Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Sputnik News

Italia, IDN Times - Diktator Benito Musslini memang sudah mati lebih dari 70 tahun lalu. Namun ribuan orang Italia ternyata masih punya minat dengan fasisme.

Paham yang dibawa Mussolini hingga bisa menduduki tampuk kekuasaan dan memerintah dengan tangan besi. Fasisme pula yang punya andil besar dalam pecahnya Perang Dunia II.

Insiden penembakan imigran di Macerata, Italia tengah, pada hari Sabtu (3/2/2018) yang menyebabkan enam orang Afrika terluka hanya secuil dari gelombang serangan kelompok kanan ekstrem. Menurut organisasi anti-fasis Infoantifa Ecn, tercatat telah terjadi 142 serangan oleh kelompok neo-fasis sejak tahun 2014.

Sehari berselang atau tepatnya pada hari Minggu (4/2/2018), empat imigran asal Afrika Utara di kota Pavia, Italia selatan, mengadu kepada polisi bahwa mereka telah dipukuli oleh 25 orang skinhead.

Lebih jauh, pada tanggal 13 Januari di kota Napoli, puluhan orang dari grup kanan jauh Forza Nuova menyerbu sebuah bar tempat sebuah pertemuan budaya diadakan. Bar pun rusak dan seorang panitia perempuan terluka.

1. Benito Mussolini, memimpin dari tahun 1922 hingga 1943. Di bawah pemerintahan fasisnya, rakyat Italia mengalami pelanggaran HAM dan mengalami serangkaian tindak kekerasan

antifasisti.org

Padahal pada tahun 2001 silam, Forza Nuova hanya punya 1.500 anggota. Kini, mereka punya lebih dari 13.000 simpatisan dan halaman Facebook-nya diikuti oleh 241.000 orang. Grup politik sayap kanan lain, CasaPound, punya 234.000 pengikut di dunia maya.

Simone Di Stefano, sang pemimpin partai, bahkan mencalonkan diri sebagai Perdana Menteri dalam Pemilu yang dilangsungkan 4 Maret mendatang.

"Kami tumbuh sendiri, tanpa bantuan media," ujar Adriano Da Pozzo, pemimpin Forza Nuova, saat diwawancarai oleh koresponden The Guardian di Italia.

"Pihak lain hanya punya tujuan politis, sementara kami ingin untuk mempromosikan gagasan kami." Mereka disebut telah menawarkan bantuan hukum kepada Luca Traini, pelaku penembakan imigran di Macerata.

Partai dan kelompok anti-fasis yang harusnya bisa mengambil tindakan malah tidak berkutik. Tahun lalu, seorang anggota parlemen Italia bernama Emanuele Fiano mengusulkan perubahan UU, di mana para penjual pernak-pernik lambing fasis dan orang-orang yang melakukan “salam Roma” (Gestur penghormatan fasis, dilakukan oleh Nazi Jerman), juga dimasukkan sebagai pelaku propaganda fasis.

Hukumannya adalah dua tahun penjara. Namun usulan tersebut ditolak oleh Forza Italia, partai yang digawangi Taipan media dan pemilik AC Milan, Silvio Berlusconi, serta sekutunya sesama sayap kanan partai Lega Nord.

2. Ironisnya, masih banyak orang Italia yang secara terang-terangan mengakui bahwa dirinya menganut fasisme

RT.com

"Kami sangat khawatir," ujar Carla Nespolo, presiden Asosiasi Nasional Partisan Italia (ANPI), sebuah kelompok yang didirikan pemberontak Italia untuk melawan Mussolini pada masa Perang Dunia II.

"Kaum neo-fasis ini pernah menyerang kantor kami dan tampaknya tidak ada niat lebih jauh untuk membubarkan mereka. Kami meminta pemerintah Italia untuk mencegah keikutsertaan partai-partai yang diilhami paham fasisme pada Pemilu mendatang, karena mereka tidak sesuai dengan konstitusi. Namun kami tidak pernah mendapat jawaban."

Konstitusi Italia memang telah melarang pendirian, penyebaran dan pemujaan terhadap apapun yang berhubungan dengan partai fasis. Namun kepolisian tidak pernah menindaki CasaPound dan Forza Nuova yang anggotanya memamerkan lambang Swastika dan bendera fasis setiap melakukan demonstrasi.

ANPI tahun lalu bahkan mencatat ada 500 situs internet di Italia yang berisi konten-konten fasisme. Mereka sempat meminta agar ratusan situs tersebut diblokir. Namun lagi-lagi tidak ada tanggapan.

3. Organisasi sayap kanan terbesar di Italia adalah "Forza Nuova" (Artinya "Kekuatan Baru") yang kini memiliki lebih dari 13 ribu anggota aktif

Il Martino

"Situs-situs inilah yang menyebarkan kebencian di antara orang-orang, terutama kebencian terhadap imigran," kata Nespolo. "Mereka melakukannya dengan cara menyebarkan berita palsu tentang perbuatan pengungsi Afrika di media sosial.''

Berita yang paling sering dipalsukan di Facebook dan Twitter adalah kasus pemerkosaan wanita Italia yang dilakukan oleh imigran Afrika.

Menurut New York Times, imigran Afrika dianggap sebagai kambing hitam oleh golongan kanan atas tingginya angka pengangguran, kemiskinan dan kesulitan ekonomi yang dialami sebagian warga Italia. Merekalah yang dianggap merampas lahan kerja di Italia dari orang Italia sendiri.

"Berita palsu memainkan peran penting dalam propaganda kaum ekstrim kanan," kata Francesco Pira, seorang sosiolog komunikasi dari Universitas Messina.

"Tampaknya tidak ada kewaspadaan terhadap mereka. Masalahnya tidak hanya menyangkut berita yang benar-benar salah, tapi juga berita di mana mereka menggambarkan imigran sebagai penjahat. Itu sebuah gagasan yang tampaknya sangat disenangi oleh golongan kanan."

Laura Boldrini, pemimpin majelis rendah Italia dan mantan juru bicara badan PBB untuk pengungsi, kerap mengajukan hukuman denda dan bahkan penjara terhadap para penyebar berita palsu tersebut.

4. Penganut fasisme juga menjadi suporter banyak klub sepak bola Italia. Umumnya mereka tergabung dengan Ultras yang selama ini dikenal karena kultur kekerasannya

Times of Israel

Namun Boldrini juga kerap menjadi sasaran amuk warganet golongan kanan karena dukungannya terhadap para imigran. Yang terbaru, sebuah foto bergambar kepalanya yang terpenggal disebar di media sosial oleh golongan kanan pasca insiden Macerata.

Penembakan Macerata terjadi beberapa hari setelah seorang pria Nigeria ditangkap sehubungan dengan kematian seorang remaja putri Italia berusia 18 tahun, Pamela Mastropietro.

Dilaporkan oleh ABC News, orang-orang sayap kanan memanfaatkan kasus tersebut untuk “menggoreng” pesan anti-imigran dan kebencian rasial dengan lebih masif.

Baru-baru ini, Benito Mussolini tampil sebagai tokoh utama di bioskop Italia dalam film satir “Sono Tornato” (“Saya Kembali”). The Telegraph menulis bahwa film tersebut menggambarkan apa yang terjadi jika sang diktator bengis itu kembali ke Italia pada tahun 2018.

"Orang-orang Italia, tidak  sama seperti orang-orang Jerman. Mereka tidak pernah melupakan Mussolini," kata Luca Maniero selaku sutradara film tersebut. “Melihat apa yang terjadi di Italia belakangan ini, saya yakin jika Mussolini kembali, dia akan memenangkan Pemilu dengan mudah,'' keluh Maniero.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Topics

Editorial Team