Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Prabowo Subianto
Presiden Prabowo Subianto saat menelepon Presiden Donald Trump terkait tarif. (Tangkapan layar Instagram Prabowo)

Intinya sih...

  • Diplomasi via telepon Presiden Prabowo dengan sejumlah kepala negara bukan hal baru

  • Prabowo sering menerima ucapan selamat dan melakukan diplomasi via telepon, termasuk dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Donald Trump.

  • Prabowo telah berkomunikasi empat kali dengan Presiden Trump melalui telepon, termasuk pembicaraan terkait tarif impor Indonesia ke AS.

Jakarta, IDN Times - Malam Eropa terasa panjang bagi Presiden Prabowo Subianto. Di tengah jadwal kunjungan kenegaraan di Belarus, Prabowo berbincang dengan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump dari seberang benua.

Topik yang dibicarakan bukan sembarangan, nasib ekspor Indonesia ke Amerika Serikat sedang dipertaruhkan. Dalam percakapan lintas benua yang berlangsung hanya 17 menit, dua pemimpin negara itu bernegosiasi langsung soal tarif impor Amerika Serikat terhadap produk Indonesia.

Hasilnya? Prabowo dan Donald Trump sepakat, Indonesia kena tarif impor AS 19 persen. Sementara, AS mendapat nol persen bila barang-barang dari negerinya masuk ke Indonesia.

Meski demikian, Prabowo mengaku belum puas. Kepuasannya baru terpenuhi apabila Indonesia juga mendapat tarif impor nol persen.

"Ya, kalau puas nol persen," ujar Prabowo tertawa, saat tiba di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Rabu, 16 Juli 2025.

Prabowo mengaku sempat berunding keras dengan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, hingga akhirnya tarif impor 19 persen tercapai.

"Saya bicara dengan Presiden Donald Trump, ya, alhamdulillah juga berunding dengan alot, akhirnya ada kesepakatan," kata dia.

Sekretaris Kabinet Kabinet, Teddy Indra Wijaya, mengatakan percakapan Prabowo dan Trump pada Selasa malam, 15 Juli 2025, memang terfokus pada isu ekonomi, terutama kebijakan tarif AS yang selama ini dianggap menyulitkan eksportir Indonesia. Diskusi berlangsung cukup intens, bahkan Teddy menyebutnya “negosiasi alot”.

“Setelah proses negosiasi yang alot dan dengan memahami kepentingan masing-masing negara, akhirnya dicapai kesepakatan penurunan tarif impor dari 32 persen menjadi 19 persen pada produk-produk Indonesia,” ujar Teddy dalam keterangannya.

1. Diplomasi telepon Prabowo bukan hal baru

Presiden Prabowo Subianto (IDN Times/Ilman Nafi'an)

Diplomasi via telepon bukan hal baru. Presiden Prabowo Subianto kerap melakukannya beberapa kali.

Saat baru menjabat sebagai Presiden, Prabowo menerima berbagai ucapan selamat dari sejumlah kepala negara. Ada yang mengucapkan melalui akun media sosial, hingga telepon.

Presiden Prancis, Emmanuel Macron, menelepon pada 21 Oktober 2024 untuk mengucapkan selamat atas pelantikan Presiden Prabowo sebagai presiden kedelepan RI.

Prabowo juga pernah menelepon Donald Trump pada 11 November 2024. Ketika itu, Prabowo menyampaikan selamat kepada Trump yang terpilih kembali menjadi Presiden AS.

2. Diplomasi telepon Hari Raya Idul Fitri

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sambut kedatangan Presiden Prabowo Subianto saat tiba di Ankara. (Dok. Sekretariat Presiden)

Momen Idul Fitri 1446 H juga menjadi sarana diplomasi via telepon Presiden Prabowo dengan pemimpin negara lain.

Pada Jumat. 4 April 2025, Presiden Prabowo menerima telepon dari Presiden Turkiye, Recep Tayyip Erdogan, Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim, Yang Mulia Yang di-Pertuan Agong XVII Sultan Ibrahim, Sultan Brunei Darussalam Sultan Hassanal Bolkiah, dan Presiden Prancis Emmanuel Macron.

"Presiden Prabowo menyampaikan penghargaan atas ucapan dan doa yang diberikan, serta membalas dengan harapan agar Idul Fitri menjadi momentum untuk memperkuat persaudaraan dan kerja sama antar negara," kata Teddy.

Presiden Erdogan rupanya kembali menghubungi Presiden Prabowo melalui sambungan telepon pada 6 Juni 2025. Keduanya saling mengucapkan selamat Idul Adha 1446 H.

Prabowo dan Erdogan saling mendoakan agar masyarakat Indonesia dan Turki diberikan keberhasilan.

3. Prabowo telepon dengan PM Australia dan Malaysia

⁠Pernyataan pers bersama Presiden Prabowo Subianto dan PM Malaysia Anwar Ibrahim (Youtube/Sekretariat Presiden)

Pada 3 Mei 2025, Presiden Prabowo menghubungi PM Malaysia, Anwar Ibrahim. Salah satu topik pembicaraan adalah, Presiden Prabowo mengundang Anwar untuk datang ke Jakarta.

Kemudian, pada 4 Mei 2025, Presiden Prabowo mengambil gawai, menghubungi Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese. Prabowo menyampaikan selamat kepada Anthony yang terpilih kembali menjadi PM Australia.

Selang dua hari atau 6 Juni 2025, Perdana Menteri Kanada, Mark Carneg, menelepon Presiden Prabowo untuk hadir di Konferensi Tingkat Tinggi Group of Seven (KTT G7). Acara tersebut digelar di Alberta, Kanada. Namun, Presiden tak hadir pada KTT G7.

Ketika itu, Presiden Prabowo tengah berkunjung ke Rusia untuk bertemu Presiden Vladimir Putin. Istana beralasan, kunjungan Prabowo ke Rusia sudah diagendakan jauh hari sebelum adanya undangan dari PM Kanada.

Tak hanya itu, pada 26 Juni 2025, Anwar Ibrahim menghubungi Presiden Prabowo melalui telepon. Ketika itu, Teddy menyebut Anwar Ibrahim ingin segera bertemu dengan Presiden Prabowo untuk melakukan diskusi secara langsung.

4. Prabowo empat kali diplomasi via telepon dengan Trump

Presiden Prabowo Subianto (IDN Times/Ilman Nafi'an)

Pada 12 Juni 2025, Prabowo dan Trump berkomunikasi via telepon. Teddy mengatakan, keduanya menelepon selama 15 menit.

"Kedua pemimpin saling menanyakan kabar serta perkembangan terkini, baik di Amerika maupun Indonesia," ucap Teddy.

Lalu, 23 Juni 2025, Presiden Prabowo menelepon Presiden Korea Selatan, Lee Jae-myung. Di ujung sambungan telepon, Prabowo mengucapkan selamat kepada Lee Jae-myung yang terpilih menjadi Presiden Korea Selatan.

Kemudian, 12 Juli 2025, Prabowo kembali berdiskusi via telepon dengan Presiden Trump. Hasil dari diplomasi telepon itu, Prabowo dan Trump sepakat Indonesia diberlakukan tarif impor AS 12 persen.

Tercatat, Prabowo sudah empat kali melakukan diplomasi telepon dengan Trump sejak menjadi Presiden RI.

Editorial Team