Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Dampak Perang Israel-Iran, Harga BBM Bisa Ikut Meledak?

Suasana pembelian BBM di SPBU Waingapu usai diperiksa Pertamina dan Polres Sumba Timur. (Dok Pertamina)
Suasana pembelian BBM di SPBU Waingapu usai diperiksa Pertamina dan Polres Sumba Timur. (Dok Pertamina)
Intinya sih...
  • Pemerintah dihadapkan pada dilema harga BBM akibat kenaikan harga minyak dunia.
  • Pemerintah diminta realistis dan transparan dalam penetapan harga BBM subsidi.
  • Pertamina mewaspadai konflik Israel-Iran yang mempengaruhi harga BBM.

Jakarta, IDN Times - Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi mengingatkan kenaikan harga minyak dunia akibat eskalasi konflik Israel-Iran akan berdampak langsung pada perekonomian Indonesia. Hal itu lantaran Indonesia masih bergantung pada impor energi. Dia memperkirakan harga minyak mentah global bisa melampaui 100 dolar AS per barel jika ketegangan terus meningkat.

"Sebagai net-importer, kenaikan harga minyak dunia sudah pasti akan berpengaruh terhadap perekonmomian Indonesia," kata Fahmy dikutip dari keterangan tertulis, Rabu (18/6/2025).

1. Pemerintah bisa dihadapkan pada dilema harga BBM

Antrean di SPBU Gunung Guntur berangsur normal setelah pasokan Pertamax mulai masuk sejak Selasa sore (20/5/2025) . (IDN Times/Erik Alfian)
Antrean di SPBU Gunung Guntur berangsur normal setelah pasokan Pertamax mulai masuk sejak Selasa sore (20/5/2025) . (IDN Times/Erik Alfian)

Fahmy mengutip proyeksi JP Morgan yang menyebut harga minyak dunia dapat melonjak hingga 130 dolar AS per barel jika Iran menutup Selat Hormuz, jalur utama distribusi minyak global. "Dalam kondisi tersebut, pemerintah dihadapkan pada dilema dalam penetapan harga BBM di dalam negeri," ujarnya.

Dia menjelaskan, jika harga BBM subsidi tidak disesuaikan, beban anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) akan meningkat. Selain itu, lonjakan harga minyak global akan memperbesar kebutuhan devisa untuk impor BBM, yang berdampak pada pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Sebaliknya, jika harga BBM subsidi dinaikkan, akan terjadi tekanan inflasi yang memicu kenaikan harga kebutuhan pokok dan menekan daya beli masyarakat.

2. Pemerintah diminta realistis dan transparan

Ilustrasi pelayanan di SPBU Gunung Guntur, Jalan DI Panjaitan, Balikpapan. Sejak Minggu (19/5/2025) stok BBM jenis Pertamax di SPBU Gunung Guntur kosong. (Dok. Rifky Purnama)
Ilustrasi pelayanan di SPBU Gunung Guntur, Jalan DI Panjaitan, Balikpapan. Sejak Minggu (19/5/2025) stok BBM jenis Pertamax di SPBU Gunung Guntur kosong. (Dok. Rifky Purnama)

Fahmy meminta pemerintah tidak menyampaikan pernyataan yang terkesan menyepelekan dampak konflik Israel-Iran terhadap perekonomian nasional. Pemerintah perlu bersikap realistis dengan menetapkan harga BBM subsidi berdasarkan indikator yang terukur.

Menurutnya, jika harga minyak dunia masih berada di bawah 100 dolar AS per barel, maka tidak perlu ada penyesuaian harga BBM subsidi. Kecuali apabila harga minyak menembus di atas itu.

"Kalau harga minyak dunia mencapai di atas 100 dolar AS per barel, pemerintah tidak punya pilihan lain kecuali menaikkan harga BBM subsidi, agar beban APBN untuk subsidi tidak memberatkan," tambahnya.

3. Pertamina mewaspadai konflik Israel dan Iran

Kantor Pusat Pertamina di Gambir, Jakarta Pusat. (dok. Pertamina)
Kantor Pusat Pertamina di Gambir, Jakarta Pusat. (dok. Pertamina)

PT Pertamina (Persero) mewaspadai konflik Israel dan Iran yang kian memanas. VP Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso mengatakan pihaknya memantau berkala terhadap pergerakan kapal tanker Pertamina yang berlayar di rute internasional.

"Termasuk dengan pergerakan kapal-kapal tanker Pertamina, khususnya yang memasok minyak mentah ke Indonesia," kata Fadjar kepada awak media di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Selasa (17/6/2025).

Fadjar mengatakan, harga BBM Pertamina terpengaruh oleh beberapa faktor, mulai dari harga minyak mentah, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), dan pajak. Oleh sebab itu, pihaknya melakukan evaluasi terhadap harga BBM setiap akhir bulan.

"Jadi nanti tentu akan kita evaluasi, melihat pergerakan di akhir bulan ini, nanti per tanggal 1 seperti biasa, akan ada penyesuaian untuk yang nonsubsidi," tambah Fadjar.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us