Derek Chauvin Ajukan Dokumen, Minta Persidangan Baru

Pengacara menilai ada kesalahan penuntutan dan hakim

Minneapolis, IDN Times - Pelaku pembunuhan terhadap George Floyd, Derek Chauvin, mengajukan dokumen pengadilan untuk menggelar persidangan baru pada hari Selasa, 4 Mei 2021, waktu setempat. Pengacara pelaku menilai ada kesalahan pada penuntutan serta hakim yang menangani kasus ini. Bagaimana awal ceritanya?

1. Pengacara pelaku menilai hakim yang memimpin persidangan telah menyalahgunakan kebijaksanaannya

Derek Chauvin Ajukan Dokumen, Minta Persidangan BaruPelaku pembunuhan George Floyd, Derek Chauvin. (Twitter.com/albertoallen)

Dilansir dari The Guardian, Derek Chauvin telah meminta hakim untuk sidang baru berdasarkan dokumen yang diajukan ke pengadilan setempat. Pengacara pelaku, Eric Nelson, mengatakan kliennya telah dicabut dari persidangan yang adil, serta menambahkan bahwa telah terjadi kesalahan penuntutan dan juri serta kesalahan hukum di persidangan dan bahwa putusan tersebut bertentangan dengan hukum. Nelson juga telah mengutip banyak alasan dalam permintaannya untuk persidangan baru, termasuk tuduhan penuntutan dan kesalahan hakim.

Ia juga mengatakan hakim Peter Cahill, yang memimpin persidangan, telah menyalahgunakan kebijaksanannya ketika ia menolak permintaan sebelumnya untuk persidangan baru berdasarkan publisitas selama persidangan, yang dinilai Nelson mengancam keadilan persidangan. Nelson juga telah mempermasalahkan penolakan Cahill untuk mengasingkan hakim dalam persidangan atau menegur mereka agar menghindari semua media, serta dengan penolakannya untuk mengizinkan seorang pria yang bernama Floyd pada saat penangkapannya untuk bersaksi.

2. Isi mengenai mosi yang menilai pengadilan telah menyalahgunakan kekuasaan

Derek Chauvin Ajukan Dokumen, Minta Persidangan BaruIlustrasi pengadilan. (Unsplash.com/davidveksler)

Kesalahan atas dugaan perlakuan tidak adil Chauvin juga meluas ke hakim, pengadilan dan penuntutan. Pengajuan tersebut meminta Cahill untuk sidang untuk mendakwa keputusan perwira yang dipermalukan, sebagian dengan alasan bahwa 12 hakim merasa terancam atau terintimidasi, merasakan tekanan ras selama persidangan. Akibatnya, menurut Nelson, para hakim rentan terhadap intimidasi dan potensi balas dendam.

Hakim secara signifikan kurang putih dibandingkan wilayah Kabupaten Hennepin sendiri, di mana 12 anggota hakim, termasuk 4 orang kulit hitam, 2 orang yang diidentifikasi sebagai multiras, dan 6 orang kulit putih. Menurut mosi tersebut, pengadilan telah menyalahgunakan kebijaksanaannya dalam kasus berikut:

  • Ketika gagal menyita hakim selama persidangan, atau setidaknya menegur mereka untuk menghindari semua media.
  • Ketika mengizinkan negara untuk menyajikan bukti kumulatif sehubungan dengan penggunaan kekerasan.
  • Ketika gagal untuk menawarkan, rekor dibuat dari berbagai sisi yang terjadi selama persidangan
  • Ketika itu menyerahkan instruksi kepada hakim yang gagal secara akurat mencerminkan hukum sehubungan dengan pembunuhan yang tidak disengaja tingkat dua, pembunuhan tingkat ketiga, dan penggunaan kekuatan yang sah
  • Chauvin, seorang veteran penegak hukum yang berpengalaman selama 19 tahun, sekarang sedang menunggu hukuman, yang bisa datang paling cepat bulan Mei 2021 ini atau sekitar bulan Juni 2021 ini. Pedoman hukuman negara bagian merekomendasikan 12,5 tahun penjara untuk hukuman atas pembunuhan tingkat dua yang tidak disengaja untuk seseorang yang tidak memiliki riwayat kriminal. Tetapi jaksa penuntut mengatakan mereka menginginkan hukuman tambahan karena beberapa faktor yang memberatkan. Pada akhirnya, itu akan menjadi keputusan yang diambil oleh Cahill.

Baca Juga: Polisi Pembunuh George Floyd Diputus Bersalah Ancaman Penjara 75 Tahun

3. Menurut ahli, kemungkinan kecil tim kuasa hukum Chauvin dapat membatalkan putusan tersebut

Derek Chauvin Ajukan Dokumen, Minta Persidangan BaruIlustrasi palu pengadilan. (Unsplash.com/tingeyinjurylawfirm)

Seorang ahli yang juga Profesor Hukum dari Fakultas Hukum University of St. Thomas, Rachel Moran, mengatakan bahwa kemungkinan kecil tim kuasa hukum dari Chauvin akan berhasil membatalkan putusan tersebut. Para hakim telah mendengarkan kesaksian selama 13 hari dari para ahli medis dan petugas penegak hukum. Beberapa anggota Departemen Kepolisian Minneapolis, yang tak lain merupakan tempat Chauvin bekerja sebagai petugas polisi, termasuk diantaranya kepala kepolisian setempat, yang memberi tahu kepada para hakim bahwa perilaku Chauvin bukan bagian dari pelatihannya serta tentu saja bukan bagian dari etika atau nilai-nilai yang ia ajarkan kepadanya.

Kasus pembunuhan George Floyd sendiri telah menimbulkan kehebohan yang tak hanya terjadi di seluruh Amerika Serikat saja, melainkan juga di seluruh dunia. Bahkan, kasus yang dilakukan oleh Chauvin sendiri tergolong langka karena perilaku mereka saat mengenakan seragam petugas polisi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa hanya 7 petugas polisi sejak tahun 2005 lalu yang dihukum karena pembunuhan atas tindakan mereka saat bekerja, meskipun sekitar 1.000 atau 1.100 orang tewas setiap tahunnya di tangan petugas polisi.

Baca Juga: Polisi Pembunuh George Floyd Diputus Bersalah Ancaman Penjara 75 Tahun

Christ Bastian Waruwu Photo Verified Writer Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya