Upacara penyerahan pangkalan militer Timbuktu oleh Prancis kepada Mali pada Selasa 14/12/2021. (twitter.com/Rida Lyammouri)
Dilansir France24, kehadiran pasukan Rusia di Mali akan memicu kecurigaan negara Barat terkait penggunaan tentara bayaran Wagner dari Rusia. Sebelumnya, pada akhir Desember, negara-negara Barat menuduh dan mengutuk tindakan Mali karena menggunakan jasa tentara bayaran dari Rusia tersebut.
Namun, militer Mali telah membantah tuduhan itu dan mengatakan bahwa Rusia hadir untuk meningkatkan kapasitas operasional pasukan keamanan.
“Kami mendapat akuisisi baru pesawat dan peralatan dari mereka (Rusia). Biayanya jauh lebih murah untuk melatih kami di lokasi daripada kami pergi ke sana… Apa salahnya?” kata juru bicara militer Mali kepada Reuters, Kamis (6/1/2022).
Mali merupakan salah satu negara di Afrika yang masih diporak-porandakan oleh akivitas pemberontak yang terkait dengan Al Qaeda dan ISIS. Untuk menangani hal tersebut, Prancis melakukan intervensi pada tahun 2013.
Saat ini, Prancis memiliki sekitar 5.000 tentara di wilayah tersebut. Namun, mereka berencana untuk menurunkan jumlah itu menjadi 2.500-3.000 pada tahun 2023.
Baru-baru ini, militer Prancis menyerahkan kembali tiga pangkalan militer di Mali utara kepada pasukan negara sebagai bagian dari penarikan pasukan, termasuk yang terbaru di kota gurun Timbuktu.