Vaksin Pfizer dan Moderna Diklaim 90 Persen Efektif

Studi tersebut adalah penilaian pertama pemerintah AS

Washington, D.C, IDN Times - Sebuah laporan dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mengklaim bahwa vaksin COVID-19 buatan Pfizer dan Moderna efektif dalam mengatasi virus COVID-19 hingga 90 persen. Studi tersebut merupakan penilaian pertama yang dilakukan pemerintah Amerika Serikat. Bagaimana awal ceritanya?

1. Bagi CDC, ini adalah berita yang sangat meyakinkan

Vaksin Pfizer dan Moderna Diklaim 90 Persen EfektifIlustrasi vaksin COVID-19. (Pixabay.com/x3)

Dilansir dari Apnews.com, pandangan pemerintah Amerika Serikat pada penggunaan vaksin COVID-19 di dunia menemukan keefektifannya hampir sekuat dalam sebuah studi yang terkontrol. Berdasarkan laporan dari CDC, vaksin buatan Pfizer dan Moderna, yang sudah tersedia sejak Desember 2020 lalu, sangat efektif dengan tingkat 90 persen dalam mencegah COVID-19 usai diberikan dua dosis. Peneliti dari CDC, Mark Thompson, mengatakan ini adalah kabar yang sangat meyakinkan.

Studi ini merupakan penilaian pertama pemerintah Amerika Serikat mengenai bagaimana suntikan telah bekerja di luar eksperimen awal pembuat obat. Hasil terkadang dapat berubah ketika vaksin digunakan dalam populasi yang lebih besar dan lebih beragam di luar penelitian. Dengan hampir sebanyak 4.000 peserta dari 6 negara bagian, penelitian ini berfokus pada petugas kesehatan, responden pertama, serta pekerja lini depan lainnya yang mendapatkan prioritas utama karena mereka dianggap beresiko tinggi.

Mereka juga diberikan alat tes usap hidung yang digunakan setiap minggunya untuk memeriksa tanda-tanda infeksi virus COVID-19. Dekan dari University of Albany School of Public Health, David Holtgrave, mengatakan basis bukti untuk vaksin COVID-19 sudah kuat dan terus meningkat lebih tinggi dengan penelitian seperti ini. 

2. Menurut CDC, sebanyak lebih dari 93 juta warga AS telah diberikan vaksinasi satu dosis dan 51 juta warga telah mendapatkan vaksinasi penuh

Vaksin Pfizer dan Moderna Diklaim 90 Persen EfektifIlustrasi pemberian vaksin COVID-19. (Pixabay.com/huntlh)

Selain angka 90 persen untuk dua dosis, penelitian juga menemukan tingkat 80 persen efektif untuk peserta dalam waktu 2 minggu atau lebih setelah dosis pertama diberikan. Direktur CDC, Dr. Rochelle Walensky, mengatakan temuan studi ini dinilai sangat menggembirakan dan upaya vaksinasi nasional telah berhasil. Dia menambahkan lebih dari 93 juta warga Amerika Serikat telah menerima setidaknya satu dosis dan lebih dari 51 juta orang telah diberikan vaksinasi penuh.

Peneliti yang berbeda telah mencoba untuk melihat bagaimana vaksin telah bekerja dalam kondisi kehidupan nyata, termasuk pekerjaan yang dilakukan di Israel dan Inggris serta penelitian di Amerika Serikat terhadap pasien Mayo Clinic. Berbeda dengan penelitian Mayo, yang berfokus pada rawat inap dan kematian, penelitian CDC mencari infeksi apapun, termasuk infeksi yang tidak pernah menimbulkan gejala atau terdeteksi sebelum orang mulai merasakan sakit.

Sementara itu, perusahaan Moderna telah mengumumkan pada hari Senin, 29 Maret 2021, waktu setempat bahwa mereka telah mengirimkan dosis ke-100 juta kepada pemerintah Amerika Serikat, yang memenuhi janjinya untuk memasok jumlah tersebut pada akhir Maret 2021 ini. 

Baca Juga: AS Tuduh Rusia Sebarkan Hoaks tentang Vaksin Pfizer dan Moderna

3. Berdasarkan 88 persen responden mengatakan cakupan vaksin yang rendah di banyak negara membuat mutasi kebal terhadap vaksin

Vaksin Pfizer dan Moderna Diklaim 90 Persen EfektifIlustrasi vaksin COVID-19. (Pixabay.com/HakanGERMAN)

Para peneliti telah menekankan bahwa upaya vaksinasi global diperlukan untuk menetralkan ancaman COVID-19 secara memuaskan, di mana hal ini disebabkan oleh berbagai ancaman varian baru, dengan beberapa varian lebih mudah menular, mematikan, hingga kurang rentan terhadap vaksin, yang muncul dan menyebar. Menurut koalisi People's Vaccine Alliance, perkiraan suram selama setahun atau kurang dari dua pertiga respoden dan hampir sepertiga dari responden menunjukkan bahwa kerangka waktunya kemungkinan sekitar 9 bulan atau kurang dari itu.

Sebanyak 88 persen responden mengatakan cakupan vaksin yang rendah secara terus-menerus di banyak negara akan membuat mutasi yang kebal vaksin lebih mungkin terjadi. Menurut profesor epidemologi dari Yale University, Prof. Gregg Gonsalves, mengatakan mutasi baru muncul tiap hari dan terkadang mereka menemukan ceruk yang membuat mereka lebih cocok dari pendahulunya. Ia juga menambahkan varian yang beruntung ini dapat menularkan secara lebih efisien dan berpotensi menghindari tanggapan kekebalan terhadap jenis sebelumnya.

Menurutnya, hal ini dikecualikan jika vaksin itu telah memvaksinasi dunia dengan membiarkan lapangan bermain terbuka untuk lebih banyak mutasi, yang dapat menghasilan varian yang dapat menghindari vaksin saat ini serta memerlukan suntikan penguat untuk mengatasinya.

Baca Juga: Moderna: 3 Dosis Vaksin Efektif Lawan COVID Varian Inggris dan Afsel

Christ Bastian Waruwu Photo Verified Writer Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya