Biden Peringati Tragedi Pembantaian Tulsa pada 1921

Tahun ini memperingati yang ke-100 tahun tragedi tersebut

Oklahoma, IDN Times - Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, menjadi Presiden Amerika Serikat yang pertama dalam memperingati tragedi Pembantaian Tulsa 1921 di Oklahoma, Amerika Serikat, pada hari Selasa, 1 Juni 2021, waktu setempat. Tahun ini memperingati 100 tahun tragedi tersebut. Bagaimana awal ceritanya?

1. Berbicara di Tulsa, Biden mengatakan sudah terlalu lama sejarah tragedi ini diceritakan dalam keheningan 

Dilansir dari BBC, berbicara di Tulsa, Biden mengatakan sudah terlalu lama membahas sejarah apa yang terjadi di sini diceritakan dalam keheningan dan diselimuti kegelapan. Ia menambahkan ini bukanlah kerusuhan, ini adalah pembantaian dan salah satu yang terburuk dalam sejarah Amerika Serikat, jadi ini bukanlah satu-satunya. Biden juga menjelaskan beberapa ketidakadilan terjadi sangat keji, sangat mengerikan, sangat menyedihkan, bahkan mereka tidak dapat dikubur dan tidak peduli seberapa keras orang mencoba.

Baginya, hanya dengan kebenaran bisa datang penyembuhan. Peringatan Biden atas kematian ratusan orang kulit hitam yang dibunuh oleh massa kulit putih seabad yang lalu datang di tengah perhitungan nasional saat ini mengenai keadilan rasial. Momen kedatangan Biden sangat kontras dengan perjalanan mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, pada bulan Juni 2020 lalu, yang disambut protes besar-besaran pada saat itu.

Pada hari Senin, 31 Mei 2021, lalu Walikota Tulsa, GT Bynum, meminta maaf atas nama pemerintah kota dalam kegagalannya dalam melindungi masyarakat dan melakukan yang benar oleh para korban. Ia menambahkan meskipun tidak ada pejabat terpilih di kota Tulsa pada hari itu yang hidup di tahun 1921, ia adalah pelayan dari pemerintah yang sama dan permintaan maaf atas kegagalan itu merupakan hak dari pemerintah Tulsa untuk disampaikan.

2. Saat berkunjung ke Tulsa, Biden diharapkan mempromosikan beberapa program perumahan untuk mengatasi kesenjangan antara orang kulit hitam dan orang kulit putih

Biden Peringati Tragedi Pembantaian Tulsa pada 1921Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, kembali ke Washington, D.C, setelah kunjungan dari Tulsa untuk memperingati tragedi 100 tahun Pembantaian Tulsa. (Twitter.com/MarioDParker)

Sebagai bagian dari kunjungannya ke Tulsa, Biden diharapkan untuk mempromosikan beberapa program perumahan dan usaha kecil baru yang diharapkan Gedung Putih dapat mempersempit kesenjangan sosial antara orang kulit hitam dan orang kulit putih. Pemerintahan Biden mengatakan akan mengatasi diskriminasi rasial di pasar perumahan dengan mengeluarkan aturan baru mengenai praktik perumahan yang adil dan membatasi ketidakadilan dalam proses penilaian rumah. Program lain melibatkan peningkatan kontrak federal dengan bisnis kecil, milik minoritas, sebesar 50 persen selama 5 tahun ke depan.

Selain itu, paket infrastruktur yang diusulkan Biden mencakup inisiatif baru yang bertujuan untuk memperluas peluang ekonomi bagi minoritas Amerika. Ini termasuk dana revitalisasi masyarakat senilai 10 miliar dolar Amerika Serikat atau setara dengan Rp142,8 triliun yang akan mengirim uang ke lingkungan yang kurang terlayani. Rencana tersebut juga mengusulkan penempatan sebesar 31 miliar dolar Amerika Serikat atau setara dengan Rp442,6 triliun untuk meningkatkan akses ke modal dan bantuan teknis untuk inisiatif usaha kecil, dengan fokus pada perusahaan yang kurang beruntung secara sosial dan ekonomi.

Ini juga menyerukan kredit pajak baru untuk investasi swasta di perumahan yang terjangkau. Namun, aktivis sayap kiri menyatakan kekecewaannya atas keengganan Presiden Amerika Serikat untuk membatalkan utan pinjaman mahasiswa atau mengatasi reparasi keuangan bagi keturunan kulit hitam dari perbudakan dan kekerasan rasial.

Baca Juga: Pemerintahan Biden Umumkan AS akan Lindungi LGBT dari Diskriminasi

3. Sejarah awal mula terjadinya tragedi Pembantaian Tulsa pada tahun 1921 lalu 

Biden Peringati Tragedi Pembantaian Tulsa pada 1921Peristiwa tragedi Pembantaian Tulsa yang terjadi pada tahun 1921 lalu. (Twitter.com/MerrellBennekin)

Pada tanggal 31 Mei 1921, seorang penyemir sepatu berkulit hitam, Dick Rowland, yang pada saat itu berusia 19 tahun tersandung dan jatuh di dalam lift dan tangannya secara tidak sengaja menangkap bahu wanita kulit putih berusia 17 tahun, Sarah Page. Alhasil, Page berteriak dan Rowland langsung kabur saat itu. Pihak kepolisian setempat dipanggil tetapi Page menolak untuk mengajukan tuntutan.

Di sore hari waktu yang sama, sudah ada pembicaraan mengenai hukuman mati tanpa pengadilan terhadap Rowland di jalanan Tulsa. Ketegangan kemudian meningkat setelah media saat itu, Tulsa Tribune, memuat berita halaman depan berjudul "Pria Negro Menyerang Gadis di Lift", yang menuding Rowland menguntit, menyerang, dan memperkosa Page. Alhasil, banyak yang percaya dengan berita tersebut sehingga memunculkan pembantaian di wilayah Tulsa.

Akibat berita itu juga, sebanyak 300 warga kulit hitam di Tulsa tewas dan ribuan orang yang selamat dipaksa untuk ke kamp-kamp yang diawasi oleh Garda Nasional. Batu bata yang terbakar dan sebuah fragmen dari ruang bawah tanah gereja adalah semua yang bertahan sampai saat ini di lebih dari 30 blok distrik yang bersejarah.

Baca Juga: Biden Kucurkan Anggaran yang Tidak Melarang Aborsi

Christ Bastian Waruwu Photo Verified Writer Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya