ilustrasi bendera Jepang (unsplah.com/Colton Jones)
Dilansir dari CNBC, Takaichi berkomitmen melanjutkan kebijakan ekonomi Abenomics yang menekankan pengeluaran fiskal besar, reformasi struktural, dan kebijakan moneter longgar. Ia menentang rencana Bank of Japan untuk menaikkan suku bunga yang kini berada di 0,5 persen, karena khawatir akan menghambat pertumbuhan.
Ia dianggap sebagai sosok paling tepat di LDP untuk menghadapi Presiden AS, Donald Trump, terutama terkait potensi revisi kesepakatan perdagangan AS–Jepang. Jepang sebelumnya menjanjikan investasi senilai 550 miliar dolar AS (setara Rp9,1 kuadriliun) kepada AS, yang mungkin akan dibicarakan ulang di bawah kepemimpinannya.
Penulis Japanization: What the World Can Learn from Japan's Lost Decades, William Pesek, menyampaikan pandangannya kepada CNBC.
“Kita sudah bisa menebak bahwa dia tidak akan menurunkan inflasi, karena jika dia menggandakan Abenomics masa lalu, yang berarti yen yang melemah tajam, yang berarti lebih banyak pengeluaran pemerintah, itu berarti lebih banyak inflasi,” katanya.
Komentar ini menggambarkan skeptisisme sebagian analis terhadap arah ekonomi yang akan ia jalankan.
Sebagai perdana menteri, tantangan awal Takaichi adalah membentuk pemerintahan minoritas. Ia harus meyakinkan satu partai oposisi untuk bekerja sama, di tengah krisis biaya hidup dan kekhawatiran publik atas meningkatnya jumlah pendatang asing di Jepang.