Israel Cari Orang yang Rekam Situasi saat Dirudal Iran

- Israel mencari sejumlah pihak yang merekam dan menyiarkan saat mereka dirudal Iran, termasuk media asing.
- Korban tewas berjumlah 24 orang di Israel dan 224 orang di Iran.
Jakarta, IDN Times - Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir, pada Senin (16/6/2025), menyatakan akan menindak tegas media asing yang menyiarkan lokasi jatuhnya rudal Iran. Ia mengatakan bahwa siaran semacam itu dapat memungkinkan pihak lawan untuk mengarahkan tembakan mereka dengan lebih akurat.
“Siaran yang menunjukkan dengan tepat di mana rudal mendarat di negara Israel merupakan ancaman bagi keamanan negara, dan saya berharap siapa pun yang melakukan ini akan diperlakukan sebagai orang yang merugikan keamanan negara,” kata Ben-Gvir, dilansir dari The Times of Israel.
Ia menambahkan bahwa pihaknya telah menginstruksikan badan keamanan dalam negeri Shin Bet dan polisi untuk menindak siapa pun yang merekam lokasi jatuhnya serangan.
1. Israel tangkap orang-orang dukung serangan Iran
Ben-Gvir juga menyatakan bahwa tidak ada toleransi bagi orang-orang yang mendukung serangan Iran.
“Polisi telah menangkap cukup banyak orang,” katanya, tanpa memberikan angka pasti. Petugas penjara juga disebut telah menindak para narapidana yang menunjukkan kegembiraan atas serangan Iran di Israel.
“Tidak ada kesabaran bagi mereka yang mendukung Iran. Mendukung Iran berarti mendukung terorisme, dan mereka yang mendukung terorisme harus ditahan," ujar Ben-Gvir.
2. Korban tewas berjumlah 24 orang di Israel dan 224 orang di Iran
Ketegangan di Timur Tengah meningkat sejak Jumat (13/6/2025), ketika Israel melancarkan serangan udara yang menargetkan berbagai lokasi di Iran, termasuk fasilitas militer dan nuklir. Sedikitnya 224 orang tewas, termasuk berapa komandan militer dan ilmuwan nuklir, dan lebih dari 1.000 lainnya terluka.
Sebagai balasan, Iran meluncurkan serangan rudal balistik secara besar-besaran terhadap Israel, yang menewaskan sedikitnya 24 orang dan melukai ratusan lainnya. Eskalasi ini memicu kekhawatiran soal pecahnya konflik regional yang lebih luas.
Colin Clarke, peneliti senior di Soufan Center yang berbasis di New York, mengatakan bahwa bentrokan langsung antara Israel dan Iran kemungkinan akan berlangsung setidaknya dalam 24 hingga 48 jam ke depan.
“Amerika Serikat (AS) mengerahkan banyak kekuatan militer ke kawasan ini untuk membantu Israel, jadi saya pikir kita akan melihat pertempuran dan eskalasi yang terus berlanjut, setidaknya dalam waktu dekat,” kata Clarke.
3. Trump berharap Israel-Iran akhiri konflik
Pada Selasa (17/6/2025), Presiden AS, Donald Trump, mengatakan bahwa dirinya menginginkan sebuah akhir yang nyata bagi konflik Israel-Iran, bukan hanya sekadar gencatan senjata.
"Saya tidak menginginkan gencatan senjata. Kami mencari cara yang lebih baik daripada gencatan senjata," kata Trump kepada wartawan di Air Force One.
Ia sebelumnya membantah laporan yang menyebutkan dirinya telah menghubungi Iran untuk melakukan perundingan damai.
“Saya belum menghubungi Iran untuk melakukan ‘Pembicaraan Damai’ dengan bentuk apa pun. Jika mereka ingin berbicara, mereka tahu cara menghubungi saya. Mereka seharusnya menerima kesepakatan yang ada – Itu akan menyelamatkan banyak nyawa!!!" kata Trump dalam pernyataan di media sosialnya, Truth Social.
Dilansir dari Al Jazeera, putaran keenam perundingan nuklir AS-Iran seharusnya diadakan pada Minggu (15/6/2025) di Oman, namun Iran batal berpartisipasi setelah Israel menyerang negara tersebut pada Jumat.
“Pihak lain (AS) bertindak dengan cara yang membuat dialog menjadi tidak bermakna. Anda tidak bisa mengklaim ingin bernegosiasi, sementara pada saat yang sama membagi peran dengan membiarkan rezim Zionis (Israel) menyerang wilayah Iran," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baghaei, pada Sabtu (14/6/2025).