Diminta Otoritas Tiongkok, Maroko Tangkap Aktivis Uighur

Aktivis tersebut kemungkinan akan diekstradisi ke Tiongkok

Rabat, IDN Times - Pihak berwenang Maroko telah menangkap seorang aktivis Uyghur bernama Yidiresi Aishan pada hari Selasa, 27 Juli 2021, waktu setempat setelah mendapatkan permintaan dari pihak Tiongkok. Kemungkinan, aktivis tersebut akan diekstradisi ke Tiongkok. Bagaimana awal ceritanya?

1. Penangkapan tersebut termasuk bagian dari kampanye yang dilakukan Tiongkok dalam memburu para pembangkang  

Diminta Otoritas Tiongkok, Maroko Tangkap Aktivis UighurPaspor milik aktivis Uyghur, Yidiresi Aishan. (Twitter.com/AbduwelA)

Dilansir dari The Guardian, pihak berwenang Maroko telah menangkap seorang aktivis Uyghur di pengasingan karena surat perintah terorisme yang dikeluarkan Tiongkok yang didistribusikan oleh Interpol. Sesama aktivis merasakan khawatir Yidiresi Aishan akan diekstradisi ke Tiongkok dan mengatakan penangkapan itu didorong secara politis sebagai bagian dari kampanye Tiongkok yang lebih luas untuk memburu para pembangkang yang dianggap di luar perbatasannya.

Direktorat Keamanan Nasional Maroko pada hari Selasa, 27 Juli 2021, waktu setempat bahwa seorang warga negara Tiongkok tersebut telah ditangkap setelah mendarat di Bandara Mohamed V International di Casablanca, Maroko, pada tanggal 20 Juli 2021, lalu setibanya dari Istanbul, Turki. Menurut mereka, dia menjadi subjek red notice yang dikeluarkan Interpol karena dicurigai memiliki organisasi dalam daftar organisasi teroris. Pihak Maroko telah memberi tahu Interpol dan otoritas Tiongkok mengenai penangkapan itu dan ia dirujuk ke jaksa sambil menunggu prosedur ekstradisi ke Tiongkok.

2. Pemerintah Tiongkok menganggap Aishan sebagai teroris karena pekerjaannya 

Diminta Otoritas Tiongkok, Maroko Tangkap Aktivis UighurAktivis Uyghur, Yidiresi Aishan. (Twitter.com/UZubayir)

Sebelumnya, pemerintah Tiongkok dilaporkan menganggap Aishan sebagai teroris, karena pekerjaan yang sebelumnya dia lakukan untuk organisasi Uyghur. Hukum di Tiongkok mendefinisikan terorisme dan ekstremisme dengan cara yang terlalu luas dan tidak jelas, serta telah digunakan untuk menindak kaum Uyghur dan etnis minoritas lainnya. Bulan Juni 2021 lalu, Amnesty International menerbitkan sebuah laporan yang mengungkapkan bagaimana ratusan ribu pria dan wanita Muslim di Daerah Otonomi Uyghur Xinjiang, Tiongkok, menjadi sasaran penahanan massal, indoktrinasi, dan penyiksaan yang sewenang-wenang.

Dalam laporan setebal 160 halaman yang berjudul "Like We Were Enemies in a War': China's Mass Internment, Torture, and Persecution of Muslims in Xinjiang", tim Crisis Respons Amnesty International merilis lusinan kesaksian baru dari mantan tahanan yang merinci tindakan ekstrem yang diambil oleh otoritas Tiongkok sejak 2017 lalu. Dilakukan dengan kedok memerangi "terorisme", kejahatan ini menargetkan etnis Uyghur, Kazakh, Hui, Kirgistan, Uzbek, dan Tajik. Pihak Amnesty International juga meluncurkan kampanye yang menyerukan penutupan kamp-kamp interniran, dengan lebih dari 60 berkas kasus terperinci mengenai beberapa dari mereka yang dianggap sedang ditahan.

Baca Juga: Dibayangi Isu Uighur, Seberapa Mesra Hubungan Turki dan Tiongkok? 

3. Maroko telah meratifikasi perjanjian ekstradisi dengan Tiongkok pada tahun 2017 lalu

Diminta Otoritas Tiongkok, Maroko Tangkap Aktivis UighurSuasana di sekitar salah satu wilayah yang berada di Maroko. (Pixabay.com/A_Different_Perspective)

Maroko sebelumnya telah meratifikasi perjanjian ekstradisi dengan Tiongkok pada tahun 2017 lalu, di antara beberapa perjanjian serupa yang dibuat Tiongkok dalam beberapa tahun terakhir ini. Tiongkok menggambarkan penguncian sebanyak 1 juta atau lebih orang Uyghur dan minoritas Muslim lainnya sebagai perang melawan teror setelah peristiwa penusukan dan pemboman oleh sejumlah kecil ekstremis Uyghur asli Xinjiang. Para peneliti mengatakan banyak orang yang tidak bersalah telah ditahan karena hal-hal seperti pergi ke luar negeri atau menghadiri pertemuan keagamaan.

Pihak Safeguard Defenders teah meminta Duta Besar Maroko di Amerika Serikat dan Uni Eropa untuk tidak mengekstradisi Aishan. Menurut Peter Dahlin dari Safeguard Defenders, itu tidak biasa bagi pihak berwenang Tiongkok untuk mendapatkan pemberitahuan red notice untuk Uyghur dan pembangkang lainnya di luar negeri. Dalam kasus serupa, seorang remaja Tiongkok yang mengaku warga tetap Amerika Serikat ditangkap di Dubai, Uni Emirat Arab, pada bulan April 2021 lalu saat sedang dalam perjalanan untuk penerbangan.

Pejabat Tiongkok telah mencari seorang mahasiswa berusia 19 tahun, Wang Jingyu, atas pernyataan yang dibuat secara online mengenai bentrokan perbatasan yang mematikan antara pasukan Tiongkok dan India tahun 2020 lalu. Departemen Luar Negeri Amerika Serikat menyebutnya sebagai masalah HAM dan Wang akhirnya dibebaskan padabulan Mei 2021 lalu serta dia bersama tunangannya melarikan diri ke Belanda.

Baca Juga: Menlu Tiongkok Bicara Tentang Uighur, Hong Kong dan Taiwan

Christ Bastian Waruwu Photo Verified Writer Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya