sistem antirudal THAAD. (flickr.com/Lockheed Martin)
THAAD juga dikenal akan kemudahan mobilitasnya. Sistem antirudal ini dapat dikerahkan dengan cepat menggunakan pesawat kargo Angkatan Udara AS seperti C-17 dan C-5.
Namun, pengoperasian THAAD memerlukan sumber daya yang cukup besar. Dilansir BBC, satu unit THAAD membutuhkan sekitar 95–100 personel terlatih untuk pengoperasiannya. Biaya satu unit THAAD juga cukup mahal, berkisar antara Rp15 triliun hingga Rp27 triliun.
Saat ini, AS telah mengerahkan tujuh unit THAAD, termasuk di lokasi strategis seperti Korea Selatan dan Guam. Penempatan THAAD di berbagai negara sering juga memiliki implikasi geopolitik.
Misalnya, ketika AS menempatkan THAAD di Korea Selatan pada 2017, langkah ini mendapat penentangan keras dari China. Para ahli berpendapat bahwa Beijing khawatir radar THAAD dapat digunakan untuk memata-matai aktivitas di dalam wilayah China.
Minat terhadap THAAD juga terus meningkat di kalangan negara-negara yang menghadapi ancaman rudal. Ukraina telah menyatakan keinginannya untuk mendapatkan sistem ini untuk menghadapi serangan rudal Rusia. Arab Saudi juga dilaporkan telah memesan sistem ini sebagai bagian dari upaya memperkuat pertahanan udaranya.