ilustrasi bendera Iran. (unsplash.com/sina drakhshani)
Para ahli memakai istilah "breakout time" untuk mengukur seberapa dekat suatu negara ke bom nuklir. Ini adalah perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk mengubah stok uranium yang ada menjadi material kualitas senjata yang cukup untuk satu bom. Berkat kemajuan teknologinya, breakout time Iran kini diperkirakan menjadi sangat singkat.
Beberapa laporan AS menyebut Iran hanya membutuhkan waktu sekitar satu hingga dua minggu untuk melakukannya. Sementara, analisis ISIS bahkan memperkirakan Iran bisa menghasilkan bahan yang cukup untuk bom pertamanya hanya dalam waktu dua hingga tiga hari.
Jika Iran memutuskan untuk melakukan "breakout", potensi produksinya dinilai akan sangat mengkhawatirkan. Stok uranium yang dimilikinya saat ini diperkirakan cukup untuk membuat sekitar sembilan bom nuklir. Jumlah itu bahkan diproyeksikan dapat meningkat hingga 19 bom pada akhir bulan ketiga sejak keputusan dibuat.
Seperti disinggung sebelumnya, Iran masih perlu melalui berbagai proses rumit lainnya untuk membuat senjata nuklir siap pakai. Namun, menurut The Telegraph, ancaman nuklir juga dapat berupa "bom mentah", yaitu alat ledak nuklir sederhana yang bisa dikirim melalui metode lain seperti kapal atau truk. Oleh karena itu, potensi nuklir Iran membuat banyak musuh-musuhnya was-was.
Kesimpulannya, belum ada bukti bahwa Iran telah membangun senjata nuklir yang siap digunakan. Namun, beberapa analisis menyimpulkan bahwa Iran telah mencapai titik kritis untuk meraih senjata nuklir. Jika Iran mencapai senjata nuklir, kemungkinan negara lain di Timur Tengah, seperti Arab Saudi akan melakukan hal serupa. Hal ini dapat memicu perlombaan senjata di kawasan yang telah panas tersebut.