama dialog, kedua negara akan bertukar pandangan mengenai isu-isu yang menjadi kepentingan bersama, seperti hubungan bilateral, masalah Semenanjung Korea, dan urusan regional dan global," tambahnya, dikutip dari laman resmi Kementerian Luar Negeri Korsel.

1. Tindak lanjut dari pertemuan Presiden Korsel dan Perdana Menteri China pada Mei

Dialog yang diselenggarakan oleh kedua negara ini merupakan badan konsultasi 2+2 yang melibatkan kementerian luar negeri dan pertahanan Seoul-Beijing.

Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) Korsel, Kim Hong-kyun, dan Wamenlu China, Sun Weidong akan menghadiri pertemuan tersebut sebagai delegasi utama. Sementara itu dari sisi militer, turut berpartisipasi Direktur Jenderal Biro Kebijakan Internasional Kementerian Pertahanan Korsel, Lee Seung-beom dan Wakil Direktur Kantor Kerjasama Militer Internasional Komisi Militer Pusat China, Zhang Baoqun.

Sebelumnya, kedua negara mengadakan dialog tersebut di tingkat direktur jenderal pada 2013 dan 2015, namun pada tahun ini untuk pertama kalinya dalam sembilan tahun ditingkatkan ke tingkat wakil menteri. Ini berdasarkan kesepakatan Yoon dan Li selama pertemuan bilateral mereka pada Mei, yang berlangsung di sela-sela KTT Trilateral dengan Jepang.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, mengatakan pada Senin, bahwa Beijing akan bertukar pandangan tentang peningkatan dan pertumbuhan hubungan bilateral, serta memperdalam pertukaran dan kerja sama di berbagai bidang, dilansir The Straits Times.

2. Pertemuan Korsel-China diperkirakan bertepatan dengan Kunjungan Putin ke Korut

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un (kiri) dan Presiden Rusia Vladimir Putin saat bertemu di wilayah Amur, Timur Jauh Rusia pada 13 September 2023. (dok. Laman resmi Presiden Rusia/en.kremlin.ru)

Pertemuan tingkat tinggi tersebut kemungkinan bertepatan dengan kunjungan perdana Presiden Rusia, Vladimir Putin, ke Korea Utara (Korut) dalam 24 tahun. 

Menurut seorang pejabat senior dari kantor kepresidenan Korsel, yang berbicara tanpa menyebut nama, menuturkan pada 12 Juni, bahwa dialog 2+2 antara Seoul-Beijing akan terjadi pada waktu yang hampir bersamaan dengan perjalanan Putin ke Korut, yang saat itu diperkirakan akan berlangsung dalam beberapa hari, dilansir Korea Herald.

Jika kedua peristiwa penting ini terjadi secara bersamaan, maka Semenanjung Korea akan menghadirkan perbedaan yang mencolok. Ini dengan melihat peningkatan kerja sama antara Korsel-China setelah bertahun-tahun mengalami ketegangan, di sisi lain Moskow-Pyongyang memperdalam kerja sama strategis yang dipicu oleh pergeseran geopolitik di tengah perang di Ukraina yang sedang berkecamuk.

3. Peran China di kawasan Asia Timur

Bendera Tiongkok. (Unsplash.com/Macau Photo Agency)

Beijing yang telah menjadi penyumbang terbesar untuk Pyongyang selama beberapa dekade, melihat Korut semakin dekat dengan Rusia sejak Putin melancarkan invasi besar-besaran ke Kiev pada Februari 2022.

Amerika Serikat, Korsel, dan Jepang menuduh pemimpin Korut Kim Jong-un memasok amunisi kepada Putin untuk perangnya dengan imbalan bantuan yang menopang Pyongyang. Namun, kedua negara komunis tersebut membantah tuduhan itu.

Berdasarkan laporan Institut Strategi Keamanan Nasional (INSS) yang dirilis pada 14 Juni, Korsel harus fokus untuk semakin memperlebar celah dalam hubungan yang baru-baru ini mengendur antara China, Rusia, dan Korut. 

Badan tersebut menekankan prioritas utama strategis Korsel adalah menggunakan Dialog Diplomatik dan Keamanan Korea-China, guna menjauhkan Beijing dari hubungan dekatnya dengan Moskow dan Pyongyang.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorRahmah N