Diserang Drone Rusia, Jutaan Orang di Odessa Dilanda Krisis Listrik

Jakarta, IDN Times - Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, pada Sabtu (10/12/2022), mengatakan bahwa lebih dari 1,5 juta orang di Odessa dan wilayah sekitarnya harus tinggal tanpa listrik. Keterangan itu disampaikan setelah drone Rusia menghantam dua fasilitas energi di kota tersebut.
Wakil kepala administrasi kepresidenan Ukraina, Kyrylo Tymoshenko, mengungkapkan hingga kini kota tersebut berada dalam keadaan tanpa listrik, setelah serangan menyebabkan pembangkit listrik mati.
"Sampai sekarang, kota ini (Odessa) tanpa listrik," katanya melalui aplikasi Telegram.
Otoritas setempat mengatakan, saat ini akses listrik hanya dialirkan ke infrastruktur penting, seperti rumah sakit dan bangsal bersalin.
1. Pemulihan fasilitas energi bisa memakan waktu 2-3 bulan
Otoritas setempat mengatakan, serangan drone Rusia kali ini menghantam jalur transmisi dan peralatan utama yang sangat penting, sehingga proses pemulihan jaringan energi diperkirakan memakan waktu berbulan-bulan.
"Menurut perkiraan awal, pemulihan fasilitas energi di wilayah Odessa akan memakan waktu lebih lama daripada (pemulihan) setelah serangan sebelumnya. Kita berbicara bukan tentang hari, tetapi bahkan minggu dan bahkan mungkin dua sampai tiga bulan," katanya, dikutip dari Aljazeera.
2. Pelabuhan Odessa tak dapat beroperasi
Menteri Pertanian Ukraina, Mykola Solsky, melaporkan bahwa saat ini pelabuhan Odessa tidak dapat beroperasi imbas pembangkit listrik yang mati.
Namun, ia menambahkan bahwa pengiriman gandum dapat terus berjalan, meskipun saat ini fungsional pelabuhan Odessa dialihkan ke pelabuhan Chornomorsk dan Pivdennyi.
"Ada masalah, tetapi tidak ada pedagang (gandum) yang berbicara tentang penangguhan pengiriman," ujarnya, dikutip dari Reuters.
3. Rusia meningkatkan produksi senjatanya
Wakil kepala Dewan Keamanan Rusia, Dmitry Medvedev, mengungkapkan bahwa Moskow sedang meningkatkan produksi senjata yang diklaim paling kuat sebagai upaya untuk melindunginya dari musuh di Eropa, Amerika Serikat, dan Australia. Namun, ia tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai senjata tersebut.
"Kami meningkatkan produksi alat penghancur yang paling kuat," kata Medvedev, dikutip dari The Straits Times.
Sebelumnya, Presiden Vladimir Putin telah berulang kali mengatakan bahwa Rusia telah mengembangkan senjata jenis baru, termasuk senjata hipersonik yang ia klaim dapat mengalahkan semua sistem pertahanan rudal.