ilustrasi (Unsplash.com/Dan Cristian Paduret)
Banyak anekdot yang tersebar bahwa setelah Perang Talas, maka dunia muslim berkenalan dengan teknologi pembuatan kertas yang diajarkan oleh tahanan perang dari tentara Dinasti Tang.
Ada ribuan tentara Tang yang ditahan setelah Perang Talas di Samarkand, banyak di antaranya bisa bebas jika mengajarkan ketrampilannya. Salah satunya mengajarkan teknologi pembuatan kertas.
Teknologi tersebut kemudian segera membuat Samarkand menjadi salah satu kota produksi dan distribusi kertas, yang mendapat dukungan dari Jalur Sutra yang ramai. Kertas teknologi dari China itu lebih berkualitas, lebih kuat dan lebih murah dibandingkan dengan kertas perkamen, papirus atau sutra yang telah digunakan lebih dulu.
Ibu kota Kekhalifahan Abbasiyah Baghdad kemudian menyerap teknologi tersebut pada tahun 793 Masehi. Tenaga air digunakan untuk membuat kertas dan secara cepat benda tersebut sangat berharga.
Buku-buku dan kitab yang dihasilkan oleh para sarjana Islam di Baghdad dituliskan dengan kertas. Wilayah Islam yang luas sampai Afrika Utara dan Eropa Selatan, akhirnya juga mengenal kertas. Teknologi pembuatan kertas menjadi tersebar merata di wilayah kekuasaan Islam.
Di Eropa, teknologi kertas sampai ke wilayah tersebut pada abad ke-10. Spanyol pertama kali yang mengenalnya, kemudian menyebar ke Prancis dan akhirnya dengan pelan ke seluruh Eropa. Pada abad ke-15, kertas secara luas digunakan di seluruh Eropa.
Perang Talas dianggap sebagai titik awal bagaimana kertas menjadi benda berharga dan tersebar ke seluruh dunia.
Tapi sebenarnya, hal yang paling dasar tentang teknologi pembuatan kertas itu telah digunakan oleh para biksu Buddha untuk menuliskan kitab-kitab mereka. Teknologi itu telah berkembang pesat di Asia Selatan, di anak benua India, pada pertengahan tahun 600-an Masehi.
Praktik keagamaan Buddhis tersebut berperan penting dalam persebaran kertas. Agama Buddha yang berkembang sampai China, Korea dan Jepang, turut membawa teknologi pembuatan kertas.
Sampai kemudian peradaban China bertemu dengan peradaban Islam, persebaran kertas juga berkembang pesat karena praktik keagamaan. Kitab-kitab karya sarjana Islam, banyak dibuat dengan teknologi tersebut. Kitab-kitab itu ditulis di kertas dari sarjana Islam di Baghdad, Damaskus, Kairo, sampai Cordoba.