Inti utama dari KTT iklim di Glasgow adalah bagaimana para pemimpin dunia bersikap dan melangkah untuk memperbaiki bumi. Pemanasan global yang berakibat pada krisis iklim, telah merugikan banyak orang di berbagai belahan dunia.
Selama lebih dari dua minggu, para pemimpin dunia tersebut berkumpul dan bernegosiasi untuk mencapai kesepakatan. Pada hari Sabtu (13/11/21), hampir 200 negara yang ikut akhirnya setuju mengadopsi Glasgow Climate Pact (Pakta Iklim Glasgow).
Dilansir Reuters, di dalam pakta tersebut diakui bahwa upaya negara-negara untuk mengurangi emisi gas rumah kaca yang memanaskan bumi belumlah cukup.
Oleh sebab itu, pemerintah semua negara diminta untuk memperkuat target batas kenaikan suhu global tidak lebih dari 1,5 derajat Celcius pada akhir tahun depan. Ini menegasikan rencana awal dalam Kesepakatan Paris yang biasanya dilakukan setiap lima tahun.
Semua negara yang ikut COP26, akan kembali hadir tahun depan di Mesir untuk memberikan revisi peta pengurangan emisi karbon yang lebih cepat.
Alok Sharma, Presiden COP26 mengatakan "Saya rasa hari ini kita dapat mengatakan dengan kredibilitas bahwa kita telah menjaga 1,5 (derajat Celcius) dalam jangkauan. Tapi denyut nadinya lemah, dan kita hanya akan bertahan jika kita menepati janji."
Jika para pemimpin dunia gagal mencegah pemanasan suhu bumi, para ilmuwan berpendapat akan terjadi kenaikan permukaan air laut yang ekstrem dan berbagai bencana termasuk kekeringan, badai dahsyat, serta kebakaran hutan yang lebih buruk.