PBB Minta Thailand Stop Tangkap Para Demonstran Pro-Demokrasi

Saat ini, sebanyak 37 orang menghadapi dakwaan di pengadilan

Bangkok, IDN Times - Badan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) telah memperingatkan kepada para pihak kepolisian Thailand untuk tidak menargetkan para demonstran pro-demokrasi, yang beberapa pekan terakhir ini menggelar protes besar-besaran. Sampai saat ini, sebanyak 37 orang menghadapi dakwaan di pengadilan atas tuduhan penghinaan terhadap Kerajaan Thailand. Bagaimana awal ceritanya?

1. Pelapor khusus PBB merasa khawatir atas penggunaan undang-undang lese-majesty

PBB Minta Thailand Stop Tangkap Para Demonstran Pro-DemokrasiSuasana saat protes besar-besaran yang terjadi di Thailand. (Twitter.com/Khamchanh_)

Dilansir dari The Guardian, pelapor khusus PBB untuk kebebasan berkumpul, Clement Voule, telah memperingatkan Thailand untuk berhenti melakukan penangkapan para demonstran pro-demokrasi, yang menginginkan adanya reformasi di Thailand. Ia juga telah menulis surat kepada pemerintah Thailand untuk menyatakan kekhawatiran atas penggunaan undang-undang lese-majesty yang dinilai terlalu keras terhadap para demonstran, termasuk terhadap siswa di bawah berusia 16 tahun.

Sejauh ini, sebanyak 37 orang demonstran akan menghadapi dakwaan di pengadilan dengan tuduhan penghinaan terhadap Kerajaan Thailand yang dimulai dari mengenakan pakaian tradisional yang dianggap sebagai parodi bangsawan hingga memberikan pidato dengan alasan kekuasaan dan kekayaan raja harus diatasi. Sejak tahun 2018 lalu, undang-undang lese-majesty sudah tidak digunakan dan tampaknya atas permintaan pihak Kerajaan, telah dihidupkan kembali setelah berbulan-bulan lamanya telah terjadi protes besar-besaran dengan meminta pihak keluarga Kerajaan yang lebih bertanggung jawab dalam memimpin Thailand.

2. Salah satu diantara pelaku menghadapi tuntutan hingga 180 tahun penjara

PBB Minta Thailand Stop Tangkap Para Demonstran Pro-DemokrasiIlustrasi buku dan palu pengadilan. (Pixabay.com/succo)

Baca Juga: Dua Orangutan Dipulangkan ke Indonesia dari Thailand 

Menurut pengacara HAM Thailand, para pengunjuk rasa telah menghadapi dakwaan dan salah satunya mendapatkan tuntutan terberat dibandingkan dengan para pelaku lainnya. 

  • Parit Chirawak (22 tahun), dikenal sebagai Penguin. Dia menghadapi 12 dakwaan lese-majesty yang membuatnya menghadapi tuntutan hingga 180 tahun penjara. Hal ini berkaitan dengan pidato protes dan surat terbuka yang ditulis untuk Raja Maha Vajiralongkorn yang menyerukan adanya reformasi monarki.
  • Jatuporn Sae Ung (24 tahun). Dia menghadapi 1 tuduhan setelah mengenakan pakaian tradisional Thailand di sebuah protes bertema catwalk, yang dianggap sebagai upaya dalam memparodikan Ratu.
  • Seorang demonstran berusia 16 tahun dan hanya menghadapi 1 tuduhan. Ia dituduh menghadiri protes besar-besaran dengan mengenakan crop top dengan kalimat "Nama ayah saya adalah Mana. Bukan Vajiralongkorn" yang tertulis di bagian punggung crop top. Tak hanya kalimat saja, sebuah foto Raja hanya mengenakan atasan juga terlihat di pakaian yang dikenakannya.
  • Inthira Charoenpura (40 tahun), yang dikenal dengan nama Sai, seorang aktor ternama Thailand, telah menyumbangkan makanan untuk para demonstran Thailand. Dia juga menghadapi 1 dakwaan lese-majesty karena diduga mengejek Raja dalam sebuah postingan yang dibuatnya di media sosial Facebook dengan mencantumkan kata-kata yang dinilai "sangat berani". 

Para demonstran telah menerima panggilan polisi atas kasus lese-majesty, tetapi saat ini tidak dalam proses penahanan. Tidak diketahui apakah jaksa akan mengajukan dakwaan serta pihak kepolisian tidak menanggapi permintaan komentar. 

3. Hari Sabtu, 26 Desember 2020, telah terjadi protes besar-besaran karena pemerintah mendesak orang untuk makan kerang lebih banyak

PBB Minta Thailand Stop Tangkap Para Demonstran Pro-DemokrasiIlustrasi makanan kerang. (Pixabay.com/photo-graphe)

Pada hari Sabtu, 26 Desember 2020, lalu para demonstran kembali menggelar protes besar-besaran dengan menuntut lebih banyak tindakan untuk membantu para penjual makanan laut yang sedang dilanda wabah COVID-19 karena pemerintah mendesak orang untuk makan kerang dalam jumlah lebih banyak. Wabah virus COVID-19 terburuk di Thailand dilaporkan pekan lalu telah mencapai lebih dari 1.500 kasus yang sebagian besar terkait dengan pasar udang di luar Bangkok.

Penjual makanan laut mengatakan usaha mereka telah jatuh di negara yang ekonominya sedang terpukul akibat turunnya tingkat pariwisata di Thailand. Masalah ini adalah yang terakhir disita oleh para demonstran selama berbulan-bulan lamanya menuntut pencopotan Perdana Menteri Thailand, Prayut Chan-ocha, konstitusi baru, serta adanya reformasi monarki. Dengan adanya protes besar-besaran yang terjadi di Thailand selama ini, tak heran jika tingkat kasus COVID-19 semakin hari semakin bertambah.

Baca Juga: Dua Orangutan Dipulangkan ke Indonesia dari Thailand 

Christ Bastian Waruwu Photo Verified Writer Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya