COVID-19 India, Fauci Nilai Negara-Negara Gagal Bersatu

India terus mencetak rekor baru harian kasus COVID-19

Washington, D.C, IDN Times - Kepala Penasihat Medis Gedung Putih, Dr. Anthony Fauci, menilai negara-negara di dunia gagal bersatu setelah melihat kasus COVID-19 di India yang semakin meningkat dalam beberapa hari terakhir ini. India sendiri terus mencetak rekor penambahan kasus COVID-19 harian. Bagaimana awal ceritanya?

1. Situasi di India telah menyoroti ketidaksetaraan global

COVID-19 India, Fauci Nilai Negara-Negara Gagal BersatuSuasana di tempat kremasi korban tewas COVID-19. (Twitter.com/SanjaPR)

Dilansir dari The Guardian, Fauci mengatakan negara-negara di dunia gagal bersatu untuk memberikan tanggapan global yang memadai untuk mencegah wabah virus COVID-19 dari India yang luar biasa serta memilih negara-negara kaya karena gagal memberikan akses yang adil ke perawatan kesehatan di sekitarnya. Ia juga mengatakan situasi di India saat ini telah menyoroti ketidaksetaraan global dan ia menambahkan satu-satunya cara menanggapi pandemi global secara memadai adalah dengan memberikan tanggapan global dan tanggapan global berarti kesetaraan di seluruh dunia.

Pembaruan epidemologi terbaru dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang dikeluarkan pada hari Selasa, 27 April 2021, waktu setempat mengatakan kasus COVID-19 meningkat secara global selama 9 minggu berturut-turut, dengan hampir sekitar 5,7 juta kasus baru dilaporkan, India telah menyumbang sebagian besar kasus dengan 2.172.063 kasus baru dilaporkan dalam seminggu terakhir ini atau meningkat sebesar 52 persen. Fauci mengatakan ketika WHO mencoba untuk mempercepat dukungan ke India melalui inisiatif COVAX, sebuah program global yang bertujuan untuk memastikan negara-negara yang paling membutuhkan mendapatkan akses ke vaksin dan perawatan lainnya.

2. WHO baru-baru ini mencantumkan varian COVID-19 dari India, B.1.617

COVID-19 India, Fauci Nilai Negara-Negara Gagal BersatuIndia mengalami peningkatan drastis kasus harian COVID-19. (Twitter.com/IFLScience)

Badan kesehatan PBB mengatakan varian COVID-19 dari India, B.1.617 hingga Selasa, 27 April 2021, waktu setempat telah terdeteksi di lebih dari 1.200 urutan yang diunggah ke database akses terbuka GISAID dari setidaknya 17 negara. WHO baru-baru ini mencantumkan B.1.617, yang menghitung beberapa sub-garis keturunan dengan mutasi dan karakteristik yang sedikit berbeda, sebagai varian tetapi sejauh ini tidak menyatakannya sebagai varian yang menjadi perhatian.

Label itu akan menunjukkan bahwa lebih berbahaya daripada versi asli virus, misalnya karena lebih mudah menular, mematikan atau mampu menghindari perlindungan vaksin. Terlepas dari status India sebagai "apotek dunia", produsen obat generik terbesar tidak mampu memenuhi permintaan obat antivirus seperti remdesivir. Beberapa negara seperti Amerika Serikat, Prancis, Jerman, Kanada, Uni Eropa, dan WHO semuanya berjanji untuk mempercepat pasokan ke India.

Baca Juga: Redakan COVID-19, Pemerintah India Resmi Libatkan Militer

3. Saat ini, India menjadi pusat perhatian karena kasus COVID-19 yang meningkat drastis

COVID-19 India, Fauci Nilai Negara-Negara Gagal BersatuSuasana di tempat kremasi korban tewas COVID-19. (Twitter.com/Ooranjan)

Sampai hari Selasa, 27 April 2021, waktu setempat, jumlah kasus COVID-19 di India sampai saat ini mencapai angka 17.997.267 kasus dengan rincian 201.187 kasus berakhir meninggal dunia serta 14.817.371 kasus berakhir sembuh. Di hari yang sama, India mengalami penambahan kasus sebanyak 362.902 kasus baru dengan rincian 3.285 kasus berakhir meninggal dunia. Dengan peningkatan kasus seperti ini, India saat ini sedang menjadi perhatian dunia.

Sebelumnya, para petugas kesehatan dan ilmuwan dunia telah memperingatkan bahwa virus COVID-19 dan kematian terkait yang tidak dilaporkan secara signifikan karena beberapa alasan, termasuk infrastruktur yang buruk, kesalahan manusia, serta tingkat pengujian yang rendah. Salah satu alasan yang menyebabkan tingkat pengujian rendah menurut profesor biostatistik dan epidemologi dari University of Michigan, Bhramar Mukherjee, adalah pasien tanpa gejala kemungkinan tidak pernah tahu bahwa mereka terinfeksi, sehingga mereka mengikuti tes COVID-19.

Baca Juga: Epidemiolog: Kedatangan Warga India Perburuk Pandemik di Indonesia

Christ Bastian Waruwu Photo Verified Writer Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya