misil HIMARS (U.S. Army photo, Public domain, via Wikimedia Commons)
Sebelumnya, pemerintahan Presiden AS Donald Trump menyetujui paket penjualan senjata senilai 11,1 miliar dolar AS atau sekitar Rp186 triliun ke Taiwan. Paket ini tercatat sebagai salah satu penjualan senjata terbesar dalam sejarah hubungan bilateral AS dan Taiwan.
Menurut laporan Al Jazeera, paket senjata tersebut meliputi 420 Sistem Rudal Taktis Angkatan Darat (ATACMS) dan 82 Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS). Selain itu, terdapat juga drone amunisi, howitzer, dan peralatan pendukung logistik lainnya. Sistem ATACMS ini serupa dengan yang dikirimkan AS ke Ukraina untuk menghadapi Rusia.
Washington berdalih penjualan ini sesuai dengan kewajiban hukum AS untuk membantu Taiwan mempertahankan diri. Kementerian Luar Negeri AS menyatakan paket ini bertujuan menjaga stabilitas politik dan keseimbangan militer di kawasan Asia Pasifik.
Namun, analis militer China menilai penjualan senjata ini sebenarnya tidak memberikan keuntungan pertahanan yang signifikan bagi Taiwan. Pakar militer Song Zhongping menyebut motif utama AS hanyalah keuntungan finansial semata.
“Kesepakatan semacam itu sama saja dengan pembelian militer yang membuang-buang uang bagi Taiwan, yang tidak hanya gagal meningkatkan kemampuan pertahanannya tetapi juga membebani keuangan pulau itu,” ujar Song, dilansir Global Times.