Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi bendera Brasil. (unsplash.com/Samuel Costa Melo)
ilustrasi bendera Brasil. (unsplash.com/Samuel Costa Melo)

Jakarta, IDN Times - Brasil mencabut larangan terhadap platform media sosial X, milik Elon Musk, pada Selasa (8/10/2024). Pencabutan ini terjadi setelah Musk mematuhi tuntutan Mahkamah Agung Brasil.

Hakim Alexandre de Moraes memerintahkan penghentian suspensi dan mengizinkan X kembali beroperasi di negara tersebut. Musk mengakhiri pertarungan panjangnya dengan pengadilan Brasil dengan membayar denda sebesar 28,6 juta reais (sekitar Rp80 miliar) dan menunjuk seorang pengacara Brasil sebagai perwakilan lokal X.

Langkah ini memenuhi persyaratan hukum Brasil yang mewajibkan platform teknologi memiliki perwakilan di negara tersebut.

Hakim Moraes memberi regulator telekomunikasi Brasil, Anatel, waktu 24 jam untuk mengimplementasikan keputusan tersebut. Pengguna X di Brasil, yang berjumlah lebih dari 20 juta, akan segera dapat mengakses platform tersebut tanpa menggunakan VPN.

1. Tanggapan atas pencabutan larangan X

Pencabutan larangan X di Brasil mendapat berbagai tanggapan. Aktivis pro-demokrasi Brasil merayakan kepatuhan X terhadap hukum sebagai kemenangan bagi institusi dan kedaulatan negara.

"Ini adalah kemenangan signifikan bagi demokrasi Brasil, institusi politik kita, dan kedaulatan negara kita," ujar organisasi aktivisme media sosial Sleeping Giants, dilansir dari The Guardian. 

Hasil ini juga dianggap sebagai kemenangan bagi Mahkamah Agung Brasil, khususnya Hakim Alexandre de Moraes. Gerson Camarotti, komentator politik terkemuka, memberikan pandangannya kepada GloboNews.

"Ini bukan tentang sensor. Ini tentang ketidakpatuhan terhadap keputusan pengadilan. Demokrasi Brasil-lah yang menang dengan ini," kata Camarotti.

X sendiri menanggapi pencabutan larangan ini dengan pernyataan resmi melalui akun urusan pemerintahan globalnya. Melansir dari CNBC, perusahaan tersebut menyatakan bangga kembali ke Brasil dan berkomitmen untuk terus membela kebebasan berbicara.

Meski kalah secara hukum dan bisnis, Musk dinilai akan menganggap ini sebagai kemenangan publik. Sikapnya yang menentang Mahkamah Agung Brasil mendapat pujian luas dari orang-orang yang khawatir tentang pembatasan pemerintah terhadap kebebasan berbicara online.

2. Musk sempat sebut hakim Brasil "diktator" dan "Voldemort"

Konflik antara Elon Musk dan Mahkamah Agung Brasil telah berlangsung selama berbulan-bulan. X diblokir di Brasil sejak akhir Agustus 2024 karena Musk gagal mematuhi hukum Brasil. Pemblokiran ini disebabkan kegagalan Musk menunjuk perwakilan lokal dan membayar denda jutaan dolar.

Latar belakang konflik ini adalah pertarungan panjang antara Musk dan Mahkamah Agung Brasil terkait penyebaran konten sayap kanan dan anti-demokrasi di platform X. Pihak berwenang Brasil menyalahkan penyebaran konten tersebut sebagai pemicu kerusuhan sayap kanan di Brasília pada Januari 2023.

Musk, yang tampak condong ke tokoh-tokoh sayap kanan termasuk mantan presiden Brasil Jair Bolsonaro, awalnya marah terhadap larangan tersebut. Ia menyebut Hakim Alexandre de Moraes sebagai diktator dan "Voldemort". Ia bahkan menyindir dengan meme yang menggambarkan seekor anjing menggantung bagian privatnya di wajah hewan lain sebagai tanda pemberontakannya.

3. Bluesky dan Threads raup jutaan pengguna baru

Pemblokiran X di Brasil, salah satu pasar internasional terbesarnya, membawa dampak signifikan bagi pengguna dan kompetitor. Selama pemblokiran, jumlah pengguna harian X di Brasil turun drastis sebesar 80 persen, dari sekitar 20 juta menjadi hanya 1,2 juta, menurut data dari Similarweb.

Banyak pengguna media sosial Brasil beralih ke jaringan saingan seperti Bluesky dan Threads. Bluesky mengalami peningkatan pengguna harian rata-rata di Brasil sebesar 2 kali lipat menjadi 6,8 juta dari 31 Agustus hingga 29 September. Sementara, pengguna harian Threads di Brasil tumbuh sepertiga menjadi 3,6 juta selama periode yang sama, dilansir dari New York Times. 

Beberapa pengguna Brasil tetap mengakses X menggunakan VPN selama pemblokiran, walaupun ada ancaman denda sebesar 9 ribu dolar AS (sekitar Rp140 juta) per hari. Sekitar 90 persen dari unggahan terkait politik dari pengguna ini mengkritik larangan tersebut dan Hakim Moraes.

Pemblokiran X juga menimbulkan perdebatan tentang kekuatan Mahkamah Agung Brasil dan perlindungan kebebasan berbicara. Beberapa pihak, terutama dari sayap kanan, mengkritik tindakan pengadilan sebagai bentuk sensor yang berlebihan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorLeo Manik