Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi benda-benda sihir (unsplash.com/Devin H)

Intinya sih...

  • 12 orang ditangkap terkait pembunuhan

  • Kepercayaan tradisional masih kuat di Burundi

  • Ratusan orang di Ghana dan Zambia hadapi pelanggaran HAM karena dituduh sebagai penyihir

Jakarta, IDN Times - Sedikitnya enam orang yang dituduh melakukan praktik sihir dibunuh oleh milisi di Burundi. Dua di antaranya dibakar hidup-hidup.

Pejabat setempat dan saksi mata mengatakan, peristiwa tragis itu terjadi pada Senin (30/6/2025) setelah munculnya tuduhan dari anggota kelompok pemuda partai berkuasa, yang dikenal dengan nama Imbonerakure. Kelompok ini dianggap sebagai milisi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan organisasi-organisasi hak asasi manusia.

“Sekelompok pemuda Imbonerakure mendatangi rumah sekitar 10 orang yang dituduh melakukan sihir. Mereka kemudian menyerang mereka. Enam orang tewas, dua di antaranya dibakar hidup-hidup. Yang lain dipukuli hingga tewas dengan pentungan atau dilempari batu besar ke kepala mereka,” kata pejabat dari Bukit Gasarara, sekitar 10 kilometer di sebelah timur kota Bujumbura, pada Rabu (2/7/2025), dikutip dari TRT.

Ia menambahkan bahwa tiga orang lainnya juga diserang, namun berhasil diselamatkan setelah polisi turun tangan.

1. Sebanyak 12 orang ditangkap

Beberapa kelompok hak asasi manusia, termasuk Human Rights Watch (HRW), menuduh Imbonerakure telah membunuh dan menyiksa puluhan orang, terutama semasa pemerintahan otoriter mantan presiden Pierre Nkurunziza, yang berkuasa dari 2005-2020.

“Anggota Imbonerakure, yang sebagian di antaranya bersenjata, telah menangkap, menganiaya, dan membunuh orang-prang yang dicurigai sebagai lawannya, terkadang bekerja sama dengan atau didukung oleh pejabat administratif lokal, polisi, atau agen intelijen,” ungkap HRW.

Pada Selasa (1/7/2025), Gubernur Provinsi Bujumbura, Desire Nsengiyumva, menyatakan bahwa 12 orang telah ditangkap sehubungan dengan pembunuhan tersebut. Ia mengecam tindakan main hakim sendiri dan megungkapkan bahwa warga secara keliru menuduh para korban sebagai penyebab sejumlah kematian misterius yang terjadi belakangan ini.

2. Kepercayaan tradisional masih sangat kuat di Burundi

Burundi adalah negara kecil yang mayoritas penduduknya beragama Kristen. Meski demikian, kepercayaan tradisional masih sangat kuat, sehingga kematian yang misterius sering kali dikaitkan dengan praktik ilmu sihir

Tahun lalu, Mahkamah Agung Burundi menjatuhkan hukuman penjara seumur hidup kepada mantan perdana menteri Alain-Guillaume Bunyoni atas sejumlah tuduhan, termasuk menggunakan ilmu sihir untuk mengancam nyawa presiden, mengganggu stabilitas perekonomian dan melakukan pengayaan secara ilegal. Bunyoni sendiri mengaku tidak bersalah atas semua tuduhan tersebut.

3. Ratusan orang yang dituduh sebagai penyihir di Ghana hadapi pelanggaran HAM

Dilansir dari CBS News, kepercayaan terhadap ilmu sihir masih banyak ditemukan di komunitas pedesaan di sepanjang pantai Afrika barat maupun berbagai wilayah lainnya di benua tersebut.

Awal 2025, Amnesty International melaporkan bahwa ratusan orang yang dicurigai melakukan praktik sihir di Ghana menghadapi pelanggaran hak asasi manusia yang meluas, termasuk pembunuhan. Pada Februari, dua pria di Zambia diadili karena dituduh melakukan praktik sihir dan memiliki jimat yang diyakini bertujuan mencelakai presiden negara tersebut.

Kepercayaan terhadap ilmu sihir juga masih mengakar kuat di beberapa komunitas pedesaan di Angola, meskipun mendapat tentangan keras dari gereja. Tahun lalu, polisi menyebutkan bahwa sekitar 50 orang tewas di negara tersebut setelah dipaksa meminum ramuan herbal untuk membuktikan bahwa mereka bukan penyihir.

Dalam kunjungannya ke Angola pada 2009, Paus Benediktus menyerukan kepada umat Katolik agar menjauhi praktik sihir dan perdukunan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorRama