Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Anak Osama bin Laden Dilarang Kembali ke Prancis Usai Dideportasi

bendera Prancis (pexels.com/Atypeek Dgn)

Jakarta, IDN Times - Anak dari mendiang pendiri Al Qaeda, Osama bin Laden, telah dilarang kembali ke Prancis, tempat ia tinggal selama bertahun-tahun. Ia dideportasi tahun lalu setelah dituduh mengunggah komentar yang mendukung terorisme di media sosial.

Lahir di Arab Saudi, Omar bin Laden menetap di wilayah utara Prancis, Normandy, bersama istrinya yang berkebangsaan Inggris beberapa tahun lalu. Pria berusia 43 tahun itu menekuni bidang seni lukis.

Menteri Dalam Negeri Prancis, Bruno Retailleau, mengatakan bahwa ia telah menandatangani perintah yang melarang bin Laden memasuki Prancis setelah pengadilan mengonfirmasi keabsahan perintah deportasi sebelumnya yang dikeluarkan dengan alasan keamanan nasional. Ia tidak memberikan rincian mengenai waktu deportasi atau ke mana bin Laden dikirim.

“Bin Laden, yang telah tinggal di wilayah Orne selama beberapa tahun sebagai suami seorang warga negara Inggris, mengunggah komentar di jejaring sosialnya pada 2023 yang mengagungkan terorisme. Larangan administratif ini memastikan bahwa Bin Laden tidak dapat kembali ke Prancis untuk alasan apapun,” tulis Retailleau di akun X-nya.

1. Omar bin Laden bantah tulis komentar tersebut

Ketika peringatan kematian Osama bin Laden pada Mei 2023, komentar yang menurut pejabat Prancis mengagungkan terorisme dan Al Qaeda dipublikasikan di media sosial atas nama Omar bin Laden melalui akun yang kini telah ditangguhkan. Prancis kemudian meluncurkan penyelidikan terkait komentar tersebut.

Pihak prefektur mengatakan, meski bin Laden membantah pernah menulis komentar tersebut, ia tidak menghapus atau mengecamnya. Ia diperintahkan meninggalkan Prancis pada 27 Oktober 2023 dan melakukannya secara sukarela. Ia mengajukan banding atas keputusan itu, namun pengadilan Prancis menguatkan putusan tersebut pekan lalu.

Pada 2022, bin Laden pernah mengungkapkan bahwa dia merasa nyaman tinggal di Prancis. 

"Saya merasa bebas dari tanggung jawab atas tindakan ayah saya. Tidak ada yang menghakimi saya, mereka menghormati saya dan membiarkan saya hidup dengan tenang," ujarnya saat itu. 

Pasukan khusus Amerika Serikat (AS) membunuh ayahnya, yang merupakan pemimpin Al-Qaeda, di Pakistan pada 2011.

2. Omar bin Laden kini tinggal di Qatar

Pascal Martin, yang membantu bin Laden menjual lukisannya, menggambarkan Omar sebagai seorang pria yang menentang ideologi Islamis, yang mencari nafkah dari karya seninya dan membayar pajak. 

“Kami menjadi teman, dan saya dapat memberitahu Anda bahwa tidak ada yang dikatakan mirip dengan Omar yang saya kenal,” kata Martin kepada Reuters.

Ia mengungkapkan bahwa bin Laden kini tinggal di Qatar dan mengalami masalah psikologis. Istrinya dan Martin memutuskan untuk tidak memberitahunya tentang pengumuman tersebut.

“Dia terlalu rapuh, jika dia tahu, itu akan menyakitinya lebih dalam. Keputusan ini sama sekali gila, tak terbayangkan. Dia telah menjalani hidup yang sulit. Menjadi putra Osama bin Laden telah menjadi cobaan baginya," kata Martin, menyebutnya sebagai korban terorisme.

3. Teman-temannya sebut bin Laden bukan sosok yang mendukung terorisme

Martin juga meyakini bahwa temannya itu tidak mungkin mendukung terorisme atau serangan 11 September 2001, yang menewaskan hampir 3 ribu orang dalam serangan teroris paling mematikan di AS.

“Dia mengatakan bahwa hidupnya berhenti pada hari itu. Saya tidak pernah mendengar dia mendukung terorisme," ujarnya.

Menurut Martin, bin Laden sempat ditahan oleh polisi, namun kemudian dibebaskan tanpa dakwaan yang ia ketahui.

"Dia hanya mengalami nasib buruk karena menjadi seorang bin Laden," tambahnya.

Temannya yang lain, Harry Atterton, menyebut keputusan Prancis tersebut memalukan. Pria Inggris berusia 87 tahun itu mengatakan bahwa bin Laden telah berhasil memisahkan dirinya dari ideologi ayahnya. Ia mendeskripsikannya sebagai orang yang agak pemalu, dermawan dan tidak banyak bicara.

"Ada ribuan teroris potensial yang seharusnya meninggalkan Prancis, tetapi mereka memilih Omar," tambah Atterton, dikutip dari France 24.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fatimah
EditorFatimah
Follow Us